Well, Young Lady menulis cantik untuk melawan rasa sepi. Saat ini Young Lady terperangkap dalam rasa sedih dan kesepian. Sedihnya hati bercampur dengan perasaan tidak adil. Mengapa tidak adil?
Ceritanya begini. Sejak rencana pernikahan si anak emas yang paling pintar dan paling membanggakan dalam keluarga besar, segalanya mulai berubah perlahan-lahan. Yang jelas anak emas, anak pintar, dan anak paling membanggakan itu bukan Young Lady. Sebab Young Lady hanya anak bodoh dan tak berguna. Anak bodoh yang sering mengingatkan kedua orang tuanya untuk berbagi, anak bodoh yang sering membangunkan kedua orang tuanya untuk Tahajud.
Ya, akan ada pernikahan lagi. Pernikahan yang jauh lebih menyita pikiran, waktu, dan materi. Sebagai anak bodoh, Young Lady pun harus banyak mengalah dan bersabar. Salah satunya, mengalah tidak mengikuti program pertukaran mahasiswa dan mengalah mengurangi jatah makan di luar selama beberapa bulan ke depan. Biasanya bisa 6-8 kali dalam sebulan, kini hanya 4 kali atau kurang dari itu. Tapi berbagi tiap Hari Jumat tetap jalan.
Mengurangi kegiatan dan semacamnya pun jadi bentuk pengorbanan yang lain. Demi pernikahan anggota keluarga tersayang dan tercinta menurut yang lain. Agar mereka fokus, agar perhatian mereka tidak terbagi.
Menghormati? Tentu saja. Rela berkorban? Berusaha mencoba konsisten ke arah itu. Mengeluh? Menguranginya, walau masih merasa sedih karena tak bisa meraih mimpi yang lama terpendam.
Ketika Young Lady cantik sudah mengalah dengan cantik, tetiba saja berhembus kecamuk prahara dari pihak keluarga calon mempelai laki-laki. Adik perempuan dari calon mempelai lelaki mengadakan pernikahan bulan depan. 4 bulan sebelum pernikahan kakak laki-lakinya.Â
Anehnya, pernikahan itu sangat sangat mendadak. Awalnya si adik perempuan tak punya pasangan, dan tidak ada tanda atau rencana apa pun sebelumnya, tetiba saja akan digelar pernikahan April mendatang. Seakan sebuah pernikahan yang dipaksakan dan tidak direncanakan sebelumnya.
Sampai di sini Young Lady merasa marah, kesal, sedih, dan tidak adil. Bukan masalah adik melangkahi kakak, sama sekali bukan. Akan tetapi soal egoisme dan benturan kepentingan. Young Lady sudah banyak mengalah, walau tak pernah dekat dan tak punya kasih sayang yang mendalam pada kedua calon pengantin. Tapi setidaknya Young Lady masih menghargai, menghormati, dan mau berkorban untuk mereka.
Di sisi lain, justru adik perempuan dari keluarga terdekat si calon mempelai lelaki malah membenturkan kepentingannya dan berkeras memenangkan kepentingannya sendiri di atas kepentingan saudaranya.
Ada pihak lain yang sudah bersedia mengalah, namun di satu sisi justru ada pihak lain yang mendorong, menyerobot, dan memonopoli kepentingannya sendiri. Sangat egois menurut Young Lady. Young Lady sudah mengalah untuk tidak ikut program student exchange, dan sudah banyak bersabar, tetapi perempuan itu seenaknya membenturkan kepentingannya sendiri tanpa memikirkan kepentingan lain yang semestinya diprioritaskan.Â
Young Lady sebut dia perempuan, sebab kata 'wanita' terlalu halus dan terhormat untuknya. Mereka yang berjenis kelamin perempuan, tak layak disebut wanita terhormat bila merampas hak dan membenturkan kepentingan dirinya sendiri.