Mohon tunggu...
Lathifah Annida Febriyanti
Lathifah Annida Febriyanti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sosiologi

Universitas Sebelas Maret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Pemuda Buddha Saat Pandemi Covid-19 Dalam Perspektif Teori Tindakan Sosial : Program Desa Belajar Dengan Pemasangan Instalasi Wi-Fi

9 Desember 2020   14:17 Diperbarui: 13 Desember 2020   21:16 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

          Penyebaran virus Covid-19 di Indonesia yang berlangsung cepat memberikan dampak yang sangat besar, tidak hanya mempengaruhi kesehatan masyarakat tetapi juga mempengaruhi aktivitas ekonomi, sosial, psikologis, budaya, politik, pemerintahan, pendidikan, dan lain-lain (Tuwu, Darmin 2020). Penyebaran Covid-19 juga memiliki pengaruh bagi masyarakat dalam hal ritual keagamaan. Agama memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Terkait himbauan pemerintah mengenai social distancing akan sangat berpengaruh terhadap para pemeluk agama dan organisasi keagamaan.

Peran pemuda di masa pandemi Covid-19

          Pada  kondisi seperti sekarang ini, peran pemuda sangat diharapkan untuk melakukan suatu tindakan yang nyata untuk mengurangi dampak yang dirasakan oleh masyarakat. Pemuda diharapkan dapat menjadi agent of change, yaitu pihak yang mendorong terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik. Pemuda harus berperan di dalam masyarakat agar dapat membantu memperbaiki kondisi masyarakat, salah satunya melalui organisasi pemuda berbasis agama. Mereka dapat berperan dengan memanfaatkan kemampuan yang miliki dalam pengoperasian teknologi digital.

          Salah satu upaya untuk memutus rantai penyebaran Covid-19 yaitu melakukan social distancing. Maka untuk saat ini, hal paling aman yang dapat dilakukan ialah stay at home, yang dimaknai dengan belajar, bekerja, dan beribadah dari rumah. Oleh karena itu beberapa kegiatan dilakukan secara online. Dalam hal ini pemuda dapat berperan dengan cara menjadi penggerak adanya kegiatan keagamaan yang dilakukan secara online untuk mematuhi kebijakan sosial distancing. Kesadaran pemuda akan dampak dari pandemi Covid-19, juga membuat pemuda dari organisasi keagamaan membuat program-program kerja yang dapat membantu masyarakat.

Program Desa Belajar dengan Pemasangan Instalasi Wi-Fi di Vihara

          Dengan adanya kebijakan social distancing di masa pandemi Covid 19 ini, menuntut masyarakat untuk merubah pola melakukan berbagai kegiatan secara daring. Namun, tidak semua masyarakat mampu mengikuti perubahan yang terjadi, dikarenakan adanya kendala saat melakukan kegiatan daring. Menurut Didik Susilo, selaku Ketua organisasi PATRIA (Pemuda Theravada Indonesia) DPD (Dewan Pengurus Derah) Provinsi Jawa Tengah, banyak umat beragama Buddha yang tinggal di pedesaan mengalami kendala sinyal saat melakukan kegiatan secara daring. “Karena kami di Buddhis itu kebanyakan wilayahnya atau umatnya itu berada diwilayah yang kadang susah sinyal, yang menjadi kendala kami,” ujarnya.

          Sebagai organisasi kepemudaan yang berbasis sosial keagamaan Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA) bersama organisasi keagamaan Buddha lainnya melakukan koordinasi untuk mendengarkan keluhan masyarakat dari berbagai wilayah yang ada di Jawa Tengah terkait dengan permasalahan akses internet. Karena di masa pandemi Covid-19 ini akses internet merupakan suatu hal yang sangat penting untuk menunjang kegiatan secara daring, salah satunya kegiatan pembelajaran. Selain itu pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian masyarakat menjadi lesu, sehingga masyarakat diberatkan utuk membeli kuota internet. “...pada bulan Agustus kami melakukan koordinasi bersama KBTI (Keluarga Buddhis Theravada Indonesia) yang terdiri dari Majelis Agama Buddha Theravada Indonesia (Magabudhi), Wanita Theravada Indonesia (Wandani), kemudian PATRIA sendiri berkoordinasi dengan Ketua Sangha wilayah Provinsi Jawa Tengah. Itu mendengarkan aspirasi dari berbagai wilayah ini dan kami lakukan selama empat sesi, dilakukan dengan mendengarkan curhatnya mereka yang dijadikan permasalahan adalah akses internet. Karena sekarang itu menjadi kebutuhan yang sangat penting apalagi sekarang seperti anak yang harus belajar secara daring. Di daerah itu justru masalah seperti sembako mereka sudah ada, cuma untuk pembelian kuota mereka agak susah apalagi dengan kondisi ekonomi yang lesu seperti saat ini,” ujar Didik Susilo.

          Dari adanya kendala yang dialami umat beragama Buddha di pedesaan, mendorong organisasi PATRIA (Pemuda Theravada Indonesia) Jawa Tengah, untuk berperan membantu masyarakat. Hal yang dilakukan yaitu mencanangkan program desa belajar dengan melakukan penggalangan dana untuk pemasangan instalasi Wi-Fi pada 50 Vihara di Jawa Tengah. Selain itu juga terdapat guru yang ditunjuk untuk mendampingi anak-anak saat belajar dan mengerjakan tugas dengan memanfaatkan Wi-Fi. Sehingga dapat mempermudah dan memaksimalkan kegiatan belajar. “Akhirnya kami mencetuskan program galang dana untuk pemasangan instalasi Wi-Fi di Vihara. Untuk sesi satu kami akan memasang di 50 titik Vihara di Jawa Tengah yang istilahnya dapat dijadikan percontohan atau role model terlebih dahulu,” ujar Didik Susilo.

Perspektif Sosiologis : Teori Tindakan Sosial Rasionalitas Berorientasi Nilai (Max Weber)

          Program desa belajar dengan pemasanagan instalasi Wi-Fi oleh Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA) Jawa Tengah dapat ditelaah menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan oleh Max Weber. Dimana Weber mengkaji tindakan sosial manusia dalam interaksinya dengan masyarakat yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk mencapai suatu tujuan, baik tujuan yang bersifat individual maupun yang bersifat komunal atau kolektif. Teori tindakan sosial sejatinya melihat individu atau suatu kelompok masyarakat dalam misinya untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan itu biasanya didasarkan pada unsur-unsur pertimbangan untuk mengawali suatu tindakan sosial, baik tindakan sosial yang didasari atas unsur pertimbangan yang sangat didasari atas logika yang bersifat rasional; tindakan sosial yang didasari atas dasar pertimbangan nilai yang ingin dicapai; tindakan sosial yang didasari atas pertimbangan kultural maupun tindakan sosial yang didasari atas faktor afeksi atau emosional (Johnson, 219-220:1986).

          Max Weber mengklasifikasikan tipe tindakan rasional menjadi dua, yaitu teori tindakan rasionalitas instrumental dan teori tindakan sosial rasionalitas berorientasi nilai. Dari kedua tipe tindakan rasional tersebut, peran pemuda Buddha termasuk pada tipe teori tindakan sosial rasionalitas berorientasi nilai. Tipe tindakan sosial ini, melihat bahwasanya alat hanya dinilai sebagai sarana pertimbangan sedangkan tujuanya sudah ditentukan oleh nilai akhir yang bersifat absolut (Johnson, 221:1986). Berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan Pemuda Theravada Indonesia dalam usaha mereka untuk merespon pandemi Covid-19 dapat dilihat dengan pemecahan aspek sosial. Usaha mereka dalam membantu permasalahan akses internet yang dialami masyarakat Buddha yaitu mencanangkan program desa belajar dengan melakukan penggalangan dana untuk pemasangan instalasi Wi-Fi pada 50 Vihara yang ada di Jawa Tengah. Nilai akhir dari upaya pemasangan instalasi Wi-Fi ini dapat dilihat sebagai usaha meringankan beban ekonomi masyarakat untuk membeli kuota internet selama masa pandemi dan merupakan penyelesaian masalah terkait dengan adanya kendala sinyal di daerah pedesaan. Sehingga masyarakat Buddha dapat mengakses internet dengan mudah, untuk melakukan kegiatan daring terutama sekolah dan memperoleh hasil yang maksimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun