Mohon tunggu...
Muhammad Haris
Muhammad Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Sebuah Usaha Mengabadikan Pikiran

Menulis untuk mengenali diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Daya Hidup

12 Januari 2021   22:09 Diperbarui: 12 Januari 2021   22:12 894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: renunganlenterajiwa.com

2020 baru saja berlalu. Banyak dari kita mungkin akan sepakat kalau 2020 adalah tahun yang sangat berat. Tak ada yang menduga akan ada wabah corona  yang begitu menakutkan dan mematikan. Banyak hal dari hidup kita yang harus diubah karenanya, mulai dari aktivitas kita yang dibatasi sampai begitu banyak orang yang harus kehilangan pekerjaan.

Di tahun 2020, corona juga membuat hidup saya menjadi begitu berat. Karena corona, saya benar-benar tak bisa bertemu langsung dengan orangtua saya. Saya harus bersabar sendiri di tanah rantau, sembari berusaha untuk tetap bisa bertahan hidup, mencari pekerjaan apa saja. 

Tak berjumpa dengan orangtua bukanlah satu-satunya penyebab kesedihan yang saya rasakan. Saya juga kehilangan seorang paman di tahun itu. Sialnya, sampai paman saya dimakamkan, saya tidak bisa dapat melihatnya langsung. Corona benar-benar menguras emosi saya. Tapi apa boleh buat, tak ada jalan lain selain memilih untuk membatasi ruang gerak.

Corona memang menyedihkan, banyak yang mengutuknya. Banyak juga yang tidak percaya. Entah karena percaya pada teori konspirasi yang berseliweran di jagad media sosial kita, atau karena keputusasaan atas ruang gerak yang begitu dibatasi: mulai dari aktivitas mencari nafkah sampai dengan aktivitas ibadah. Corona menjungkirbalikan kebiasaan kita selama ini. Membuat kita harus membuat suatu kebiasaan baru yang tak diduga-duga sebelumnya.

Siapa yang menduga kalau aktivitas belajar mengajar secara langsung (tatap muka) di setiap tingkatan pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi harus ditiadakan. Tak ada yang menduga kalau orang yang keluar rumah harus menggunakan masker. Begitu kagetnya orang yang tiba-tiba harus di PHK karena omset perusahaan yang turun drastis. Corona membuat banyak orang murka, saling menyalahkan dan membuat beban hidup banyak orang semakin berat.

Tetapi di tanah rantau, saat corona menjadi momok yang menakutkan, di titik itu saya melihat pada dasarnya, kita manusia selalu punya cara untuk mensiasati hidup ini. Saya masih ingat betul, saat banyak dari kelompok masyarakat yang mengorganisir diri untuk menggalang dana ataupun mengumpulkan bahan-bahan pokok yang dibutuhkan untuk dibagikan pada masyarakat umum. Ibu-ibu yang membuat masker kain dan dibagikan secara gratis kepada masyrakat. 

Atau anak-anak sekolah yang mengumpulkan uang lalu membelikan masker dan membagikannya. Saya jadi teringat buku dari Yuval Noah Harari yaitu Sapiens. Salah satu alasan kita (sapiens) masih  bisa terus bertahan sampai hari ini adalah kemampuan kita untuk bekerjasama. Kemampuan bekerjasama itu, saya menyebutnya "Daya Hidup".

Seseorang yang baru saja di PHK di tempat kerjanya bercerita kepada saya, "karena corona saya di phk, dan memilih untuk menjadi ojol, pulang ke rumah, melihat anak dan istri tanpa membawa uang begitu menyedihkan". Saya terenyuh mendengar itu, tetapi di dalam hati ada kekaguman saya pada orang-orang punya daya hidup yang kuat. Orang-orang yang punya keberanian untuk terus berjuang dalam hidup sesulit apapun keadaan yang dijalani.

Banyak orang yang beralih profesi karena wabah corona. Banyak air mata yang jatuh karena kehilangan pekerjaan atau kehilangan orang-orang yang disayangi. Corona mengajarkan bahwa banyak hal dari hidup kita yang harus diubah, mulai dari bagaimana mencintai lingkungan, menjaga kesehatan dan berusaha hidup peduli dan terus berbagi antar sesama.

2020 telah berlalu, tetapi corona masih saja belum beranjak. Kita masih harus tetap disiplin menjaga kesehatan dan terus bekerjasama, dan menjaga daya hidup kita tetap terjaga, tak putusasa. Semoga saja corona segera berlalu, hidup kembali normal seperti dulu.

Semoga daya hidup kita tak pernah padam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun