Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerdas di Tengah Ketidakpastian

29 Juni 2020   08:55 Diperbarui: 29 Juni 2020   08:49 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sedang mengikuti seminar online atau webinar tentang ''Dilema Kredit di Masa Pandemi'', ketika sebuah pesan masuk. ''Bu, ada fotocopian tidak.'' Pesan itu dari seorang pemilik usaha fotocopi langganan saya, yang sebelum pandemi usaha fotocopinya sangat ramai. Meski menjadi pelanggan tetap, seringkali saya tetap harus antre ketika harus memotokopi dokumen-dokumen. Pesan itu  membuat saya miris, dia pasti sudah sangat terdampak wabah covid-19 sehingga sampai harus menjemput pelanggan.

Sehari sebelumnya, pesan yang nadanya nyaris sama datang dari seorang perempuan  yang saya tahu sangat kuat dan pintar mencari uang. ''Bu, boleh pinjam uang, saya sudah dua bulan tidak bayar kredit motor. Saya sudah dikejar-kejar debt collector.''  Dia pekerja keras, setiap hari bekerja membantu bersih-bersih di beberapa rumah. Untuk menambah penghasilan, pada hari Sabtu dan Minggu, dia berjualan di sebuah tempat wisata.

Cukup lumayan uang yang didapatnya dari berjualan es keliling di tempat wisata tersebut. Dengan uang itu, dia bisa membeli motor lumayan bagus dan mencicil Rp 1,5 juta per bulan. Saya tahu pasti, dia tak pernah telat membayar. Hanya karena tempat wisata itu ditutup sejak pertengahan Maret, penghasilannya pun terjun bebas.

Pemilik fotocopi dan perempuan hebat tadi adalah dua orang yang terkena dampak pandemi corona yang maha dashyat. Mereka bukan orang-orang yang malas bekerja, tidak juga hidup dari belas kasihan orang lain. Tapi, sengatan wabah corona membuat kehidupan mereka yang tadinya baik-baik saja, tiba-tiba harus kelimpungan. Bisa jadi mereka mulai menuju garis kemiskinan, entahlah.

Untungnya, pemerintah cepat merespon dengan membuat sejumlah kebijakan agar orang-orang seperti mereka tidak jatuh terperosok makin dalam sehingga bisa menimbulkan ketidakpastian dan berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Di bidang ekonomi, pemerintah membuat sejumlah kebijakan, salah satunya memberi keringanan kredit bank dan leasing.

Ibu tadi dan juga debitur motor lainnya tidak perlu takut motornya akan ditarik meski sudah telat membayar dua bulan karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melarang penarikan motor untuk sementara waktu. Para debitur bisa mengajukan restrukturisasi dan melapor ke bank atau leasing jika diteror debt collector. Bapak pemilik usaha fotocopian juga tidak perlu resah karena cicilan utangnya di bank, yang digunakan untuk membeli sejumlah mesin fotocopi, bisa dijadwal ulang pembayarannya.

Menurut saya pemerintah sudah melakukan pekerjaannya, berupaya mengurangi dampak wabah covid-19, baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Lalu bagaimana dengan kita sebagai masyarakat menghadapi situasi carut marut seperti saat ini. Kita tidak tahu kapan wabah ini akan berakhir tapi yang pasti   pandemi ini sudah meluluhlantakan semua sendi kehidupan.

Dari sisi sosial, kita tidak bisa lagi bersosialisasi seperti biasa, bertemu kerabat dan hang out dengan teman-teman sekadar melepas penat. Dari sisi ekonomi jangan ditanya, hantamannya sangat keras bahkan IMF menyebutnya sebagai 'luka ekonomi'. Kementerian Tenaga kerja menyebutkan sampai awal Juni 2020, ada sekitar tiga juta pekerja yang terkena PHK. Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang pada krisis ekonomi tahun 1998 bisa bertahan, pada wabah corona ikut terlibas secara signifikan.

Kementerian UMKM mendata ada  164 ribu UMKM dan 1.785 koperasi yang terkena dampak pandemi covid-19. Meski begitu, tetap ada peluang usaha bagi usaha kecil menengah dengan melakukan inovasi produk dan usaha. Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi digital karena pasar di sektor ini naik signifikan dengan berubahnya pola konsumsi masyarakat  dari offline menjadi online. Pebisnis baru bermunculan, dengan usaha kecil-kecilan dari rumah. Mereka berjualan apa saja mulai dari masker, handsanitizer, makanan, minuman, dan lain-lain.

Bank Indonesia sebagai penjaga stabilitas sistem keuangan juga cepat merespon keadaan ini. Salah satunya dengan meminta masyarakat tidak panik dan tidak melakukan tindakan yang  bisa mengganggu ekonomi secara keseluruhan. Misalnya dengan menimbun barang yang bisa berefek ganda yaitu terjadi lonjakan harga barang-barang sehingga membuat masyarakat makin cemas. Jika semakin banyak masyarakat yang melakukannya maka ujung-ujungnya perekonomian nasional terganggu.

Ada beberapa hal cerdas yang bisa kita lakukan di tengah ketidakpastian ini, yaitu:

  1. Jangan panik;                                                                                                                                        Percaya bahwa pemerintah akan melakukan yang terbaik agar kita semua selamat dari badai ini. Ibarat sedang dalam sebuah kapal besar, kita   sedang dihantam gelombang badai super menakutkan. Sebagai penumpang, kita percaya bahwa sang nakhoda akan melakukan yang terbaik   agar kapal bisa melewati badai dan ikut membantu agar tidak terjadi kepanikan di antara sesama penumpang sehingga semua tetap berada di   tempatnya tapi tetap waspada.                                                                                                             Presiden berjibaku agar mereka yang terdampak tidak semakin menderita dengan memberikan jaring pengaman sosial dan berbagai bantuan lainnya senilai Rp 110  triliun. Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan OJK, memonitor dinamika penyebaran   covid-19 dan dampaknya terhadap perekonomian dari waktu ke waktu. Bank sentral tersebut juga mengambil langkah-langkah koordinasi   kebijakan lanjutan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap baik dan berdaya tahan. Dengan semua respon yang dilakukan pemerintah, apakah kita sebagai masyarakat masih pantas untuk khawatir. Menurut saya tidak.  Benar, wabah ini membuat ketidakpastian dan kengerian yang hebat. Juga, sangat benar banyak yang menderita karena covid-19. Tapi, lihatlah, seperti seorang nakhoda kapal yang berupaya keluar dari gelombang badai, saya melihat pemerintah juga melakukan berbagai upaya agar kita selamat dari wabah ini.
  2. Membantu pemerintah;                                                                                                                         Sampai batas tertentu, kita semua dalam satu perahu sehingga harus bersama-sama mengatasi badai tersebut. Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah akan sia-sia jika kita tidak ikut membantu.  Apa yang bisa kita lakukan sebagai masyarakat yang cerdas adalah mengingatkan teman-teman, kerabat dan orang-orang di sekitar kita untuk tidak melakukan hal-hal yang mengganggu stabilitas keuangan misalnya tidak melakukan panic buying.                                                                                                                           Ketika kasus corona pertama kali diumumkan pemerintah, awal Maret 2020, saya kebetulan sedang berdiskusi dengan seorang teman di sebuah mall di Jakarta Selatan. Sudah hampir jam 10 malam, waktunya untuk pulang. Teman saya minta ditemani membeli buah di department store yang ada di mall itu. Saya mau membeli beberapa barang juga. Niat itu kami urungkan ketika melihat antrean orang-orang yang akan membayar di kasir. Saya bisa bilang, malam itu terjadi panic buying kecil-kecilan, yang kalau tidak segera diatasi, bisa membesar. Ingatkan orang-orang disekiling kita bahwa tidak perlu panik, pemerintah sudah mengatakan persediaan bahan pangan sangat cukup untuk beberapa bulan ke depan sehingga tidak perlu melakukan penimbunan.  Juga, tidak menarik simpanan di bank atau investasi secara besar-besaran.
  3. Percaya lolos dari wabah dengan baik;                                                                                                   Jika kita percaya bahwa kita akan bisa melewati wabah corona dengan baik secara bersama-sama maka perilaku kita juga sejalan dengan itu. Bagi yang terkena PHK misalnya bisa berakrobatik dengan berjualan melalui online. Seorang teman bercerita, temannya  dirumahkan tapi dia tidak putus asa. Pesangon tak seberapa yang didapatnya digunakan untuk membeli tepung dan bahan lainnya: dia memutuskan berjualan kue donat.                                                                                                                                               Pemasarannya dilakukan melalui Whatsapp dengan sistem Purchase Order (PO). Apa yang terjadi? Banyak yang bersimpati padanya lalu menggulirkan pesan jualannya dari satu grup ke grup lainnya. ''Hari ini, saya melakukan pengiriman ke sekitar Pasar Minggu, Lenteng Agung, Kalibata dan sekitarnya.'' Begitu pesan yang saya terima di aplikas Whatsapp. Orang-orang yang tinggal di sekitar daerah tersebut berlomba-lomba membeli donatnya. Sementara yang tinggal di Jakarta Pusat bertanya, kapan  pengiriman ke daerahnya karena mereka mau beli juga. Saya termasuk yang bertanya karena sangat berkeinginan membeli donatnya.   Saya tidak peduli harga atau rasanya, yang saya beli adalah semangat dan kecerdasannya dalam menyiasati kondisi yang teramat pahit. Kalau semuanya cerdas seperti dia, maka akan sangat mengurangi dampak negatif corona dan menyebabkan ekonomi berkontraksi lagi sehingga mempercepat pemulihan ekonomi.
  4. Menjadi Kreatif;                                                                                                                                         Banyak yang akhirnya menjadi kreatif, memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya menjadi uang. Berjualan online bisa menjadi andalan, bukan saja saat ini tapi juga di masa depan. Kementerian UMKM menyatakan untuk merespon kondisi yang tidak bagus saat ini, mereka melakukan terobosan mengajak pengusaha UMKM beralih ke bisnis online atau digital. Di atas sudah saya sebutkan, covid-19 mengubah perilaku masyarakat dari  belanja offline menjadi online. Ini bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan penghasilan tambahan atau bahkan yang utama. Temannya teman saya tadi adalah orang yang selain cerdas, juga kreatif.  Dia  bisa langsung banting setir, berjualan kue donat online.
  5. Jangan menyebar hoaks;                                                                                                                            Perilaku cerdas lainnya adalah tidak ikut menyebar hoaks tentang wabah corona yang bisa menimbulkan ketakutan dalam masyarakat. Polda Metro Jaya menyebutkan terjadi peningkatan kasus penyebaran berita bohong atau hoaks selama pandemi corona. Data Kominfo menunjukkan sampai pertengahan April 2020, ada 500 kasus hoaks pandemi, beberapa pelakunya ditangkap.                                                                           Saring sebelum Sharing, seharusnya kita lakukan. Saya pernah menegur postingan seorang teman di Whatsapp Grup yang menyatakan penyebaran virus corona sekarang sudah melalui udara. Bayangkan, kalau berita tersebut menyebar luas pasti menimbulkan ketakutan besar dan pasti menyebabkan perekonomian terganggu. Lakukan cek dan ricek sumber berita ketika mendapat berita dari siapapun Waspadalah selalu dengan judul yang provokatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun