Mohon tunggu...
Kyota Hamzah
Kyota Hamzah Mohon Tunggu... Freelancer - penikmat sejarah yang kebetulan menulis

Penulis puisi, cerita sejarah dan hal-hal menarik soal sejarah. Kadang menulis fenomena yang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Makhluk Buas Bernama Manusia

18 Agustus 2019   21:23 Diperbarui: 18 Agustus 2019   21:37 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Semakin mengenal manusia, maka semakin paham bila sebenarnya kita ini binatang yang bisa berbicara. Binatang yang bisa jinak seperti domba, atau liar laksana singa. Pada dasarnya itu adalah sifat yang menjadi parameter bagi kita apa kita ini layak disebut "insan mulia" atau lebih bbinuruk daripada binatang itu sendiri.

Yang menjadi pembeda antara kita dengan makhluk lainnya adalah akal dan nurani. Tuhan ciptakan akal agar bisa berpikir dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan Sang Pencipta. Berpikir bila segala sesuatu memiliki tujuan dan pembelajaran, ini terjadi saat Adam dan para malaikat diberi pertanyaan oleh Sang Pencipta tentang nama makhluk dan semua ciptaannya.

Akal adalah perangkat penting yang dimiliki manusia untuk menalar dan mempertimbangkan tindak-tanduk kita, akal membedakannya kita dengan binatang untuk berpikir apa yang kita kerjakan saat ini atau yang akan datang itu membawa manfaat atau justru mencelakakan diri sendiri maupun orang lain.

Sebab dengan akal kita punya patokan dan cara dalam menghadapi masalah serta mengambil pelajaran yang ada. Itu yang menjadikan kita berbeda dengan binatang, binatang hidup sekadar hidup sedang manusia hidup mengejar tujuannya hidup. Maka dari sini peran akal muncul, akal mengolah segala aktifitas kita menjadi pengalaman dan pengetahuan dari mengamati, mendengar, merasakan, serta memikirkan.

Apa-apa yang dilalui manusia, memiliki makna yang harus diresapi oleh setiap individu supaya tidak tersesat. Memang akal menjadi pembeda antara kita dengan binatang, akan tetapi akal bisa tersesat di persimpangan jalan yang baik dan buruk. Sehingga selain ada akal, Tuhan ciptakan pasangan dari akal bernama nurani. Nurani menjadi penuntun dan pengingat bilamana akal berjalan melampaui batasnya. Selain itu, nurani menerjemahkan makna yang belum bisa diterjemahkan oleh akal.

Jadi akal dan nurani adalah dua pusaka yang dimiliki manusia, pusaka yang menjadikan kita terhindar dari sifat-sifat binatang buas yang saling menerkam dengan kata maupun tindakan. Bila kita kehilangan keduanya, maka Tak ada bedanya aku, kamu, dan semua yang mengaku manusia dengan binatang. Tak punya tujuan dan tak memiliki aturan dalam menjalani sisa kehidupan yang ada di bumi ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun