Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selingkuh Tak Selamanya karena Berhenti Mencintai

1 Januari 2019   06:00 Diperbarui: 1 Januari 2019   07:47 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya, Young Lady cantik ingin mengucapkan selamat. Selamat Tahun Baru 2019. Semoga tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Semoga semua pencapaian di tahun sebelumnya dapat ditingkatkan di tahun ini.

Ok, cukup ya selamat-selamatannya. Sekarang Young Lady mau tanya sama Kompasianers. Siapa yang punya niat selingkuh? Atau yang sudah pernah selingkuh? Ayo, nggak apa-apa. Kita terbuka aja di sini.

Perselingkuhan adalah mimpi buruk tiap pasangan. Tak ada pasangan yang mau hubungannya hancur karena mendua, seperti lagunya Ran. Siapa sih yang mau diduakan? Ditigakan, diempatkan, dilimakan...dan seterusnya. Sakitnya tuh di sini.

Young Lady udah pernah bilang di tulisan cantik sebelumnya. Selingkuh terbagi menjadi dua: selingkuh hati dan selingkuh fisik. Bila selingkuh hati melibatkan hubungan emosional, selingkuh fisik melibatkan hubungan seksual. Pria cenderung lebih sakit hati dengan selingkuh fisik. Sebaliknya, wanita akan jauh lebih terluka dengan selingkuh hati.

Eits, jangan salah. Ada pula istilah selingkuh yang dinamakan microcheating atau selingkuh kecil. Terminologi ini pertama kali muncul dalam Urban Dictionary tahun 2008. Psikolog Melanie Schilling juga mengungkapkan gagasan konsep yang sama, seperti dilansir Huffington Post Australia.

Apa yang disebut microcheating? Hal-hal remeh melibatkan emosional atau fisik, yang dilakukan bersama orang di luar pasangan. Misalnya, bertemu lawan jenis dengan alasan pekerjaan padahal kenyataannya hanya ingin membuat pertemuan. Pasangan diam-diam memuji perempuan/lelaki lain. Chatting dengan lawan jenis untuk alasan di luar pekerjaan dan sengaja berlama-lama. Pasangan menutup dan menghapus pesan-pesan virtual dengan lawan jenis yang tak ada hubungannya dengan urusan pekerjaan. Hal-hal kecil yang dilakukan bersama orang yang bukan pasangan dapat dikategorikan microcheating.

Godaan perselingkuhan kecil pada zaman pradigital hingga zaman digital berbeda. Dulu, bentuk perselingkuhan kecil bisa datang lewat lirikan mata, ajakan mengobrol pada lawan jenis yang menawan, sampai ngopi/ngeteh cantik. Kini, dengan maraknya aplikasi chatting, perselingkuhan kecil rawan terjadi secara virtual. Mengirim emoji hati saja bisa disebut microcheating. Nah, berhati-hatilah buat kalian. Takutnya, hal kecil yang kalian lakukan di luar relasi bisa disebut perselingkuhan kecil. Bahaya, kan?

Selingkuh kecil ini bukan berarti kita berhenti mencintai pasangan. Begitu juga perselingkuhan besar. Tak selamanya berarti berhenti mencintai pasangan kita.

Pola pikir yang sempit saat seseorang menganggap perselingkuhan terjadi karena sudah tak cinta lagi dengan pasangan. Mau bukti? Kita simak video ini yuk.


Keren kan videonya? Bukan, bukan soal visualnya yang mau dibahas Young Lady cantik. Video itu dirilis oleh The School of Life. Paham kan isinya? Kalau belum paham, Young Lady jelaskan ya.

Menurut The School of Life, sebuah relasi dibangun atas dua entitas: kedekatan dan jarak. Di satu sisi, pasangan butuh berdekatan dan beraktivitas dengan pasangannya. Namun di sisi lainnya, pasangan butuh jarak dengan pasangan agar tetap memiliki privasi dan bisa menjadi dirinya sendiri. Walau memiliki privasi, jangan sampai hal-hal yang tidak dibagikan pasangan bersifat toksik yang dapat mengecewakan dan menyakiti hati pasangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun