Mohon tunggu...
Lanjar Wahyudi
Lanjar Wahyudi Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati SDM

Menulis itu mengalirkan gagasan untuk berbagi, itu saja. Email: lanjar.w77@gmail.com 081328214756

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Hidup adalah tentang Penerimaan Bukan Perlombaan

2 Oktober 2020   12:00 Diperbarui: 2 Oktober 2020   16:43 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: pixabay/Gerd Altmann

Suatu kali seorang Guruji mengajar tentang hikmat kepada murid-muridnya yang masih muda. Mereka asyik mendengarkan apa yang diajarkan oleh Guruji ini sebab ia mengajar dengan bercerita, bukannya dogma-dogma kaku yang otoriter.

Ditengah asyiknya berinteraksi dengan para muridnya  tiba-tiba dari jauh datang serombongan ibu-ibu beserta anak-anaknya, rupanya mereka dari sumur mengambil air untuk dibawa pulang, maklum pada masa itu sumur hanya ada satu untuk seluruh desa, biasanya sumur dibuat disekitar pohon-pohon beringin besar yang rindang ditepi desa.

Anak-anak berlarian mendekati Guruji dan murid-muridnya, sambil berteriak riang mereka memanggil sang Guruji. Guruji sesaat menghentikan kisahnya dan memandang kepada anak-anak lucu tersebut, dan menyambut mereka dengan tangan terbuka. Keterbukaan Guruji membuat anak-anak itu senang sehingga mereka begitu bebas mengekpresikan perasaannya dengan memeluk, minta dipangku, bahkan ada yang lompat ke punggung Guruji dan menggelayut nyaman. 

Rupanya beberapa murid merasa tidak senang dengan perilaku anak-anak itu, rasanya kurang sopan memperlakukan Guruji seperti itu, kurang hormat, harusnya dimuliakan, ditempatkan  istimewa sesuai derajatnya sebagai seorang Guru agung, tidak boleh sembarangan begitu apalagi oleh anak-anak yang tidak punya kapasitas selayaknya orang dewasa dan berpendidikan seperti murid-murid Guruji. Maka berteriaklah beberapa murid itu kepada anak-anak  agar mereka berlaku sopan, jangan berisik, duduklah yang manis. Dan tak lupa juga dengan semangat mereka memarahi ibu-ibu itu dengan kecaman tidak bisa mengatur anaklah, tidak tahu tata-kramalah, tidak bisa memberi teladan ke anaklah, tidak perhatianlah, dan sebagainya.

Melihat itu, Guruji berdiri lalu berkata kepada para muridnya, aga mereka tenang dan tidak perlu gusar. "Tidakkah kalian belajar sesuatu?", kata Guruji tenang. Semua murid tercengang, tetapi tidak ada yang berani berucap. Namun dalam hati mereka bertanya apa yang dimaksud Guruji, belajar apa? Belajar dari ketidaksopanan anak-anak ini? Belum habis pikiran mereka dan kegundahan itu, tiba-tiba salah satu anak kecil dekil berkata, "Maksud Guruji belajar apa?", tanyanya dengan penuh kepolosan. Sambil  tersenyum Guruji meminta mereka semua duduk.

Baru saja aku memberikan pelajaran yang berharga untuk kalian semua, aku mengerti bahwa tujuan kalian berguru, belajar, berlatih adalah agar kalian menjadi orang memiliki keunggulan dibanding kebanyakan orang lain, memiliki hal yang  istimewa dibanding orang lain, sehingga itu akan membuat kalian diterima dimanapun nanti kalian ingin berkarya, atau kepada siapa kalian ingin bekerja mengabdikan diri kalian.

Kebanggaan diri kalian terletak pada kepandaian yang kalian miliki, kepintaran yang telah kalian pelajari, dan kecakapan yang telah kalian latih bertahun-tahun, bersyukurlah karena kalian memiliki kesempatan untuk semua hal baik itu. Tetapi kalian salah besar ketika kemudian kalian menganggap bahwa kepandaian, kepintaran, dan kecakapan adalah kunci kalian bisa diterima, dihargai, dan dimuliakan.

Jika kalian menjadikan itu semata-mata sebagai kunci, maka kalian akan mewariskan pola pikir yang sama kepada anak-anak kalian, demikian pula mereka akan mewariskannya kepada cucu-cucu kalian, dan ini akan terus terjadi seperti lingkaran yang terus menggulung tanpa berhenti. Kalian hanya ingin diterima, dihormati, dimuliakan dan lupa bahwa diluar sana banyak yang tidak mendapatkan kesempatan itu.

Mereka yang lahir dari keluarga yang sederhana bahkan berkekurangan tidak akan mampu mendapatkan kesempatan seperti yang kalian miliki sekarang, sebab mereka  lebih memilih mencari makan agar hari ini mereka bisa hidup dari pada belajar dan berlatih seperti kalian untuk mempersiapkan masa depan. Mereka yang hidup dalam keluarga yang retak, tidak akan memiliki kepercayaan diri dan harga diri sebagai orang baik seperti kalian, itu sebabnya mereka memilih menyendiri dan akhirnya terpinggirkan dari lingkungan masyarakat luas termasuk terpinggirkan oleh sudut pandang  kalian sendiri.

Lihatlah aku menyambut anak-anak kecil ini, bocah-bocah yang lemah yang sangat bergantung kepada orang tuanya, tidak memiliki kekuatan apapun yang bisa mereka banggakan untuk menjadi yang utama, atau menjadi yang terkuat, atau menjadi yang terhebat, atau menjadi yang terhormat. Mereka kecil dan tidak berdaya dihadapan kebanyakan kita orang-orang dewasa yang memiliki banyak kelebihan, memiliki kepintaran dan kebijaksanaan, kekuatan dan kekayaan, kekuasaan dan kehormatan. Tapi lihatlah anak-anak ini mereka bahagia tanpa itu semua, mereka tertawa, bebas bermain dan menikmati kehidupan mereka yang sederhana. 

Murid-muridku, hidup ini bukanlah perlombaan tentang siapa yang menang dan kalah, hidup ini bukanlah persaingan atau pertempuran untuk menentukan siapa yang hidup dan mati. Lihatlah anak-anak ini; mereka  yang terlalu polos sehingga sering diperdaya, mereka yang tak memiliki kekuatan sehingga mudah dikalahkan, mereka yang kecil dan sering menjadi korban perilaku kasar. Dan sadarilah bahwa hidup ini adalah tentang penerimaan. Penerimaan satu dengan yang lain, penerimaan terhadap kekurangan orang lain, penerimaan akan kelemahan orang lain, penerimaan terhadap segala hal yang menurut pikiran kalian tidak layak untuk diterima sebab tidak sepadan dengan diri kalian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun