Mohon tunggu...
Harits Taufiq
Harits Taufiq Mohon Tunggu... -

Calon sarjana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Memaknai Akhir Tahun

29 Januari 2018   09:39 Diperbarui: 29 Januari 2018   09:53 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Perjalanan hidup  selama satu tahun bukanlah hal yang sebentar, tetapi juga tidak terasa lama ketika kita sudah berada di penghujung tahun. Biasanya, ketika kita sudah tiba di akhir tahun banyak orang yang berusaha membuat momen mengesankan seperti mengadakan jamuan di rumahnya, pesta bersama teman, atau yang lainya. Seiring bangkitnya kesadaran masyarakat muslim Indonesia tentang pentingnya beragama, sebagian komunitas juga mengadakan momen akhir tahun mereka sendiri yang bernuansa religi, yakni muhasabah akhir tahun.

Bagi saya sendiri, akhir tahun merupakan hari-hari seperti halnya dengan hari-hari yang lain, tidak ada bedanya. Tidur pada tanggal 31, lalu bangun pada tanggal 1. Hanya rutinitas harian saja. Tidak ada yang istimewa dari tahun baru. Lagipula, merayakan datangnya tahun baru yang dilakukan kebanyakan orang tidak lain hanya kegiatan penghamburan uang saja.

Namun, seiring menambahnya umur, saya menjadi paham bagaimana memaknai akhir tahun yang sudah saya alami sejak tahun 1996. Menginjak usia 20an, tanggung jawab yang lebih besar telah menanti saya beberapa tahun lagi. Dan untuk mempersiapkan diri agar tanggung jawab tersebut dapat diterima dijalankan, saya harus memulainya dari sekarang agar tidak menyesal nantinya.

Bagaimana saya bisa terbesit untuk memaknai akhir tahun kali ini? Tidak lain karena faktor lingkungan dan tuntutan umur untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa yang penuh tanggung jawab.  Semakin berumur, semakin banyak teguran-teguran untuk diri sendiri agar menjadi pribadi yang lebih baik dari tahun sebelumnya, baik secara langsung maupun melalui lingkungan saya bergaul. 

Sejak awal masuk kuliah hingga bulan Oktober tahun 2017, saya hanya mengikuti arus tidak ada perencanaan atau tujuan hidup. Namun tidak pernah sekalipun mendapatkan ujian atau cobaan hidup yang cukup berat selain tugas kuliah saja, karena itu saya menganggap bahwa dengan mengikuti arus saya masih tetap aman, lulus kuliah bisa langsung dapat kerja.

Dalam pikiran saya, setelah dapat kerja otomatis saya pun dapat penghasilan tetap, sehingga dapat memiliki kehidupan yang nyaman dan terus menjalani kehidupan tersebut hingga malaikat maut datang menemui saya. Namun pada kenyataanya tidaklah demikian. Saya ingat betul saat jam kuliah, dosen saya menunjukan data yang mengatakan bahwa pengangguran lebih banyak berasal dari lulusan perguruan tinggi dibanding jenjang pendidikan yang lain. Hal tersebut tentu saja mematahkan stigma bahwa lulus kuliah otomatis kerja dan hidup enak. Saya cukup terkejut dengan pemaparan data tersebut.

Mahasiswa terlalu sering dipaparkan oleh masyarakat awam bahwa tujuan kuliah adalah agar mudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus sehingga menyebabkan sebagian dari mereka berkuliah hanya mengikuti arus, namun pada kenyataanya banyak sarjana nganggur di Indonesia. Tidak ada salahnya apabila lulus kuliah langsung ingin bekerja, namun hal yang lebih sering disinggung ialah hasil dari kuliah (yaitu mudah dapat pekerjaan karena bergelar) dan jarang menyebutkan bagaimana prosesnya agar bisa mendapatkan pekerjaan.

Padahal untuk mendapatkan kehidupan yang 'nyaman' harus dilakukan dengan memiliki target-target tertentu, bukan hanya mengikuti arus saja. Hidup seorang mahasiswa bukan hanya sekedar siklus kuliah-main-tidur saja. Terdapat tamparan keras bagi orang-orang dan juga mahasiswa dari ustad Zainuddin M.Z. tentang kehidupan. Pada intinya, beliau mengatakan bahwa kalau hidup hanya makan-minum-tidur,  seekor monyet juga bisa. Maka butuh tujuan agar jalan hidup terarah dan bermakna, karena hidup hanya diberikan sekali oleh Allah. Apabila dari tahun ke tahun tidak ada perkembangan pada diri sendiri, maka merugilah kita dan akan menyesal ketika sudah tua.

Itulah hal yang hilang dalam kehidupan saya semasa kuliah, hilangnya makna dari aktivitas saya di usia 20an ini. Ketika tuntutan tanggung jawab semakin besar tidak dibarengi dengan kepandaian dalam bertanggungjawab maka seseorang akan tertinggal dari teman sebaya nya. Maka sekarang saya pun mencoba untuk membuat target-target dalam kehidupan untuk perkembangan diri sendiri di tahun ini. Di tahun 2018 ini, kita (khususnya saya) harus memiliki target atau hal-hal apa saja yang harus kita lakukan untuk perkembangan diri yang akan menopang tanggung jawab di masa depan agar tidak kaget nantinya. Apabila kita tidak mempersiapkanya dari sekarang, maka kita harus bersedia menanggung beban yang lebih berat nantinya. 

Maka saran dari saya, cobalah membuat daftar hal-hal apa saja yang harus atau ingin kita raih di tahun ini, baik dari perkembangan diri, ataupun hal lainya yang positif. Setelah membuat daftarnya, jangan lupa juga kita buat bagaimana cara agar kita dapat meraih hal tersebut dan cantumkan timeline dari target-target tersebut. Lalu setelah itu, dipajang di tempat yang dijangkau untuk dilihat. Setelah semuanya selesai, jangan lupa untuk meminta doa kepada Allah dan berkomitmen untuk melakukan hal-hal yang ada di daftar tersebut. Akan lebih baik kalau kita memberikan diri kita sendiri reward atau hadiah ketika salah satu target telah tercapai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun