Mohon tunggu...
Aldra Ghiffari
Aldra Ghiffari Mohon Tunggu... wiraswasta -

Berkata bijak bukan berarti bijaksana, berkata benar bukan menjadi standard kebenaran. Bijak dan Benar pada Porsi dan Proporsinya."Waktu, Sikon, Cara dan orangnya menjadi tolak ukur sebuah kebenaran". by https://twitter.com/Lafazh

Selanjutnya

Tutup

Nature

Profesor Nyosor, Penemu Yang Konyol

30 Maret 2014   03:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:18 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Semua orang tahu kalau gelar Master atau Profesor hanya bisa diraih bila  orang tersebut telah menemukan sesuatu hal yang kemudian merisetnya untuk dijadikan pembuktian, tentu gelar ini berbeda dengan orang yang pertama kali menemukan hal tersebut. Kita ambil satu contoh gelar Profesor yang dia bukanlah penemu pertama kali: Benjamin Franklin, siapa yang tidak kenal dengannya dia adalah seorang ahli/ilmuan/profesor yang menemukan kacamata bifokus, dengan lensa cembung dan lensa cekung dalam satu bingkai pada tahun 1784. Namun bukan penemu pertama kali, sebab kacamata sudah ada sejak 3000 tahun yang lalu, masyarakat pertama yang memiliki kacamata yang di buat dengan lensa Kristal adalah masyarakat di kota kuno Niniwe. Contoh Master/Profesor yang lain: Seorang ilmuan/penemu korek api yaitu Robert Boyle dan John Walker. Mereka melakukan experimennya dimulai sejak tahun 1645 dan baru berhasil pada tahun 1680. Namun mereka bukanlah orang pertama menemukannya sebab Bangsa Tiongkok sejak 577 M telah mengembangkan korek api sederhana yang terbuat dari batang kayu yang mengandung belerang. Korek api modern pertama ditemukan pada tahun 1805 oleh K. Chancel, asisten Profesor L. J. Thénard Paris. Robert Boyle dan John Walker kemudian membuatnya lebih praktis/memodifikasi menjadi korek api dalam gesekan, oleh sebab itu mereka mendapat gelar Prof. Dari beberapa contoh diatas perbedaan antara penemu yang sejati atau pemodifikasi, nyaris tak ada bedanya, ibarat pengarang lagu pertama, atau pencipta lagu pertama dengan nada dan lirik tertentu, kemudian diarenser/gubah/modifikasi kedalam bentuk lain oleh pencipta lain selain yang pertama(analisa penulis). Lantas dimana bedanya" apa buktinya dangdut adalah musik Indonesia" atau berasal dari India" atau juga hasil jiplakan dari Arabian. Begitu pula dalam bidang-bidang yang lain, antara penemu pertama dengan pemodifikasi sama-sama dapat gelar, sama-sama diakui, sama-sama penemu". Beberapa contoh diatas tersebut telah diakui dunia hingga sampai saat ini. Namun bagi penulis saya sendiri, sedikit membingungkan". Analisa penulis terhadap penilaian/pendapat dunia" Sebenarnya antara Penemu dengan Penerus, Ibarat Pencipta lagu dan Penyanyi, Pembuat dan Penjiblak. Seperti inilah mereka menilainya. Mencampur adukkan persoalan, mengomentari hasil kerja orang, menggunjing perbuatan seseorang, dan menilainya sesuka hati mereka. Sementara si Penemu tidak bermaksud penemuannya dipublikasikan/dipopulerkan, orang yang menilainya dan menghargainya kedalam segala macam bentuk penghargaan, sementara si Profesor/Penemu tidak bermaksud hasil experimen dan risetnya untuk di beri nobel/penghargaan. Inilah yang penting bagi kita semua menyadari perbedaan Profesor/Penemu sejati/terdahulu dengan yang sekarang. Penemu/Prof terdahulu murni mempelajari dan meriset, Seniman/Pencipta lagu terdahulu dengan abad ini. Jelas berbeda, perhatikan saja hasil karya mereka terdahulu masih bertahan hingga saat ini. Sementara hasil karya orang sekarang/generasi saat ini yang mana bisa bertahan" yang mana menandingi hasil karya pendahulu". Profesor/Ilmuan saat inilah yang membuat saya untuk menulis dan menjudulinya dengan Profesor Nyosor, Penemu Yang Konyol. Yang tersunging/tersinggung dengan tulisan ini, maka dialah yang dimaksud judul tulisan ini". Yang bisa menerima tulisan ini dan menjadikannya pembelajaran, maka dialah penerus yang bisa menerbitkan,menelurkan,mencipta karya-karyanya seperti pendahulunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun