Mohon tunggu...
Lajma Khanie
Lajma Khanie Mohon Tunggu... Lainnya - Happy Writing

Freedom jurnalism

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemilu dan Puasa

25 April 2019   15:12 Diperbarui: 25 April 2019   16:14 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

17 April 2019 menjadi hari yang patut dicatat dalam sejarah demokrasi Indonesia. Pemilu serentak menjadi topik utama. Media menyoroti pelaksanaan pemilu hampir 24 jam. Berita semakin dicari. Entah karena masyarakat semakin kritis atau memang begitulah sejatinya jurnalisme bekerja. Tanpa disadari, kita 'dicekoki' dengan berita demi berita seputar pemilu. Bahkan, ada beberapa diskusi publik yang diangkat terkait pelaksanaan pemilu; sebelum dan sesudah pemilu berlangsung.

Beberapa lembaga survey menjadi 'incaran' para pemburu berita. Ajaibnya, di tahun ini, ada begitu jauh jurang pemisah antara lembaga survey yang satu dengan yang lain. Akibatnya, banyak beberapa lembaga survey diragukan validitas datanya.

Bagaimana dengan KPU? Jelas, lembaga ini juga menjadi 'incaran' para netijen yang tidak sabar dengan real count KPU. Uniknya, tahun ini KPU semakin disoroti. Kinerja dan kredibilitas KPU dipertaruhkan di pemilu yang akan menetukan nasib bangsa Indonesia lima tahun kedepan.

Euforia pelaksanaan pemilu menjadi lazim di negeri ini, mengingat pemilu adalah penentu ke pundak mana amanah itu akan disandarkan. Ya, tidak salah memang, namun perlu disadari juga bahwa momentum pemilu ini juga dekat dengan bulan yang sangat istimewa,yakni bulan Ramadhan.

Euforia Menyambut Pemilu vs Puasa
Entah hanya pemikiran saja saya ataukah ini mungkin 'butiran' fakta. Pelaksanaan pemilu yang 'semarak' ini seolah 'mengkerdilkan' momentum istimewa bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba. Jika biasanya sebulan menjalang Ramadhan, ibu-ibu sibuk men-list keperluan dapur, mungkin sekarang perhatian ibu-ibu lebih kepada 'dapurnya' pemilu.

Komersial break di tivi-tivi seolah hanya menayangkan iklan Ramadhan ala kadarnya saja. Bahkan bisa dibilang, Youtube menjadi channel yang lebih banyak memuat konten-konten Ramadhan ketimbang program tv.

Apakah salah jika ada keinginan untuk mengkritisi sikap orang yang terlalu fokus kepada  pemilu ketimbang kepada bulan suci?

Tentu, tulisan ini hanya sekedar 'kindly reminder' untuk semuanya. Bahwa segala sesuatu yang berlebihan tidak baik. Sikap kita untuk merayakan pesta demokrasi tidaklah salah, namun menyikapi diri untuk menyambut bulan suci juga dianggap perlu. Bukan untuk membanding-bandingkan dua moment sacral ini, namun ini lebih ke 'kembali ke laptop' kalau kata comedian Tukul Arwana.

Hikmah Pemilu yang Dekat dengan Puasa
Saya pribadi berpendapat bahwa, ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari moment yang berdekatan antara pemilu dan puasa. Tentunya, secara umum adalah kesempatan kita untuk belajar lebih dewasa dalam menyikapi situasi politik pasca pemilu.

Jika sebagian orang beramai-ramai menyuarakan aspirasinya, harus juga ada sebagian orang yang 'nrimo', dalam arti berlapang dada dengan segala keputusan hasil demokrasi. Tentunya, inilah yang diinginkan Ramadhan. Sikap saling memaafkan yang akan banyak menuai pahala. Bukankah, pengumuman real account nanti juga akan bertepatan dengan puasa. Maka dari itu, penting untuk menjaga hati, pikiran, tindakan untuk sesuai dengan nilai-nilai bulan suci Ramdhan.

Waulahu'alam bissawab.

Tangerang, 25 April 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun