Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Papa Bolehkah Aku (yang Kristen) Ikut Berpuasa?

17 April 2021   22:21 Diperbarui: 18 April 2021   05:46 3599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Seorang anak kecil memandang burger sedap. Sumber: grid.id

Ketika Gavriel yang saban hari berteman dengan anak-anak sepermainan yang sebagian besar Muslim, maka mulailah ia mengenal hal-hal berbeda dengan apa yang ditemuinya sebagai kebiasaan di rumah. Fakta yang mulai mengusik perkembangan kognitifnya seperti perbedaan cara berdoa, perbedaan kalimat atau kata rohani yang berciri khas bahasa arab bagi yang muslim dan ibrani atau latin bagi yang kristiani.

Misal ketika sebelum buka puasa bersama seluruh warga, biasanya warga muslim membatalkan puasa dengan takjil lalu segera melakukan sholat maghrib berjamaah di balai RT, baru setelah itu makan besar bersama-sama seluruh warga baik muslim maupun bukan muslim.

Ketika ia melihat teman-temannya melakukan wudhu, atau melihat gerakan-gerakan tubuh dan mulut yang melafalkan doa dalam jamaah tersebut maka kami memberitahu bahwa gerakan-gerakan tersebut disebut sebagai sholat.

Untuk sementara waktu Viel merasa puas atas rasa penasarannya dengan pengetahuan baru yang disebut sholat, ini adalah bentuk keseimbangan atau mengutip istilah Y.B Mangunwijaya disebut sebagai equilibrium.

Suatu kali ketika Viel melihat teman-temannya bersama ratusan jamaah melakukan sholat di halaman masjid sampai meluber ke tepi jalan raya, pemahamannya tentang sholat menjadi terganggu.

Dulu sholat yang ia pahami dilakukan oleh warga di balai RT sebelum berbuka puasa bersama, sekarang kenapa berbeda? Ketidakseimbangan ini membuat Viel menafsirkan ulang pengetahuannya tentang sholat.

Keadaan tidak seimbang pada kognitif anak ini disebut disequilibrium, dimana ia harus memikirkan dan menafsirkan ulang pengetahuan awal yang didapatkankan tentang sesuatu.

Dengan sedikit bantuan mamanya, Viel mengerti bahwa sholat diakhir masa sebulan berpuasa disebut Sholat Ied, sebagai tanda berakhirnya puasa dan dimulainya hari raya Idul Fitri. Proses menafsir ulang pengetahuan yang terdahulu untuk mendapatkan pengetahuan yang baru ini disebut proses akomodasi, suatu penyesuaian dengan situasi yang baru, yang menghasilkan kata baru Sholat Ied.

Ia menemukan keseimbangan baru dengan konsep Sholat Ied. Proses mengatasi disequilbrium ini disebut sebagai equilibration.

Ketika kemudian ia mendengar dari saya atau teman bermainnya, atau melihat dan mendengar berita televisi bahwa Sholat Ied disebut juga Sholat Idul Fitri, maka ia tidak akan mengalami kesulitan untuk memahaminya, sebab itu hanya soal nama saja. Pembentukan konsep baru telah terjadi ketika anak mengkonstruksi kata Sholat Ied.

Proses belajar yang disebut sebagai equilibration terjadi ketika anak menemukan ketidakcocokan antara sesuatu yang ia ketahui dengan apa yang ia alami. Dalam hal itulah saya setuju dengan konsep merdeka belajar, di mana anak belajar secara nyata dari apa yang ia lihat dan ia alami dari kehidupan keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun