Mohon tunggu...
Joko Bonyok
Joko Bonyok Mohon Tunggu... -

aku adalah lelaki

Selanjutnya

Tutup

Politik

Himbauan untuk SBY, Suruh Golkar Bayar Hutang Orba

20 Desember 2009   13:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:51 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Berhubung mbah cuma punya ijazah seklah ndeso Paket Kejar2an, mbah pengen menambah ilmu, tapi ijazah mbah tidak berlaku untuk masuk universitas kota. Disamping tidak memenuhi syarat ijazah, juga mbah tidak kuat bayar indent, pesan bangku duluan yang ongkosnya bisa untuk beli rumah. Mbah tidak kebayar walaupun mbah punya ijazah. Mbah kursus saja dikompasiana, banyak yang pinter koq, ada profesornya. Mbah daftar jadi muridnya profesor, terutama ilmu mbulus, mbah tidak jelas ilmu apa itu, tapi banyak guoblognya.  Murid menirukan guru kan tidak apa2, lha wong guru mbah kencingnya berlari2.

Pengalaman adalah guru yang paling hebat, pengalaman tahun 1998 masih dirasakan sampai sekarang. Tapi sayang pengalaman yang tetap diikuti adalah ributnya, berantem,demonya makanya negara ini tidak pernah sembuh2.  Sebetulnya, mbah sudah pernah cerita pengalaman masa lalu, pengalaman yang sangat membekas dihati mbah. Tapi apalah daya, mbah cuma orang ndeso, kalah pinter sama orang kota. Pengalaman mbah itu dapat dibaca disini :


Kalau kita punya pengalaman kita bisa ngomomg, ngomongnya tidak ngawur nanti orang lain keluar omongan guoblog, kan tidak enak, kecuali kalau sudah kebangetan goblognya. Karena mbah tidak mau dibilang goblok, mbah juga dengeri ahli ekonomi dunia, mbah dengeri secara seksama soalnya mbah ini masih merasa goblog, lebih baik merasa goblog dari orang yang kasih tahu mbah ini goblog.

Kata orang yang bener2 pinter, bukan gemblung seperti si mbah, SBY jangan mau bayari utang luar negeri peninggalan Orde Baru suruh Golkar saja yang bayar. Dulu kan Golkar yang menyetujui pinjaman itu. Pinjaman gemblung diterima, apa tidak bisa berhitung kelayakan, pinjaman super rentenir diterima. Itukan karena otaknya otak duit, mau duitnya saja, tidak mau tanggung jawab.  Coba tanya rakyat, cet pagar biru saja dilarang, harus kuning.  Itulah kelakuan Golkar yang berkuasa pada masa Orde Baru.

Indonesia pada masa Golkar, tiap tahun cari hutangan luar negeri sampai segunung, bandingkan dengan suku bunga Fed, sekarang dibawah 1 %, katakanlah dulu dengan suku bunga LIBOR untuk komersial tertinggi 4 %,  sedangkan bunga pinjaman luar negeri Indonesia pada waktu itu berkisar antara 9 % s/d 12 % pa. Mau terima hutangan dengan bunga seperti itu apa tidak goblog, kalau ini cocok goblognya, tidak mikir akibatnya. Kalau kita bandingkan dengan bunga komersial dalam rupiah saat ini yang sekitar 12,5 % maka pinjaman dengan bunga 37,5 % diterima oleh DPR yang dikuasai Golkar.

Dari sedikit cerita mbah diatas, logikanya Golkar pengen duitnya saja, tidak mau tahu resikonya, resiko itu sekarang ditanggung oleh rakyat, rakyat tambah melarat.  Kalau  Mbah jadi Presiden, mbah suruh saja Golkar yang bayar, kan itu Golkar yang menyetujui dan mengelola duitnya, orang lain mana boleh ikut campur, lha wong pager juga harus kuning. Sayang mbah cuma sekolah ndeso, wong kota pinter2, pinter manupilasi kelakuan golkar. Kalau cerita mbah tidak ahli, tapi cari janda kembang...wuih senyuman mbah ini yang bikin kesengsem.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun