Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teman Kuliah Tak Bisa Dipercaya, Catatan untuk Dosen dan Mahasiswa

23 Mei 2018   06:04 Diperbarui: 23 Mei 2018   06:53 2339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (kompas.com)

Ups, judulnya agak menyakitkan ya. Tapi, Young Lady realistis saja. Melihat kenyataan, berkaca dari pengalaman.

Okelah, manusia itu makhluk sosial. Berteman adalah fitrah manusia. Manusia pun tak bisa hidup sendiri. Tapi, lihat-lihat dulu jenis teman dan lingkungan pertemanannya seperti apa.

Tak ada yang melarang untuk mencari teman sebanyak-banyaknya. Eits jangan lupa. Cobalah lebih selektif. Teman bisa didapatkan dimana saja. Di lingkungan rumah, di perjalanan, di dunia pendidikan, dan di dunia kerja.

Namun, apakah semua teman baik? Jawabannya: nope. Young Lady takkan mudah mengatakan semua teman itu baik.

Seperti lirik lagunya Titi DJ, percayalah. Tidak semua orang yang kita kenal itu baik. Bahkan lebih banyak yang jahat dari pada yang baik. Ada yang terlihat baik dan tulus, namun ujung-ujungnya menusuk dari belakang. Ada yang kelihatannya mendukung dan menyukai kita, tetapi di belakang ternyata menjatuhkan kita. So, harus selektif dalam memilih teman yang layak dijadikan sahabat.

Selektiflah mencari teman yang bisa dipercaya, termasuk di lingkungan mana kita mencarinya. Bila mengharapkan teman yang bisa dipercaya di dunia kampus, don't expect too much. Siap-siaplah kecewa.

Mengapa teman kuliah tidak bisa dipercaya? Berkaca dari pengalaman dan realita yang ada, dunia perkuliahan adalah dunia yang kejam. Sebuah dunia yang penuh idealisme, kompetisi, dan target. 

Hitam-putihnya dunia mahasiswa terlihat dari tipe mahasiswa aktivis, pasivis, dan akademisi. Mudah menebak mana yang aktivis dan mana yang pasif. Bukan hanya dari penampilan, melainkan juga dari pemikiran dan prestasi akademiknya. Mudah juga membedakan mana yang pasif, apatis, egois, dan individualis.

Memang awalnya dunia kampus terkesan menyenangkan. Bisa mengenal banyak teman dari berbagai latar belakang, jam kuliah sangat santai, bisa ikut berorganisasi, belajar dengan senior, meminta bimbingan dosen di luar jam perkuliahan, cinta lokasi, dan semacamnya. Akan tetapi, makin ke sini, akan makin banyak keburukan terselubung yang ditemui.

Pertama, persaingan yang tajam dan saling menjatuhkan. Jangan kira hanya di dunia kerja, entertainment, dan modeling saja yang persaingannya tajam. Dunia kampus pun menawarkan persaingan tajam, bahkan cenderung tak sehat. Siapa yang dekat dengan dosen, dialah yang sering ikut penelitian dan semacamnya. Siapa yang sering cari muka di depan dosen, berharap dapat nilai bagus. Itulah yang terjadi di kelas Young Lady cantik.

Keburukan kedua, kurangnya kepedulian dosen. Dosen sering beralasan karena mahasiswa sudah dewasa, sudah bisa mengatur dan membedakan mana yang benar dan salah. Terjadilah lepas tangan. Dosen menjadi tidak peduli, apatis, dan hanya tahu beres. Mahasiswa dibiarkan mengatur sendiri. Bahkan, jujur saja hai para Kompasianer yang berprofesi sebagai dosen, apa kalian hafal dengan nama-nama dan wajah mahasiswa yang kalian ajar? Tidak, kan? Nah, itu. Padahal, di balik ketidakpedulian para dosen, di situlah para mahasiswa bisa berbuat seenaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun