Mohon tunggu...
Lalang PradistiaUtama
Lalang PradistiaUtama Mohon Tunggu... Penulis - Ayah satu anak

Bekerja di Dinas Kominfo dan S2 Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sektarianisme Islam Dimanfaatkan AS

22 April 2019   07:06 Diperbarui: 22 April 2019   07:10 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh: Lalang Pradistia Utama, S.Pd

Staf Dinas Kominfo Purbalingga dan Mahasiswa Pascasarjana ilmu Komunikasi Pemerintahan

Amerika Serikat (AS) sebagaimana diketahui sebagai negara yang mentasbihkan dirinya sebagai polisi dunia tak jarang membuat rule yang "harus" diikuti negara lain khususnya negara dunia ketiga. 

Kedigdayaan AS sering menjadi kiblat atas berbagai policy isu dunia yang negara dunia ketiga terkadang tidak mempunyai bargaining dan dipaksa menyerah terhadap setiap atau minimal sebagian keputusan AS. 

Terakhir, AS memasukan Pasukan Garda Revolusi Iran sebagai daftar teroris yang patut dihindari. Aroma anyir politis tak bisa dinafikkan karena sebelumnya Arab Saudi menekan AS untuk menghentikan seluruh hegemoni Iran di Kawasan.

Arab Saudi memang sudah sangat gerah dengan Iran yang lebih popular dengan program-program yang antithesis dengan Arab Saudi. Arab Saudi dikenal sekutu dari AS yang terkadang dikenal ambigu untuk bersikap tentang isu kawasan. Ketika Negara-negara di kawasan sedang berlomba mengecam kebijakan Israel yang didukung Amerika Serikat misalnya, Arab Saudi terkesan diam.

Arab Saudi baru akan bersuara ketika kepentingannya telah terakomodasi seperti beberapa waktu lalu Arab Saudi melalui Raja Salman berbicara tentang dataran tinggi Golan yang diakui Trump milik Israel pada pertemuan Liga Arab belum lama ini. Walaupun pengumuman Garda Revolusi diumumkan setelah pertemuan Liga Arab, sulit untuk tidak berasumsi keputusan AS tidak diketahui (Arab Saudi) jauh-jauh hari.

Bagi kedua negara (AS dan Arab Saudi), seperti ada symbiosis mutualisme. Arab Saudi "memanfaatkan" pengaruh AS untuk meredam hegemoni Iran yang sudah menjadi rahasia umum adalah rival Arab Saudi baik secara politis maupun secara pemahaman dalam hal ini agama. Arab Saudi yang berpaham sunni tak jarang bersitegang dengan Iran yang berpaham Syi'ah.

Kegemasan Iran terhadap Arab Saudi sering ditunjukan secara terbuka. Belum hilang dari ingatan kita bagaimana Iran menghembuskan wacana internasionalisasi penyelenggaraan Haji yang merupakan buntut dari carut marutnya kerajaan Saudi menyelenggarakan Haji. Setidaknya itulah anggapan Iran.

Arab Saudi memang membutuhkan tangan AS untuk menghentikan maneuver-manuver Iran yang semakin popular. Iran sering dianggap menjadi negara pembela Muslim dunia dengan berbagai aksinya. Sebelum Erdogan popular seperti sekarang, banyak negara muslim yang bergantung pada Iran untuk mengatrol nilai tawar umat dunia pada diplomasi tingkat tinggi.

Runcingnya perbedaan umat Islam tak hanya terjadi antara Arab Saudi dan Iran. Di Kawasan yang mutlak membutuhkan persatuan pun juga mengalami hal sama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun