Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tak Setiap Curahan Hati Butuh Solusi

9 Oktober 2018   06:00 Diperbarui: 9 Oktober 2018   06:01 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasianers, pernahkah kalian jadi tempat curhat? Asyik ya, bisa jadi tempat curhat buat orang lain. Berpahala juga loh, karena kita berbuat baik dan memahami kesusahan hati orang.

Bahkan ada sebuah novel berjudul Magnet Curhat. Ceritanya tentang seorang wanita yang sering jadi tempat curhat oleh teman-temannya. Profesi magnet curhat ini tidak digaji. Biarkan Tuhan yang membayarnya.

Young Lady cantik sering kok jadi tempat curhat. Banyak orang mempercayakan isi hati, permasalahan, dan rahasianya pada Young Lady. As usual, Young Lady menikmati peran sebagai magnet curhat.

Salah satu syarat menjadi tempat curhat adalah bisa dipercaya. Nah, itu harga mati. Bayangkan dan rasakan, kayak lagunya Maudy Ayunda, bila kita curhat sama orang yang nggak bisa dipercaya. Wah, bisa-bisa rahasia kita terbongkar kemana-mana. Bukan rahasia lagi jadinya, tapi rahasia umum. Nggak mau kan kayak gitu?

Syarat lainnya adalah peka dan pengertian. Jangan mudah menjustifikasi. Misalnya, ada orang curhat sama kita. Ceritanya dia mengaku dosa kalau dia barusan selingkuh. Jangan langsung menjudge dia, dengarkan dan pahami dulu kenapa dia begitu. Orang yang jadi tempat curhat haruslah peka. Ia didesain untuk memiliki empati dan hati yang lembut.

Syarat yang tak kalah penting lainnya: sabar dan pendengar yang baik. Iya dong, mana bisa orang yang dicurhatin nggak bisa dengar dengan baik isi curhatan orang? Ia harus punya telinga yang peka mendengarkan dalam waktu lama, ia juga mesti punya hati yang sabar. Jangan gampang bosan dan naik darah kalau lagi dicurhatin. Maklumi saja jika kita mungkin hanya dijadikan "tempat sampah". Ambillah sisi positifnya. Berarti, kita dipercaya.

Ekstrovert, introvert, ambivert, bahkan lone wulf sekalipun bisa jadi tempat curhat yang baik. Asalkan ia sabar, peka, pengertian, tidak mudah menghakimi orang lain, dan pendengar yang baik.

Just so you know, orang curhat tak selamanya karena ia butuh solusi dan merasa hilang arah dan tak tahu arah jalan pulang...eits, itu kan lirik lagu Butiran Debu. Sering kali orang curhat hanya ingin didengarkan. Ia butuh didengarkan. Ia butuh dimengerti. That's all.

Jangan cepat-cepat memberi solusi saat ada seseorang yang curhat sama kita. Langkah pertama kita adalah mendengarkan. Dengarkan dulu saja apa yang dicurahkan dari hatinya, dengarkan dengan sabar. Jangan tunjukkan tanda lelah, bosan, atau mengantuk saat dia mencurahkan isi hatinya. Perlihatkan bila kita tulus mendengarkan dirinya.

Solusi itu nomor sekian. Berikan solusi bila benar-benar diperlukan, atau bila si pecurhat yang memintanya. Hati-hatilah saat memberi saran. Jangan asal menyarankan sesuatu. Gawat jika saran asal-asalan kita dilakukan lalu berakibat buruk. Kitalah yang disalahkan.

Young Lady jadi ingat sesi hypnotherapy. Saat itu, Young Lady cantik sangat hati-hati ketika memberi saran pada klien. Jangan sampai keliru atau sarannya kurang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun