Postur PV Sindhu yang tinggi menjulang bagaikan dewa maut di hadapan Akane Yamaguchi yang pendek mungil. Akhirnya PV Sindhu menamatkan perlawanan Akane, sekaligus menghentikan perjuangan kontingen bulutangkis Jepang untuk meraih medali.
Skuad bulutangkis Jepang hadir dengan harapan yang tinggi. Betapa tidak? Kalau diibaratkan tim sepakbola maka skuad mereka cukup mewah. Kita lihat:
- MS: Dengan ujung tombak kontingen adalah "King" Kento Momota yang merajai peringkat satu dunia, optimisme mereka cukup tinggi.
- WS: Akane Yamaguchi dan Nozomi Okuhara yang masuk di jajaran elit, meski harus diakui persaingan di tunggal putri dunia berlangsung cukup merata, dan kalau boleh dibilang cukup brutal, meski Olimpiade kali ini tanpa kehadiran sang petahana, Carolina Marin.
- MD: Lima kali berturut-turut berhasil mengalahkan Kevin/Gideon, membuat Yuta Watanabe/Hiroyuki Endo menjadi momok bagi MD nomor satu dunia. Meski mereka masih kalah head to head dengan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
- WD: Geng WD Jepang merajai jajaran elit dunia. Pensiunnya Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi (peraih emas Olimpiade Rio 2016) seolah tak berpengaruh apapun, karena kedalaman skuad mereka, kalau istilah klub bola, dari pemain inti hingga pemain cadangan.
- XD: Yuta Watanabe/Arisa Higashino juara All England 2021, meski saat itu turnamen berjalan tanpa kehadiran sejumlah negara kuat bulutangkis.
Dengan skuad sesangar itu layak publik Jepang bahkan para pengamat bulutangkis menjagokan Jepang. Lebih-lebih mereka bermain di kandang sendiri. Tetapi kenyataan tak seindah harapan.
Kekalahan Kento Momota di fase grup oleh pemain yang tidak diunggulkan (Heo Kwang Hee-Korea) seolah merupakan sebuah pertanda buruk bagi skuad Jepang.
Cedera lutut yang dialami Sayaka Hirota, seolah merupakan pertanda buruk berikutnya. Kalah dari Greysia/Apriyani di fase grup, Yuki Fukushima/Saya Hirota dihentikan lajunya oleh Chen Qingchen/Jia Yifan di perempat final. Di partai lain Wakana Nagahara/Misaki Matsumoto dikalahkan Kim/Kong dari Korea.
Yuta/Arisa dan Yuta/Endo, tumbang di hari yang sama. Ada juga yang mengatakan Yuta kecapekan diforsir di dua nomor, sehingga "Lee Young Dae muda" Jepang ini tidak bisa bermain optimal.
Cerita selanjutnya kita sudah tahu, Nozomi dan Akane menjadi "kloter" terakhir dari kontingen Jepang yang masuk kotak.
Meski akhirnya Yuta/Arisa berhasil meraih perunggu, yang merupakan sejarah untuk Jepang di nomor XD Olimpiade, hasil yang diperoleh tetaplah sebuah mimpi buruk bagi kontingan Jepang. Boleh dibilang ini adalah sebuah kegagalan.
*
Olimpiade London 2012 merupakan era kegelapan bulutangkis Indonesia. Bukan hanya gagal meraih medali emas. Kontingen bulutangkis Indonesia pulang dengan tangan hampa.
Tontowi/Lilyana adalah juara ganda campuran All England 2012, setelah terakhir 33 tahun sebelumnya Christian Hadinata/Imelda Wiguna. Tak heran  Tontowi/Lilyana  digadang-gadang untuk merebut emas Olimpiade. Sayangnya tak hanya gagal merebut emas, Tontowi/Lilyana juga gagal merebut medali perunggu, kalah dari Joachim Fischer Nielsen/Christinna Pedersen (Denmark). Taufik Hidayat yang sudah lewat masa jayanya, dan Ahsan/Bona Septano yang belum matang, gagal meraih medali.