Di tengah masa kejayaan tersebut terselip ujian bagaikan "rumput" selalu tumbuh di tanaman "padi" di huma atau sawah. Kita semua sudah tahu sejumlah permasalahan yang menimpa para kader dan Partai Demokrat. Berbagai ujian ini belum sungguh-sungguh diatasi sehingga membuat Partai Demokrat dalam Pilpres dua kali sejak tahun 2014 tidak sanggup lagi mengirimkan kadernya untuk berkonstestasi.Â
Ujian itu makin dahsyat kita saksikan saat ini. Memang ada keterbelahan pendapat baik kader maupun para pakar politik. Pendapat itu bahkan saling berseberangan. Tulisan ini tidak masuk dalam dua pendapat tentang pernyataan "AHY" berkaitan "kudeta" kepemimpinan Partai Demokrat melainkan lebih fokus pada  Partai Demokrat yang sedang berjaya diterpa ujian karakter agar menjadi partai modern yang militan dan berkarakter.
Tantangan atau ujian itu dialami hampir semua lembaga apalagi lembaga politik seperti Partai Demokrat. Partai Golkar pun pernah mengalaminya bahkan hampir bubar sebelum jadi partai yakni Golkar. Sejak zaman Orde Baru, Golkar berkolaborasi dengan ASN (PNS) dan aparat keamanan zaman Orde Baru sangat kuat berhadapan dengan PDI dan PPP.
Rasa-rasanya dua lembaga politik tersebut tidak punya makna apa-apa dihadapan Golkar termasuk dalam pengambilan berbagai keputusan politik dan kebijakan nasional saat itu.
Golkar sepertinya tak terkalahkan. Namun seiring dengan perjalanan kesadaran demokrasi rakyat kebanyakan, Golkar juga jatuh. Sekali lagi ujian itu sangat berat dan sejumlah kalangan dan rakyat menginginkan agar Partai Golkar tak bisa eksis di Negara Kesatuan Republik Indonesia.Â
Bapak Akbar Tanjung dkk berjuang ekstra keras, mengkonsolidasi diri dan ambil tanggungjawab untuk tetap mempertahankan eksistensi Golkar yang melahirkan Partai Golkar hingga saat ini.
Hampir semua Partai Politik mengalami ujian yang sama. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan fusi dari berbagai partai juga mengalami ujian maha berat. PDI mengalami ujian sehingga melahirkan PDI Perjuangan dibawah pimpinan Ibu Megawati Soekarno Putri.
Perjuangan dan konsolidasi diri membuat PDI Perjuangan memimpin negeri ini mulai Ibu Megawati Soekarno Putri (pemilihan melalui MPR) dan kini Bapak Joko Widodo (Jokowi) untuk periode keduanya melalui pemilihan langsung oleh rakyat.
"AHY" dan Demokrat Perlu Konsolidasi Diri
Gonjang-ganjing isu "kudeta" memang membuat "AHY" dan Demokrat dalam ujian dan tantangan. Dunia IT yang semakin meluas tentu membawa berita baik buat "AHY dan Demokra"t dan juga memiliki tantangan yang semakin dahsyat. Tergantung bagaimana "AHY dan Demokrat" melakukan perubahan-perubahan organisasional yang lebih solid sehingga "AHY dan Demokrat" masih bisa diselamatkan.
"AHY" adalah putra "SBY" yang merupakan perekat bagi Partai Demokrat. "AHY" bisa menjadi "nilai lebih" bagi Partai Demokrat apabila "AHY" dan seluruh kru Partai Demokrat bisa melakukan konsolidasi secara sungguh-sungguh secara internal. Konsolidasi kedalam memperkuat berbagai organ Organisasi Partai Demokrat mulai dari Ranting hingga Pusat akan lebih bertahan terhadap berbagai badai ujian dan gangguan baik dari internal dan juga eksternal (jika ada).