Mohon tunggu...
Laisya Rizka Aspadita
Laisya Rizka Aspadita Mohon Tunggu... Mahasiswi

Seorang mahasiswi Ilmu Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Green Economy dan Doughnut Economy dalam Membangun Masa Depan Indonesia

27 April 2025   21:14 Diperbarui: 28 April 2025   10:40 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: LindungiHutan)

Di tengah tekanan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang semakin kompleks, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam mencapai pembangunan berkelanjutan. Selama ini, model pembangunan hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dan kesejahteraan sosial dalam jangka yang panjang. Akibatnya, masalah seperti kerusakan lingkungan, perubahan iklim, kesenjangan sosial, dan degradasi sumber daya alam menjadi tantangan besar bagi masa depan negara. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan baru yang mampu menyeimbangkan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan kesejahteraan lingkungan.

Pada akhirnya muncullah sebuah konsep baru sebagai solusi untuk mendorong pembangunan ekonomi yang lebih berdasarkan pada keberlanjutan, yaitu green economy dan doughnut economy.

Green economy atau ekonomi hijau sendiri adalah sistem perekonomian yang rendah karbon, efisien dalam penggunaan sumber daya, dan inklusif secara sosial. Tujuan dari konsep ini adalah untuk menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan dengan memprioritaskan inovasi hijau serta kebijakan dalam pembangunan yang ramah lingkungan.

Isu utama dalam green economy yaitu yang pertama pertumbuhan hijau (green growth). Dahulu pertumbuhan hanya memperhatikan produk domestik bruto (PDB), tapi dalam pertumbuhan ini harus memperhatikan aspek lain seperti lingkungan dan sosial. Fokusnya adalah mengurangi kemiskinan, meningkatkan inklusi sosial, keberlanjutan lingkungan dan efisien sumber daya.
Isu selanjutnya ada pendanaan hijau (green financing), isu ini berusaha untuk mengalihkan pendanaan seperti investasi dari sektor publik maupun swasta untuk prioritas pembangunan berkelanjutan dalam bentuk proyek pembangunan ataupun analisis kebijakan.

Sedangkan Doughnut Economy adalah suatu prinsip ekonomi yang menekankan sebuah keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial serta kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Prinsip ini dikemukakan oleh seorang ekonom dari Oxford University, Inggris pada tahun 2012, yaitu Kate Raworth.

Untuk menghasilkan masyarakat yang sejahtera dan lestari, doughnut economy mengatakan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti air, energi, makanan, kesehatan, sekolah, jaringan, dan lainnya. Dalam doughnut economy, kebutuhan-kebutuhan ini ditempatkan di lingkaran dalam dan upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut tidak boleh melampaui batas paling atas lingkaran, yang dikenal sebagai ecological ceiling. Dengan kata lain, usaha yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jika batasan ini dilewati, akibatnya bisa bermacam-macam, termasuk perubahan iklim, pemanasan perairan laut, pencemaran kimiawi, dan dampak lain yang sudah tercantum di dalam lingkup lingkaran terluar dari doughnut economy.

Doughnut economy juga diartikan sebagai perkembangan yang mempertimbangkan moralitas terhadap dasar sosial dan tantangan lingkungan serta mengarahkannya ke arah yang benar sehingga posisinya tidak lagi mengejar keuntungan dengan mengorbankan alam dan juga kebutuhan dasar manusia.


Sejak tahun 2013, Bappenas telah bekerja sama dengan Global Green Growth Institute untuk mewujudkan ekonomi hijau di Indonesia.  Energi berkelanjutan, lanskap berkelanjutan, dan infrastruktur berkelanjutan adalah tiga bagian penting dari ekonomi hijau Indonesia. Untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mendorong penerapan pembangunan berkelanjutan yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, yang mencakup Pembangunan Rendah Karbon (PRK).

Isi target dalam rangka pembangunan rendah karbon oleh Indonesia
1. Rata-rata pertumbuhan ekonomi 6% hingga 2045
2. Emisi gas rumah kaca berkurang hampir 43% pada 2030
3. Terciptanya lapangan pekerjaan yang baru sebanyak 15,3 juta hingga 2045
4. Tambahan PDB lebih dari 5,4 triliun US$ pada 2045
5. Menurunkan tingkat kemiskinan ekstrem menjadi 4,2% dari total jumlah penduduk di 2045
6. Mencegah hilangnya hutan dengan luas 16 juta Ha hingga 2045

Salah satu langkah nyata dalam RPJPN adalah pada tanggal 1 Oktober 2019 adanya perundingan bilateral antara Indonesia dan Jerman yang menghasilkan Green Infrastructure Initiative (GII), yang akan membantu upaya Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara berkelanjutan.

Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK) adalah salah satu contoh infrastruktur hijau di Indonesia dengan menerapkan penghijauan wilayah kota, pengelolaan air hujan, peningkatan kualitas udara, pendidikan lingkungan, dan penyediaan ruang publik yang ramah lingkungan.

Adapun peran doughnut economy untuk masa depan Indonesia
1. Menyeimbangkan pertumbuhan dan keberlanjutan yang memungkinkan Indonesia untuk maju tanpa menghancurkan alam atau meningkatkan kemiskinan.  
2. Mendorong model pembangunan baru, seperti energi terbarukan, kota hijau, pertanian regeneratif dan ekonomi sirkular. Ini cocok untuk Indonesia, yang memiliki banyak potensi dalam hal sumber daya alam dan keanekaragaman hayati.
3. Memperkuat usaha mikro, koperasi, desa wisata, dan ekonomi kreatif, serta membantu mendekatkan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah.
4. Menangani ancaman perubahan iklim di Indonesia seperti banjir, kekeringan dan kebakaran hutan.    
5. Mengubah pandangan tentang pembangunan ini bukan hanya sekedar angka, seperti GDP, akan tetapi juga tentang kualitas hidup. Ini merupakan suatu perubahan besar untuk dapat melihat kemajuan.

Contoh penerapan doughnut economy di Jakarta adalah membangun sistem transportasi umum yang murah, nyaman dan mengurangi polusi, misalnya saja memperluas MRT, LRT dan jalur sepeda. Dampak dari penerapan tersebut adalah membuat kualitas udara membaik, akses ke transportasi untuk semua kalangan dan menjadikan kota lebih tahan terhadap perubahan iklim.

Kesimpulannya adalah dalam menghadapi tantangan kompleks di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan, Indonesia membutuhkan pendekatan pembangunan yang lebih berkelanjutan. Konsep green economy dan doughnut economy menawarkan solusi yang strategis untuk dapat menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan kelestarian lingkungan.  Melalui penerapan green economy, Indonesia berupaya membangun sistem ekonomi yang rendah karbon, efisien dalam penggunaan sumber daya dan berkelanjutan. Sementara itu, prinsip doughnut economy menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan dasar manusia tanpa melebihi batas ekologi bumi.  
Upaya nyata seperti kerja sama dengan Global Green Growth Institute, penerapan Green Infrastructure Initiative, serta target-target ambisius dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025-2045 menunjukkan komitmen Indonesia menuju pembangunan berkelanjutan.  Dengan menerapkan kedua konsep ini secara konsisten, Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonominya, tetapi juga memastikan keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial bagi generasi yang akan datang.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun