Mohon tunggu...
Lala Riski Wisnu Widayat
Lala Riski Wisnu Widayat Mohon Tunggu... Foto/Videografer - seneng gambar nulis dan jualan

Penggemar Filsafat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kebebasan Berfikir part 1

25 November 2015   00:01 Diperbarui: 25 November 2015   00:01 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh Khaliq, merupakan sebuah transendensi yang memiliki daya dan kekuatan. Seperti yang dimiliiki oleh Khaliq, perumpamaan ini bisa dilihat dari beberapa persepsi maupun dari transendensi sifat dan existensi yang dimiliki oleh Khaliq. Dalam pembahasan kali ini ada sebuah tema menarik dari pembahasan tentang "manusia makhluk yang bebas memilih", hal ini lebih ditujukan kepada beberapa potensi manusia yang memiliki bekal potensi seperti qawi(kekuatan) baik pada fikr(pikiran) atau akl(akal), lalu syahwat(syahwat) dan daught(intuisi). Manusia memiliki potensi berfikir yang cukup tinggi untuk menentukan sikap, dan tendensi untuk berpolitik(assiasah). Hal ini adalah dasar manusia untuk melakukan sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk terdapat pada etika(moral) atau akhlaq. Hal ini secara sudut pandang agama lebih berkenaan dengan as-tsaqafiyah(budaya) yang ada di sekitar.

 

Dalam literasi moral dan etik, penulis lebih memilih pada sesuatu yang berkenaan dengan moral dan etika dikarenakan penulis sendiri memang lebih menggandrungi fenomenologi yang berkaitan dengan moral dan etika. Dalam hal ini masyarakat memiliki pilihan untuk berbuat sama dengan sekitar dengan alasan untuk mencari sebuah keamanan dalam berdialok ataupun perbedaan persepsi, dalam hal ini juga kita dituntut untuk tidak menunjukan tabiat individual, karena dalam masyarakat sendiri memang memiliki unsur tuntutan untuk berperilaku sama selaras, tak beda. Namun tidak menutup perbedaan itu pasti ada diantaranya mengenai lingkup kepercayaan atau idiologi yang pastinya memiliki perbedaan persepsi. Yang merupakan prodak interpretasi diri dari sesuatu yang bersifat universal. Hal ini bisa kita contohkan ketika terdapat sebuah ruang yang memiliki sebuah pintu diseblah utara, mungkinkah orang yang berada diselatan berkata rumah itu memiliki pintu karena yang dia lihat hanya sebuah tembok, begitu pula dengan orang yang berada di barat maupun timur. Tetapi orang yang berada didalam rumah dapat mendiskripsikan bagaimana rumah itu dari dalam secara detil, namun orang yang berada diluar hanya mampu mediskripsikan tanda yang mereka kenali dari luar.

 

Dalam hal ini kita ketahui bahwa perbedaan sesungguhnya bukan sebuah keliaran dalam memandang sesuatu, namun adalah buah dari sudut pandang yang berbeda maka dari itu kebebasan dalam hal apapun memang sebuah pembebasan diri dari sebuah aturan doktrin atau dogma yang berkeliaran secara menyeluruh namun orang yang berada dalam lingkup dogmatis sendiri biasanya tak sadar mereka dalam sebuah cakupan kebebasan. Dalam Islam sendiri rasanya sangat pelit kalo tidak memiliki sesuatu yang dinamakan kebebasan dalam berfikir maupun dalam memilih suatu kepercayaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun