Mohon tunggu...
Leanika Tanjung
Leanika Tanjung Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

The Lord is my sepherd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lock Don't

1 April 2020   09:00 Diperbarui: 1 April 2020   09:09 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ke -.17 Social Distancing

Di tengah tekanan yang sangat tinggi agar menerapkan kebijakan lockdown atau mengunci Indonesia, Presiden Jokowi akhirnya memutuskan akan melakukan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Pembatasan Sosial Berskala Besar(PSBB). Jokowi bergeming,  tetap dengan keputusannya.

Sejak awal, Aku, dengan berbagai pemikiran dan pertimbangan tidak setuju Indonesia dikunci atau ditutup secara ketat. Pasti ada dampak sosial, ekonomi, dan juga politik.

Dampak sosial dan ekonomi bisa diukur. Di Indonesia,yang rada sulit diukur, dampak politik. Politik bisa membuat yang ada menjadi tidak ada, yang tidak ada menjadi ada. Apalagj kalau sudah saling menunggangi..  Bahaya...

Sebenarnya kita juga tidak mengenal istilah lockdown. Yang menjadi acuan bagi Indonesia jika ada epidemi kesehatan maka dilakukan karantina mulai dari rumah sakit, rumah, sampai wilayah. Terus, kenapa kita ribut terus dengan perkataan lockdown? Fokus saja dengan social distancing dan orang yang paling terkena dampaknya.

Pengalaman di sejumlah negara, lockdown juga tidak memberi hasil signifikan. DI Italia, kebijakan itu malah membuat penyebaran virus corona makin meluas. Hal yang sama juga terjadi di New York.  

Yang paling anyar, terjadi di India. Ketika negara tersebut memutuskan melakukan lockdown, yang paling menderita adalah penduduk golongan bawah. Mereka yang bekerja hari ini untuk makan besok. Atau, yang lebih tragis lagi, mereka yang bekerja hari ini, untuk makan hari.

Ribuan warga, yang tidak bisa bekerja karena dilarang keluar rumah, memilih pulang kampung karena di tempat mereka tinggal saat ini, tidak bisa mendapatkan penghasilan untuk makan sehari-hari. Yang tidak mendapatkan kendaraan pulang, memilih berjalan kaki ratusan kilometer. Menyedihkan.

Keputusan sudah diambil yaitu Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan PSBB. Menurut saya pemerintah harus fokus pada mereka yang sangat perlu dibantu, yaitu mereka yang benar-benar terpuruk dengan keadaan sekarang. Mereka yang kalau tidak bekerja hari ini, tidak bisa makan sekarang atau besok.

Pemerintah memang memberi stimulus sebesar Rp 405 triliun di mana Rp 110 triliun untuk perlindungan sosial dalam bentuk jaring pengaman sosial. 

Dana ini akan dikucurkan dalam bentuk program keluarga harapan, kartu sembako sebesar Rp 200 ribu selama sembilan bulan, pembebasan bayar listrik untuk mereka yang mempunyai listrik 450VA selama tiga bulan, dan diskon 50% untuk pelanggan 900VA. Lalu, ada dukungan logistik sembako dan kebutuhan pokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun