"Bayangan mereka tidak boleh menutupi kita. Kita tidak memakan makanan yang telah mereka sentuh" (quote dari film Article 15)
Bollywood bukanlah sekedar berjoget dan bernyanyi. Film Article 15, cukup berani menyorot sistem kasta yang masih merupakan isu sensitif di India. Sejumlah negara bagian di India bahkan melarang penayangan film ini di bioskop.
Pasal 15 Konstitusi India 1950, dengan tegas melarang diskriminasi berdasarkan agama, ras, kasta, suku atau tempat lahir. Walau demikian sistem kasta bagaikan "apartheid terselubung" versi India. Meski di kota-kota besar sudah terkikis tetapi di kota kecil dan pedesaan sistem kasta masih sangat kental.
Kasta Dalit adalah kasta terendah di luar empat kasta (Brahma, Ksatria, Waisya, dan Sudra). Kasta Dalit sering memperoleh pekerjaan-pekerjaan yang dianggap kotor dan rendah, seperti menguliti bintang, berurusan dengan limbah dan sampah. Orang dari kasta Dalit bisa dipukuli bila masuk ke kuil dari kasta yang lebih tinggi.Â
Terdapat istilah "untouchability", yaitu orang berkasta tinggi enggan melakukan kontak fisik dengan orang dari kasta Dalit. Dalam sejarah India, Doktor Ambedkar dikenal sebagai tokoh yang menentang diskriminasi kasta di India. Diyakini, Ambedkar jauh lebih vokal daripada Gandhi dalam menentang diskriminasi kasta.
Ayan, yang menjadi lakon utama dalam film Article 15, adalah perwira polisi yang dimutasi dari Delhi ke daerah pedesaan di Uttar Pradesh. Ayan, berasal dari kasta Brahmana, lama menjalani masa kecil di luar negeri, dan selama ini tinggal di kota besar. Karena itu, Ayan kurang memahami akan masih kuatnya penerapan sistem kasta di pedesaan.
Pikiran, perasaan, dan ucapan Ayan, seolah menjadi penyampai pesan dari pembuat film ini. Meskipun Ayan memiliki keteguhan dan kelurusan laksana Inspektur Vijay, film Article 15 bukanlah tentang baku hantam atau baku tembak ala Inspektur Vijay vs gangster. Memang di sini ada investigasi, tetapi film ini bukanlah genre film detektif dengan jalan cerita yang rumit.
Penculikan tiga orang remaja putri yang berasal dari kasta Dalit. Dua orang ditemukan mati, satu menghilang. Bawahan Ayan mencoba menggiring opini bahwa peristiwa itu adalah pembunuhan demi kehormatan yang dilakukan oleh orangtua mereka sendiri. Sementara itu, Anshu yang dicurigai oleh Ayan sebagai pelaku, adalah pengusaha lokal yang merupakan anak Ramlal Naharia, politisi berpengaruh.
Sebuah adegan menyesakkan ketika kedua ayah yang sudah kehilangan putrinya, malah ditahan dengan tuduhan pembunuhan. Mereka tak berdaya harus membuat pengakuan palsu karena keluarga mereka terancam. Sebuah pertunjukkan ketidakadilan yang sangat mengusik.
Ayan tetap teguh melanjutkan penyelidikannya untuk mengungkap kebenaran, meski dalam tekanan Panicker, petugas CBI (semacam FBI di India). Akhirnya, remaja yang hilang berhasil ditemukan hidup-hidup. Sementara Anshu mati ditembak oleh polisi korup yang panik konspirasi mereka bakal terbongkar.
Bagaimana implikasi politisnya? Ramlal Naharia tumbang. Apakah komunitas Dalit yang memperoleh kemenangan? Bukan. Mahantji, pesaing Ramlal, juga berasal dari kasta Brahmana, memenangkan pemilihan. Mahantji dan kroninya, Shanti Prasad, yang merupakan tokoh kasta Dalit, yang memperoleh keuntungan.Â
Nishad, tokoh pemuda Dalit, yang selama ini melakukan perlawanan dan tulus memperjuangkan kepentingan Dalit, dalam sebuah adegan nampak diculik dan dieksekusi, entah oleh kubu mana, apakah kubu Ramlal, kubu  Mahantji atau sengaja dibungkam oleh oknum aparat.