Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Mengenang Menunggu Pengumuman UMPTN di Jaman Dulu

15 Juni 2021   16:09 Diperbarui: 15 Juni 2021   16:16 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Atmosfer emosi di banyak rumah pada Senin malam, 14 Juni 2021, mungkin serasa nano nano. Ada aura kegembiraan, ada aura kesedihan, ada juga aura kebingungan.

Senin sorenya kan baru saja pengumuman yang lolos SBMPTN. Ada yang bingung karena nggak keterima. Ada juga yang keterima tapi malah bingung. Lho keterima kok malah bingung? Ada yang keterima di pilihan kedua atau ketiga yang dibuat dengan asal-asalan, jadi bingung mau diambil atau tidak.

Ada juga yang bingung karena keterima di banyak tempat. Mungkin selain SBMPTN, juga mendaftar di perguruan tinggi kedinasan, juga mendaftar beasiswa ke luar negeri. Kalau keterima semua awalnya gembira sih, tapi ujungnya bingung mau pilih yang mana.

Di jaman ini untuk mengetahui kita keterima atau tidak cukup duduk manis di rumah. Mungkin perlu sering sambil refresh halaman internet karena banyaknya pengakses sehingga servernya kewalahan. Bagi yang tidak memiliki akses internet ya nongkrong di warnet, atau tempat yang menyediakan akses wifi.

Jaman UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dulu, kita mesti berburu koran pagi untuk bisa memeriksa apakah nomor tes kita tertera di pengumuman UMPTN. Kalau yang tidak langganan koran, atau sudah berlangganan tapi nggak sabaran, ya pagi-pagi sekali sudah nyamperin pangkalan loper koran.

Dan pagi-pagi di jalanan sudah banyak orang yang menawarkan koran yang memuat pengumuman UMPTN dengan harga berkali-kali lipat. Makin siang harganya makin turun. Bukan cuma koran lokal tetapi juga koran daerah lain.

Ada juga gerombolan yang pagi-pagi sudah nongkrong di rumah salah satu temannya yang berlangganan koran. Jadi satu koran dikeroyok rame-rame. Pokoknya hari itu para Bapak harus maklum untuk tidak bisa menjalankan rutinitas pagi minum kopi sambil baca berita koran.

Waktu itu UMPTN dibagi tiga zona. Saya kurang hapal pembagiannya, tetapi misalkan kita ikut ujian di Jakarta, maka hasilnya akan dimuat di koran terbitan ibukota. Saya ingat waktu itu ada semacam isu yang entah benar entah tidak, jadi kalau kita misal menyasar universitas di zona 1, maka sebaiknya kita juga mengikuti ujian di lokasi di daerah zona 1, agar peluang keterima lebih besar.

Jadi banyak teman, yang pergi ke luar kota sekedar untuk ikut ujian UMPTN di daerah universitas yang ditujunya. Jadi kalau ada teman yang ikut ujiannya di Jakarta, ya dia akan mencari pengumumannya di koran Kompas, bukan KR.

Setelah fase emosi karena keterima atau tidak, biasanya kita akan berlanjut ke fase kepo. Yaitu mencari nomer peserta tes teman-teman kita apakah mereka juga keterima. Kalau nggak tahu nomernya gimana? Ya pantengin satu persatu namanya sampai pegel.

Nah, episode canggungnya adalah saat dua orang sahabat bertemu, dan salah satu nggak keterima. Yang satu memberi selamat, yang satu berusaha menghibur. Keduanya sama-sama menyadari, mereka akan menempuh jalan yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun