Mohon tunggu...
Aini Lutfiyah
Aini Lutfiyah Mohon Tunggu... lainnya -

Less is More

Selanjutnya

Tutup

Bola

Andrea Hirata, Sepak Bola, dan Entah Apa

20 Oktober 2015   01:19 Diperbarui: 20 Oktober 2015   01:30 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aduh senangnya para penggemar Persib yang baru saja tim mereka memenangkan Piala Presiden. Ucapan selamat dari saya untuk kalian. Bagi saya sendiri moment kemarin tidak sekedar moment bola namun juga buku. Tidak malu saya katakan kepada kalian para penggemar Andrea Hirata bahwa baru kemarin pula saya membaca novel karya Andrea berjudul Sebelas Patriot yang bercerita tentang sepak bola. Sangat terlambat bagi orang yang mengaku sebagai pecinta sepak bola seperti saya? Sudahlah, tidak perlu terlalu dipikirkan tentang keterlambatan itu. Wajar, bukan? Seperti halnya saat saya menemani anak mengikuti perlombaan dan pulang tanpa membawa satu pun medali. Tidak bijak jika kita bisa memaklumi satu pihak saat gagal sementara kita selalu menuntut satu pihak lain untuk selalu menang. Nah, mengenai novel Sebelas Patriot itu...Saya membaca bahkan dengan meminjam bukan membeli. Hal wajar juga, bukan?

[caption caption="(foto: www.kompasiana.com)"][/caption]

Sebelum membaca novel tersebut saya tanyakan pada si pemilik, 'Apakah ini bercerita tentang tim sepak bola wanita?" Ia menggeleng. "Ah, tapi bukankah Andrea selalu menghubungkan novel tersebut dengan perempuan?" kata saya dalam hati. "...atau tentang tim sepak bola yang terdiri dari 10 laki-laki dan 1 perempuan?" si pemilik makin bingung menatap saya. "Lalu?" tanya saya makin penasaran. "Tentang ayahnya Andrea yang pernah menjadi pemain sepak bola. tapi sudahlah, baca sendiri saja. Tidak ada cerita tentang perempuan main sepak bola di novel itu". "Benarkah? Tapi Andrea selalu menghubungkan novel itu dengan perempuan.

Ayo, cerita saja. benar demikian, bukan? Nanti saya kasih cerita tentang novel Ayah milik Andrea". Cepat ia tolak penawaran dari saya,"Tidak usah cerita, aku mau beli dan baca sendiri novel itu. Biar tambah penasaran dulu". "Kalau begitu saya kasih tahu saja bahwa saya pernah ikut mengirim Surat Untuk Ayah yang dikompetisikan oleh penerbit novel Ayah tersebut dan tidak menang". Ia mengangguk dan saya mengangguk.

Ia mengangguk entah karena apa sementara saya mengangguk untuk membenarkan bahwa surat tersebut memang tidak layak dijadikan sebagai pemenang. Tidak ada kesalahpahaman dalam saya membaca novel Ayah sebenarnya. Kesalahpahaman justru dengan isi novel Sebelas Patriot. Wajar atau anggap saja itu sebagai hal yang wajar. Atau...apakah sebenarnya ada cerita yang lain dari kisah Sebelas patriot itu? Saya tidak tahu mengapa saya yang demikian menikmati pertandingan sepak bola namun justru tidak feeling in dengan novel Sebelas Patriot. Please, tell me more Andrea

Ketika nasib timnas sepak bola kita entah bagaimana, melihat final Piala Presiden agak membuat kita melihat betapa masih sangat kental jiwa kedaerahan. Saya yakin, itu bukan karena kita tidak boleh terlalu menjunjung tinggi jiwa nasionalisme namun hanya karena sebab entah apa.

 

 

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun