Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Polisi Juga Manusia Biasa

27 Februari 2021   21:38 Diperbarui: 28 Februari 2021   06:54 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi polisi wanita ibu rumah tangga (sumber: livemint.com)

Pada awal seleksi menjadi anggota polisi mungkin serangkaian psikotes telah dilewati dengan baik, lolos sesuai prasyarat yang ditetapkan. Berbagai aspek psikologis yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai polisi tentu menjadi bahan seleksi dalam psikotes tersebut.

Namun itu adalah psikotes diawal masuk dan berkarir, yang bermanfaat untuk placement atau penempatan atau penugasan polisi pada satuan yang paling sesuai dengan kompetensi dan kepribadiannya. Padahal setelah berkarier sekian lama, akan banyak terjadi dinamika hubungan pekerjaan maupun hubungan sesama anggota polisi, maupun pihak luar, termasuk masyarakat yang menimbulkan berbagai tegangan pribadi yang mempengaruhi aspek-aspek psikologisnya.

Katakanlah sebuah contoh salah satu aspek psikologis yang harus dipenuhi oleh seorang calon polisi adalah kemampuan mengendalikan diri atau kontrol diri. Goldfried dan Merbaum (dalam Risnawati, 2010) mengatakan bahwa kontrol diri sebagai suatu kemampuan untuk menyusun, mengatur, dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa individu ke arah konsekuensi positif. Kontrol diri juga menggambarkan keputusan individu yang melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan perintah yang telah disusun untuk meningkatkan hasil dan tujuan tertentu seperti yang diinginkan.

Ketika dilakukan test seleksi bisa jadi pada saat itu si calon polisi lolos karena memang faktanya memiliki kontrol diri yang baik. Pertanyaannya apakah setelah berdinas selama bertahun-tahun ia masih memiliki kontrol diri yang baik? Jawabannya belum tentu, bisa iya dan bisa juga tidak.

Mengapa demikian? Karena aspek kontrol diri dipengaruhi oleh proses interaksinya dengan berbagai pihak lain selama ia berdinas maupun di luar dinas. Apa yang diamati dari sesama polisi, orang lain atau masyarakat, dan institusi lain memberikan stimulus kepada dirinya untuk diolah, dipelajari, dan selanjutnya direspon. Ia akan melakukan proses belajar tanpa disadari, lalu merespon dengan meniru atau sebaliknya menolak.

Jika yang dia lihat dari polisi lain, masyarakat, dan institusi lain adalah hal yang negatif misalnya perilaku korupsi, sikap intimidatif, perilaku penyalahgunaan kewenangan, konsumsi narkoba secara diam-diam dan berbagai hal negatif lain yang terjadi terus-menerus dalam periode lama maka menjadi wajar jika semua itu terekam sebagai data-data pikiran bawah sadar yang akhirnya mempengaruhi perilaku meniru perbuatan negatif tersebut.

Apakah semua polisi yang mengalami hal demikian akan terpengaruh dan meniru perilaku negatif tersebut? Belum tentu. Polisi yang memiliki kepribadian yang kuat, yaitu memiliki sistem tata nilai pribadi yang kokoh, tidak akan melakukan perilaku tidak terpuji tersebut. Tata nilai didalam diri yang telah menjadi believe system yang kokoh akan menjadi faktor penguat terhadap kontrol diri yang baik dari polisi tersebut. Kontrol diri yang kuat akan membantu polisi untuk beradaptasi dalam lingkungan yang tidak kondusif, untuk tetap bertahan dan eksis dengan profesionalisme yang relatif baik.

Demikian pula berbagai aspek psikologis lain bila terjaga dan terkelola dengan baik, akan membantu polisi bisa beradaptasi terhadap lingkungan yang tidak kondusif dan tetap survive bahkan mampu memberikan pengaruh positif untuk melakukan perubahan.

Bagaimana Membantu Polisi agar Tetap Baik?

Porsi terbesar ada pada institusi Polri untuk membantu polisi tetap baik. Mungkin perlu evaluasi dan perubahan tata kelola SDM untuk satuan-satuan tertentu yang memiliki tingkat resiko tinggi terhadap aspek psikologis anggota polisi.

Ilustrasi polisi sedang berlutut (sumber: genpi.co)
Ilustrasi polisi sedang berlutut (sumber: genpi.co)
Atau bisa jadi diperlukan reinforcement terhadap kemampuan manajemen dan kepemimpinan terhadap kepala satuan-satuan yang ada dalam tubuh Polri, apalagi satuan-satuan kewilayahan yang rawan konflik, overload beban kerja, dan satuan kewilayahan yang jauh dari komando pusat. Tentu saja hal ini harus dilakukan proses evaluasi terlebih dahalu.

Porsi masyarakat sipil adalah menjadi partner yang baik bagi polisi, partner adalah rekan yang bekerja bersama, bersinergi untuk mewujudkan stabilitas dan rasa aman bersama dalam masyarakat. Jika komponen masyarakat banyak yang bersinergi dengan polri tentu akan menimbulkan hubungan yang harmonis secara komunal maupun rasa respek personal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun