Mohon tunggu...
Darwis Kadir
Darwis Kadir Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Hanya ingin bercerita tentang sebuah kisah.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Tertawa Sebentar

25 Februari 2018   21:14 Diperbarui: 25 Februari 2018   21:29 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Sama-sama produk dari Wings,sama-sama berbentuk cairan. Sama-sama pula dalam kemasan semprot. Yang membedakan cuma ukuran,kemasan dan kegunaan cairan itu. Keduanya pun berada dalam tempat yang sama.

Suatu hari,seorang Oemar Bakri yang hari itu mengajar pada sebuah sekolah berkisah. Pekerjaan rumah yang menumpuk membuatnya selalu terlambat. Maklum gajinya tak cukup menggaji pembantu. Seperti mencuci piring,menyapu dan memandikan anak keduanya. Istrinya yang harus tergopoh-gopoh memandikan bayi demi mengejar apel pagi. Terlambat berarti tukin berkurang.

Hujan yang terus mengguyur,membuatnya berpikir dua kali untuk melaksanakan tugas. Hawa dingin itu menusuk. Namun kesadarannya kembali muncul. Dia pun berkemas cepat. Anaknya segera diungsikan ke tempat yang aman,bersama neneknya.

Mandi dalam cuasa dingin. Beerr....terasa sensasinya. Siram satu kali,pakai sabun terus siram 3 kali. Sudah. Tak ada yang protes.

Buka lemari,memilih baju yang dirasa cocok. Hmm...baunya apek. Tenang ada pengharum,pikirnya. Sebentar yah nanti setelah tetek bengek ini selesai.

Dirasanya cukup,ambil tas yang terasa berat. Maklum ada laptop pemerintah di dalamnya. Bau apek kemudian menyadarkannya untuk memakai pengharum.

Diraihnya pengharum itu,dan sst....sttssrt..,ssst..keseluruh bajunya. Merasa tak harum,ditambahnya semprotan itu. Hampir separuh bajunya basah. Tak ada keharuman.

Kenapa yah ?

Diletakkannya semprotan itu...

Kampret....inikan semprotan pembersih kaca.

Ha'ha'ha....semprotan yang disebelahnya itu bos. Itu pengharum baju.

Oemar Bakri itu mendengus jengkel akan kepikunannya. Maka dia pun standing dan terbang menuju sekolah dengan dongkol menerobos gerimis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun