Mohon tunggu...
Kyra Nayda
Kyra Nayda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat!

Based in Jakarta, ID.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Generation Gap : Saat yang Tua Tak Mau Kompromi dan yang Muda Tak Mau Mendengar

22 Desember 2021   17:45 Diperbarui: 22 Desember 2021   22:11 1909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasioner, apakah anda pernah merasa tidak dimengerti oleh orang tua? Atau bagi Kompasioner yang sudah berkeluarga, apakah pernah 'pusing' dengan kelakuan anak yang rasanya sangat keras kepala?

         Seorang teman yang beberapa tahun lebih tua dari saya dan telah memiliki 2 orang anak yang beranjak remaja pernah berkata kepada saya :

 “Dulu waktu gue muda, gue sering kesel sama orang tua karena merasa mereka gak pernah bisa ngerti gue. Rasanya udah janji berkali – kali sama diri sendiri, kalo gue punya anak bakal jadi orang tua yang asik dan berjiwa muda sama anak gue. Tapi sekarang kok malah gue yang ga bisa ngertiin anak gue ya, bawaannya jadi galak marah – marah mulu padahal udah coba ngertiin mereka banget. Tapi ya, mereka juga ampun deh gak mau dengerin gue.”

         Kenapa sih hal ini bisa terjadi? Salah satu faktor utamanya adalah Generation Gap. Dimana setiap generasi yang berbeda pasti memiliki perbedaan cara pikir dan sudut pandang karena ‘dibentuk’ pada masa dan latar belakang yang berbeda juga. Perbedaan latar belakang tersebut menghasilkan perbedaan dalam bersikap, cara berpikir, cara berkomunikasi, bahkan hingga perbedaan landasan berpikir yang fundamental. Faktor yang mempengaruhi perbedaan ini mencakup, namun tidak terbatas pada peristiwa yang terjadi pada masa pertumbuhan generasi, perkembangan teknologi dan informasi di zaman tersebut, juga perubahan gaya hidup di antara kedua generasi yang berbeda. Generation Gap adalah hal yang nyata, tidak bisa dihindari dan akan selalu ada dari generasi ke generasi, sehingga akan lebih baik jika dimengerti, dipelajari dan disosialisasikan agar kita malah dapat saling mengerti perbedaan perspektif yang ada dan lebih terbuka sehingga hubungan yang lebih baik antara orang tua dan anak atau dua generasi yang berbeda dapat menjadi lebih baik.

         Saya pribadi tertarik untuk mencoba menerapkan pengetahuan dan pengertian mengenai Generation Gap ini dalam hubungan saya dan kedua orang tua saya beberapa tahun belakangan ini. Dan hasilnya ternyata terasa nyata! Setiap kali terjadi konflik, saya selalu mencoba melihat dari sudut pandang orang tua saya dan generational gap yang ada diantara saya dan kedua orang tua. Hal ini sangat membantu komunikasi dalam hubungan kami menjadi lebih baik, karena muncul pengertian dan kompromi. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas hubungan antar generasi melalui pengertian mengenai Generation Gap antara lain :

  • Memberikan pengertian Generation Gap bagi orang tua dan anak

Saat orang tua dan anak sama – sama sudah mengetahui mengenai perbedaan yang memang pasti ada diantara kedua generasi mereka yang berbeda, secara sadar dan tidak sadar akan lebih bisa menerima bahwa adanya perbedaan adalah hal yang normal dan tidak melulu harus menjadi sebuah konflik melainkan malah dapat saling memperkaya sudut pandang dan cara pikir. Salah satu contoh cara untuk memberi pengertian, bisa dengan memperlihatkan video seperti ini :

  • Melakukan pembahasan mengenai perbedaan kedua belah pihak

Setelah memahami Generation Gap, dengan mengetahui dan membahas perbedaan – perbedaan sirkumstansial apa saja yang melatarbelakangi perbedaan sikap atau cara pikir yang ada, maka kedua belah pihak akan bisa mengerti ‘why’ atau alasan dari sikap atau cara pikir pihak lainnya dari generasi yang berbeda. Misalnya, saya pernah melakukan pembahasan dengan orang tua, orang tua saya memiliki konflik dengan adik saya yang sering membalas chatting Whatsapp dengan singkat dan dengan huruf yang disingkat pula sehingga orang tua saya merasa adik saya tidak sopan. Saya mencoba menjelaskan bagaimana saat ini komunikasi anak muda memang biasanya dilakukan lewat chatting, sehingga ‘penyingkatan kata’ terjadi dengan sendirinya secara natural tanpa maksud untuk menjadi tidak sopan atau menyinggung. Lalu saya juga menjelaskan fitur emoji serta stiker kepada kedua orang tua dan menyampaikan bagaimana sekarang perasaan atau emosi dari chatting dapat disampaikan melalui emoji yang ‘menggantikan’ komunikasi non-verbal dalam chatting. Di sisi lain, saya menyampaikan pada adik saya bahwa kadang kala orang tua tidak mengerti jika kita membalas pesan dengan menyingkat kata, dan juga agar tidak salah paham mengenai emosi penyampaian pesan, saya sarankan untuk coba menggunakan emoji dan stiker yang lucu agar orang tua mengerti lebih baik apa yang kita sampaikan. Pengertian ini kemudian memperbaiki hubungan dan komunikasi yang terjadi diantara keduanya, dan sekarang bahkan suka bertukar stiker atau emoji lucu saat komunikasi via chatting.

  • Saling Kompromi & Mendengarkan

Pada akhirnya, kedua belah pihak baik generasi yang lebih tua maupun yang lebih muda haruslah mengambil aksi nyata dalam membentuk proses komunikasi dan hubungan yang lebih baik. Salah satu yang dapat dilakukan oleh generasi yang lebih muda saat ini adalah dengan lebih mendengarkan. Bukan hanya masuk kuping kanan keluar kuping kiri atau sekedar dengar sambil main gadget, melainkan betul – betul mendengarkan orang tua. Sementara orang tua, setelah mendapat pemahaman yang lebih  baik mengenai cara pikir generasi yang lebih muda, haruslah juga untuk mencoba berkompromi dan membuka pikiran untuk dapat bisa lebih ‘connect’ dengan generasi yang lebih muda dan perkembangan zaman yang membentuknya.

Semoga dengan membaca artikel ini dan mengerti lebih lanjut mengenai Generation Gap, yang tua dapat lebih kompromi dan yang muda dapat lebih mendengar ya, Kompasioner!

Sumber referensi :

https://www.vedantu.com/english/generation-gap-essay

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun