Mohon tunggu...
Laisya Rizka Aspadita
Laisya Rizka Aspadita Mohon Tunggu... Mahasiswi

Seorang mahasiswi Ilmu Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Program Circular Economy dalam Membangun Masa Depan yang Lebih Baik

3 Mei 2025   09:04 Diperbarui: 12 Mei 2025   08:42 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: PAGE Indonesia

Sampah saat ini menjadi masalah besar di Indonesia dan juga seluruh dunia. Meningkatnya jumlah sampah plastik, elektronik, dan sampah lainnya menunjukkan bahwa tindakan segera diperlukan untuk memastikan kesehatan masyarakat dan keseimbangan lingkungan. Konsep circular economy adalah salah satu solusi kreatif untuk mengatasi krisis sampah.

Konsep circular economy, juga dikenal sebagai ekonomi sirkular, semakin mendapat perhatian di seluruh dunia sebagai akibat dari meningkatnya krisis lingkungan, perubahan iklim, dan keterbatasan sumber daya alam. Pendekatan baru dalam pengelolaan sumber daya ditawarkan oleh ekonomi sirkular. Tujuannya adalah untuk mengurangi kerusakan lingkungan dan sosial yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linear. Model ekonomi linear sebelumnya didominasi oleh pola produksi - pakai  - buang. Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, banyak negara dan bisnis sekarang mulai menerapkan program ekonomi sirkular. Selain mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, program ini dapat menciptakan lapangan kerja baru, inovasi produk, dan peningkatan efisiensi ekonomi. 

Ekonomi sirkular sendiri berfokus pada penggunaan bahan baku, produk jadi, dan sumber daya yang dapat digunakan kembali sebanyak mungkin sambil mengurangi jumlah sampah atau limbah yang dihasilkan. Circular economy memperhatikan aspek sosial dan keamanan ketersediaan sumber daya dan energi yang berkelanjutan, serta mengembangkan model industri yang mengikuti prinsip zero waste.  Konsep ekonomi ini dapat diterapkan dengan baik dan mengkategorikan limbah menjadi kategori berbahaya dan tidak berbahaya. Memilah atau mengelompokkan limbah dapat membuat proses pengolahan lebih efisien dan cepat.Ekonomi sirkular ini menerapkan prinsip 5R yaitu Reduce, Reuse, Recycle, Recovery dan Repair.

Negara Indonesia juga menerapkan konsep circular economy dalam pembangunan yang berkelanjutan. Kita telah tercatat membuang 300 juta ton sampah plastik di tahun 2019. Di mana sebagian sampahnya mengalir ke laut, diperkirakan juga pada tahun 2050 sampah ini akan melebihi ikan dan hewan laut lainnya. Kita telah membuang 50 juta ton pada industri elektronik. Selain itu, kita menyia-nyiakan sepertiga bahan baku industri makanan pada saat jutaan orang di seluruh dunia sedang kelaparan. Selama ini, model ekonomi linier (beli - pakai - buang) telah terbukti menyebabkan banyak tumpukan sampah dan kerusakan lingkungan di sekitar kita. Karena itu, para ahli memutuskan bahwa ide ini sudah tidak relevan lagi dan mengatakan bahwa ekonomi sirkular adalah ide yang lebih baik. Salah satu program circular economy di Indonesia adalah pertanian urban.

Pertanian urban sendiri adalah sebuah praktik pertanian dan peternakan yang dilakukan di daerah perkotaan. Praktik ini mencakup berbagai aktivitas seperti menanam sayuran, buah-buahan, bunga, dan bahkan beternak hewan. Adanya urban farming bertujuan untuk menghasilkan hasil pertanian yang sangat beragam dengan memanfaatkan lahan yang terbatas, seperti atap gedung, taman-taman kota, atau bahkan halaman belakang rumah.

Pentingnya Urban Farming di Indonesia

1.  Pertumbuhan Populasi Perkotaan
Urban farming adalah cara untuk menghasilkan makanan lebih dekat ke pelanggan dengan memanfaatkan lahan terbatas di perkotaan, karena lebih dari 56% penduduk Indonesia tinggal di kota.

2.  Ketahanan Pangan dan Lingkungan
Pertanian perkotaan dapat menyediakan sumber pangan lokal yang lebih mudah diakses, dan tanaman di perkotaan dapat memberikan ruang hijau di perkotaan.

3.  Praktik Ekonomi Sirkular di Kota
Urban farming mengurangi sampah dengan mengubah limbah organik seperti sisa makanan menjadi kompos dan mendukung prinsip ekonomi sirkular di kota.


Urban Farming di Jakarta
Sebagai salah satu kota besar di Indonesia, Jakarta mengalami proses urbanisasi yang sangat pesat. Selain itu, terjadi pengurangan lahan yang signifikan sebagai akibat dari peralihan fungsi dari lahan permukiman atau industri.  Salah satu contoh penggerak urban farming di Jakarta adalah komunitas Kelompok Wanita Tani (KWT) Seruni Indah di Kelurahan Kebayoran Lama Selatan.
KWT Seruni Indah sekarang dapat memanfaatkan lebih banyak lahan untuk melakukan urban farming di daerah sekitar setelah upaya mereka dilihat dan didukung penuh oleh Kelurahan Kebayoran Lama Selatan.  Hasil panen KWT Seruni Indah sangat menjanjikan. Dua tahun setelah dibentuk, mereka dapat memanen tanaman sayur sebanyak 77 kilogram setiap panen.

Pendekatan ekonomi sirkular mendorong peluang bisnis baru, terutama untuk usaha kecil dan menengah (UKM), seperti penyewaan, berbagi, daur ulang, dan perbaikan. Ini berdampak pada ekonomi lokal dan dinamika sosial secara keseluruhan.  Selain itu, pemrosesan ulang dan inovasi desain menciptakan lapangan kerja yang  baru, dan ketergantungan pada bahan baku impor berkurang sebagai akibat dari penggunaan bahan lokal dan limbah.  Dengan menggunakan bahan sisa atau limbah yang diolah ulang, bisnis juga dapat menghemat biaya produksi.

Dari perspektif lingkungan, ekonomi sirkular memiliki kemampuan untuk mengurangi polusi dan limbah melalui penerapan prinsip reduce, reuse, dan recycle yang menghemat penggunaan sumber daya alam. Produksi dan distribusi lokal yang efisien mengurangi emisi karbon, dan inovasi yang lebih ramah lingkungan menghasilkan produk yang lebih tahan lama dan mudah didaur ulang.

Namun, dari perspektif dinamika sosial, ekonomi sirkular meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap konsumsi yang lebih berkelanjutan dan memperkuat komunitas lokal melalui praktik seperti pengelolaan bank sampah, berbagi, dan perbaikan bersama. Karena barang bekas berkualitas tinggi atau layanan berbagi dapat diakses oleh kelompok berpendapatan rendah, ini juga memiliki potensi untuk mengurangi kesenjangan sosial.  Pada akhirnya, pola konsumsi masyarakat telah berubah dari "beli-buang" menjadi "pakai-rawat-daur ulang", yang akan menghasilkan perilaku yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Circular economy , juga dikenal sebagai ekonomi sirkular, dapat diterapkan dalam ekonomi petani tradisional dengan memanfaatkan sisa hasil panen dan limbah organik, seperti jerami ataupun kotoran hewan dan mengubahnya menjadi kompos atau biogas, sehingga akan mengurangi jumlah limbah dan mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. Selain itu, berbagai jenis pertanian, seperti sistem pertanian campuran (mixed farming), memungkinkan sirkulasi sumber daya secara alami, di mana limbah dari satu sektor digunakan untuk sektor lain, dan pengelolaan air yang efisien, misalnya melalui penampungan air hujan atau irigasi tetes, untuk membantu menjaga keberlanjutan sumber daya.  Pengembangan dan pemanfaatan benih lokal juga mendukung keberlanjutan tanpa bergantung pada input dari luar, sedangkan meningkatkan nilai tambah dari hasil panen untuk menjadi produk olahan memungkinkan pemanfaatan bahan yang lebih baik dan akan menciptakan peluang ekonomi baru.

Adapun tantangan yang dihadapi dalam pengadopsian circular economy terhadap pertanian tradisional, yaitu minimnya akses teknologi sederhana dan murah, terbatasnya pengetahuan petani mengenai praktik circular economy modern dan akses terhadap pasar untuk produk daur ulang ataupun olahan yang masih sangat terbatas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun