Mohon tunggu...
Langit Muda
Langit Muda Mohon Tunggu... Freelancer - Daerah Istimewa Yogyakarta

Terimakasih Kompasiana, memberi kesempatan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Nikmat Tuhan yang Mana Lagi yang Engkau Dustakan?

17 November 2019   06:03 Diperbarui: 17 November 2019   06:01 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Hiruk pikuk mengenai RUU KPK, jatah menteri di kabinet, lem aibon, hingga PSSI, ternyata lebih banyak mudharat daripada  manfaatnya. Buktinya, saya sampai ketinggalan kabar maha penting, dari dunia gosip seleb dan infotainment. Yaitu mengenai ketidakmampuan Nia Ramadhani mengupas buah salak, dan bagaimana beliau kesasar di rumah sendiri saking luasnya.

Atau mengenai uang SPP sekolah sang anak, yang setahunnya cukup buat beli satu unit apartemen tipe studio. Padahal dulu ketika saya SD, membayar SPP dan BP3, cukup menyelipkan uang dan kartu SPP & BP3 ke dalam plastik bening, lalu dikumpulkan di kelas untuk diserahkan ke guru wali kelas.

Jika Nia Ramadhani berpose dengan sepatu beda sebelah, bisa terlihat keren. Coba saja kalau kita yang melakukannya sambil jalan-jalan. Dipastikan orang-orang yang pada melihat, akan berbisik-bisik sambil menempelkan telunjuk di jidat.

Bila Nia Ramadhani makan es krim dikarenakan mengisi kesibukan sebagai kegiatan tambahan, sebagian kita hanya bisa makan es krim bila ada rejeki tambahan. Pastilah Nia Ramadhani belum tahu betapa nikmatnya makan kuaci dengan penuh penghayatan. Dulu sebelum jaman gawai bertebaran, cara untuk mengisi waktu biar ndak kelihatan bengong dan mati gaya, adalah dengan makan kuaci dan mengisi TTS (maaf, tidak merekomendasikan merokok, apalagi dulu belum ada BPJS). Bersyukurlah mereka yang terampil mengupas kuaci, tidak semua orang memiliki talenta untuk mengupas kuaci.

Dulu pernah kejadian ada seleb melanggar jalur busway, sempat hendak diajak jadi Duta Tertib Jalur Busway. Kemudian, ada seleb menjadikan sila Pancasila sebagai bahan gurauan, malah diangkat jadi Duta Pancasila. Nah, mengapa tidak menjadikan Nia Ramadhani sebagai Duta Salak. Misalkan bisa sebagai brand ambassador salak pondoh. Video Nia Ramadhani lagi "unboxing" salak pondoh, pasti akan sangat membantu mempromosikan buah salak tersebut.

Saya mengerti, kalau istilah anak jaman now, ada yang menyatakan "jiwa miss-queen" bergetar (mungkin masih satu marga dengan "jiwa miss-call", alias hendak ngobrol tapi modal miss-call doang karena kepingin ngirit pulsa), mendengar "keluh kesah" dari Nia Ramadhani.

Para sedulur, tengoklah ke dalam kehidupan diri kita, betapa banyak anugerah dari Tuhan yang mestinya kita syukuri. Kita akan mendapati sedemikian banyak pengalaman-pengalaman berharga yang telah kita rasakan (dan mungkin sulit dirasakan oleh Nia Ramadhani):

  1. Makan mangga sambil manjat di pohon, buah mangganya cukup dikupas pakai gigi. Lebih menantang lagi bila itu pohon mangga milik tetangga ......
  2. Menikmati sisa mangga yang tinggal separo, karena sebagian dimakan codot. Dengan "logika kopi luwak", berarti mangga yang digigit codot adalah mangga "terpilih" ... ha ha ....
  3. Menggerogoti sisa-sisa daging buah di pelok mangga (istilah Jawa-nya "dibrakoti"), hingga seratnya kerap slilit di gigi. Ngemut pelok itu nikmat ....
  4. Digigit semut sewaktu memanjat pohon rambutan
  5. Ada yang saking sempitnya rumah, kentut di WC, baunya tercium sampai ke dapur, kamar tidur, ruang tamu, dan ..... rumah tetangga.
  6. Ada yang jarak dari kamar tidur ke WC lebih jauh dari panjangnya rumah Nia Ramadhani, karena untuk BAB mesti pergi ke sungai.
  7. Main bekelan dengan biji salak, pengganti biji bekel dari kuningan.
  8. Kebahagiaan menemukan duit lima ribu nyelip di saku baju yang hendak dicuci
  9. Mendapati kaleng biskuit khong guan berisi ampyang, padahal biasanya secara default isinya adalah rengginang.
  10. Tengah malam hujan deras, listrik padam karena lupa isi token, sementara hp lowbat.
  11. Bangun pagi nyalain kompor, gas habis, terpaksa pagi-pagi berkeliling nyari kios yang jual gas.
  12. Pagi-pagi mesti ke Puskesmas buat nyari rujukan BPJS.
  13. Suara merdu mendayu di ujung sana, "Maaf, pulsa anda tidak cukup untuk melakukan panggilan"
  14. (Bagi anak kost) Mie instan sebungkus dibelah dua, separo buat pagi, separo malam
  15. (Bagi anak kost) Sisa nasi goreng tadi malam buat sarapan pagi
  16. Antri gas melon 3 kilogram di pangkalan
  17. (Bagi anak kost) Pura-pura main ke rumah teman ngepasin mendekati jam makan, buat numpang makan
  18. Perhitungan banget dengan cashback yang bakal diperoleh setiap kali mau beli barang
  19. Mengumpulkan kupon "10 kupon ini gratis 1x cuci"
  20. Odol habis, digunting, dikoretin dengan sikat gigi
  21. (Bagi anak kost) Merebus indomie (bukan popmie) pakai air panas dispenser
  22. Tiada hari tanpa ngecek sisa pulsa dan kuota internet
  23. Ngitungin poin gratisan pulsa dan gratisan SMS
  24. (Bagi anak kost) Malam beli nasi padang lauk ayam, pagi sarapan pakai kuahnya
  25. Melatih kekuatan otot lengan dan punggung dengan mengganti galon di dispenser
  26. Nyemplung di bak mandi di hari yang panas serasa bagaikan menikmati bathtub hotel bintang lima
  27. Mampu membedakan jahe, lengkuas, kunyit dan kencur
  28. Kalkulasi jasa titipan agar cukup buat ngongkosin liburan (rumah di Bantul, liburan ke Parangtritis).
  29. Memindah-mindah ember saat musim hujan agar posisinya pas di bocoran atap
  30. (Bagi anak kost) Rajin mendatangi kondangan di hari Minggu, sebagai UPGK (Usaha Peningkatan Gizi anak Kost). Dan makan sekenyangnya, supaya tidak perlu makan malam (karena memang lagi tidak ada yang dimakan)
  31. Memasang beras jimpitan berulang kali, karena  tumpah disundul tikus atau kucing
  32. Mandi dengan sabun batangan yang sudah setipis ATM
  33. Rapat RT panitia tujuhbelasan sampai larut malam, karena berusaha ngirit anggaran, tapi lomba dan tirakatan bisa tetep jalan. "Eh, yang rapat RT, kan Si Ardi?"
  34. Mempersiapkan jajanan dan ceret berisi air teh, buat yang sedang kerja bakti pemasangan paving block di jalan kampung. "Ardi ikut kerja bakti, ndak?"
  35. (Bagi anak kost) Numpang mandi di kampus, karena air di kost-kost-an tidak mengalir
  36. Memakai sandal jepit putus yang diganjal peniti atau jarum pentul. Duh ... sensasinya itu, saat peniti menggasruk aspal .....
  37. Makan kacang ijo di Posyandu Balita bersama ibu-ibu PKK. "Lho itu kan jatah anak-anak ....?"
  38. Menyiapkan kado silang seharga 10 ribu rupiah untuk jalan sehat RW.
  39. Makan telur asin satu dibagi dua. Bukan karena diet, tapi belanja dapur lagi mepet.
  40. Nikmatnya makan nasi berlauk kecap atau parutan kelapa
  41. Beli bensin eceran cuma seliter sekedar bisa nyampe rumah.
  42. Antre lama di SPBU, cuma buat beli premium sepuluh ribu rupiah
  43. (Bagi anak kost) Ninggal KTM di warung makan sekitar kampus
  44. Duduk di ban serep di angkot
  45. Tidak perlu bingung makan dengan sendok yang mana di rumah, lha wong adanya ya cuma itu. Mau buat ngaduk kopi, makan bubur, atau iseng bending sendok, ndak ada bedanya.
  46. Membuka kedondong dijepitkan ke engsel pintu
  47. Ngopi di gelas plastik bekas air mineral, ngaduknya pakai bekas bungkus kopi.
  48. Kaos kaki yang sudah kendor dikencengin pakai karet gelang, sampai membekas di kaki
  49. Pakai sandal beda sebelah (istilah Jawa-nya "selen"), bukan karena kepingin gaya, tapi karena ketuker di mesjid.
  50. Mengeringkan sepatu basah dengan hair dryer
  51. Mau berangkat naik motor hujan deras, pakai mantol komplit. Sepuluh menit kemudian, sampailah ke sebuah bangjo, cuaca cerah, celingukan kiri kanan ndak ada yang pakai mantol.
  52. Naik sepeda, bertiga, tanpa boncengan sepeda, satu duduk di plagrangan, satu berdiri, ngeremnya pakai kaki
  53. Lari terburu-buru mengangkat jemuran saat gerimis mengundang, ternyata sebentar sudah cerah lagi.
  54. Disuruh beli telor ayam di warung naik sepeda, sampai di rumah pecah separo, karena di jalan banyak jeglongan.
  55. Dadah dadah ke pesawat yang lewat di atas kita.

Demikianlah, begitu banyaknya pengalaman luar biasa dalam hidup yang telah dikaruniakan kepada kita, yang mungkin belum pernah dirasakan oleh orang-orang seperti Nia Ramadhani. Baiklah para sedulur, Sobat Ngenes, Sobat Ambyar, Sobat Soro, nikmat Tuhan mana lagi yang engkau dustakan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun