Mohon tunggu...
Laurencia Livia
Laurencia Livia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas AtmaJaya Yogyakarta

Hai! Terimakasih sudah membaca!✨

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hedonisme Vs Minimalis, Kamu yang Mana?

22 Maret 2021   21:00 Diperbarui: 22 Maret 2021   21:11 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahukah kamu? Hedonisme merupakan salah satu budaya populer dan Minimalis salah satu bentuk dari subkultur. Yuk, Check this out! 

Budaya merupakan sesuatu hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan umat manusia. Dimana ia tinggal, di situ pula budaya muncul. Setiap daerah memiliki budaya nya masing-masing. Dilihat dari hal terkecil yaitu keluarga pasti memiliki budaya nya masing-masing antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. 

Budaya dimana tempat kita tinggal tentunya membawa dampak bagi kehidupan kita, dimulai dari cara kita berpikir, bertindak, berkomunikasi, berpakaian, dan segala aspek kehidupan kita. Secara tidak langsung, budaya mempengaruhi kita dalam mengambil sebuah keputusan. 

Setelah memahami budaya secara singkat, selanjutnya mari kita memahami budaya populer dan subkultur yang juga merupakan bentuk dari budaya. Menurut Mcdonald, budaya populer adalah suatu hal yang dianggap sebagai kekuatan dinamis yang dapat menghancurkan budaya kuno, tradisi, selera, dan segala macam perbedaan (Fitryarini, 2012). 

Maka, dapat disimpulkan bahwa budaya populer merupakan suatu budaya yang dominan dikalangan masyarakat saat ini. Contohnya seperti budaya hedonisme yang melekat di masyarakat. Budaya hedonisme yang ada dalam masyarakat membuat masyarakat memusatkan hidupnya pada kesenangan dan kemewahan duniawi. Budaya hedonisme tidak hanya terjadi pada kalangan orang dewasa yang sudah bekerja tetapi juga kalangan mahasiswa dan pelajar. 

Kebutuhan pokok manusia menjadi tersingkir karena budaya hedonisme. Apa yang menjadi kesenangan dan keinginan semata langsung menjadi fokus utama. Kita pasti sering juga melakukannya dalam kehidupan sehari-hari kita. Ketika kita lebih memilih untuk membeli barang-barang yang hanya sekedar terlihat lucu, bagus, unik tetapi sesungguhnya kita terlalu membutuhkan barang tersebut. Nah, secara tidak langsung budaya hedonisme telah melekat dalam diri kita. 

Jika hedonisme merupakan bagian dari budaya populer maka minimalis adalah bagian dari subkultur. Budaya subkultur merupakan bagian dari budaya induk yang bersifat bertentangan atau tidak sesuai dengan budaya yang dominan. Gaya hidup minimalis merupakan subkultur karena gaya hidup minimalis bertentangan dengan budaya dominan yaitu hedonisme. Gaya hidup minimalis berarti kita mementingkan kebutuhan dibandingkan dengan keinginan semata, tidak membeli hal-hal yang tidak penting, dan juga cara berpikir yang minimalis, seperti menghabiskan barang yang masih ada lalu baru menggantinya dengan barang yang baru. Tidak banyak masyarakat yang menganut budaya minimalis ini jika tidak dari keinginan pribadi mereka untuk menerapkan gaya hidup tersebut. 

Lalu, apa kaitannya dengan politik identitas?

Identitas yang dimiliki seseorang dalam masyarakat berkaitan juga dengan budaya yang dianutnya. Hedonisme yang merupakan bentuk dari budaya populer secara tidak langsung membentuk identitas masyarakat. Identitas yang terbentuk dari hedonisme ialah masyarakat yang konsumtif. Dimana masyarakat cenderung menghabiskan uangnya untuk kesenangan dan kemewahan semata. 

Sementara itu, berbeda dengan masyarakat minimalis yang tidak suka 'menghambur-hamburkan' segala aspek dalam kehidupannya, maka identitas yang ditimbulkan adalah kesederhanaan. Jika dilihat lebih dalam lagi, ada nilai-nilai yang ingin ditunjukkan dari gaya hidup minimalis, yaitu menghargai dan belajar menahan sesuatu yang tidak dibutuhkan. 

Menurut saya, gaya hidup minimalis patut kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari karena kita akan mendapatkan nilai-nilai yang berharga yang tidak kita sangka sebelumnya. Hidup kita akan terasa lebih berharga dan juga membantu dunia dalam mengurangi global warming karena tidak banyak sampah yang akan muncul karena masyarakat dengan gaya hidup minimalis cenderung tidak membuang uangnya untuk sesuatu yang tidak dibutuhkan. 

Daftar pustaka

Fitryarini, I. (2012). Pembentukan Budaya Populer dalam Kemasan Media Komunikasi Massa. Jurnal Ilmiah, 2(2), 1-14

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun