Raihan Rizkuloh mengulas alasan Puan Maharani dikatakan sebagai ketua DPR RI terbaik, namun tulisan ini ternyata mengandung makna "sindiran" terhadap kinerja Puan yang kurang baik. Dalam tulisan ini ia menulis:
"Ia berhasil merengkuh jabatan Ketua DPR RI berkat Megawati kapasitas dan pengetahuan politiknya yang begitu mumpuni. Putri dari Bu Megawati sekaligus cucu dari Soekarno ini menurut saya sudah sangat sukses dalam menjalankan amanahnya sebagai Ketua DPR."
"Dengan kata lain, DPR era Puan lebih bersatu padu dan lebih solid dalam menindas rakyat dibanding DPR periode sebelumnya. Lihat saja bagaimana kompaknya DPR ketika mengesahkan UU Minerba, Revisi UU KPK, dan Omnibus Law. Disahkannya undang-undang tersebut tak bisa dilepaskan dari tangan dingin seorang Puan Maharani."
"Punya mental yang kuat adalah prasyarat yang wajib dimiliki oleh setiap pejabat dan Puan berhasil membuktikannya. Tak peduli secerdas apapun Anda, jika tidak mempunyai mental baja, jangan harap bisa menyengsarakan rakyat membuat suatu kebijakan tanpa menimbulkan protes dari rakyat!"
Melalui beberapa penggalan tulisan di atas terlihat bahwa penulis menggunakan sarkasme untuk menyindir kinerja Puan Maharani sebagai Ketua DPR. Kata-kata sarkasme ditunjukkan dengan tulisan yang dicetak tebal kemudian dicoret. Hal tersebut memperlihatkan bahwa ketika ramai-ramainya pemberitaan tentang Undang-Undang Cipta Kerja, Puan Maharani dinilai hebat karena UU tersebut dapat disahkan dengan lancar dan berjalan demokratis.Â
Padahal pada kenyataannya, Puan justru tidak menghargai pihak partai lain dengan mematikan mikrofon ketika menyuarakan pendapatnya di waktu pengesahan UU Cipta Kerja. Tulisan dalam artikel ini dapat dikategorikan sebagai jurnalisme satire karena pada dasarnya satire dan sarkasme digunakan untuk mengungkap kebenaran dan mengkritik isu politik yang terjadi di tengah masyarakat.Â
Selain itu, salah satu sifat satire adalah implisit. Artikel di atas diungkapkan penulis secara implisit, sehingga harapannya pembaca mampu menangkap makna dari isi artikel yang sebenarnya. Gaya tulisan satire sekaligus humor ini juga dirasakan oleh beberapa pembaca yang menuliskan komentarnya sehabis membaca artikel tersebut.Â
Melalui dua contoh artikel di atas terlihat bahwa Mojok.co menggunakan jurnalisme satire untuk kepentingan hiburan bagi para pembacanya. Penggunaan bahasa satire ini menjadi ciri khas media online Mojok.co dalam setiap unggahan artikelnya. Tak lain dan tak bukan untuk mengkritik isu politik yang diharapkan bisa membuka diskusi dan menghibur para pembaca.