Mohon tunggu...
Eni Kus
Eni Kus Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

suka menari bali

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anarki Adalah Asap, Radikal Adalah Apinya

14 Oktober 2020   10:07 Diperbarui: 14 Oktober 2020   10:27 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lingkarkediri.pikiran-rakyat.com

Mungkin kita bisa melihat di beberapa media soal unjuk rasa George Floyd yang dilakukan oleh tidak saja warga Amerika Serikat tapi juga di beberapa negara. Di AS sendiri unjuk rasa itu berlangsung ricuh di beberapa kota. Malah ada penjarahan di toko-toko dengan merk mahal oleh warga setempat.

Unjuk rasa yang berisi protes isu minoritas dan diskriminasi itu juga merembet ke beberapa negara Asia, Australia dan  Eropa. Unjuk rasa di beberapa kota dunia ini mengungkapkan kemarahan mereka soal rasial yang dilakukan oleh polisi yang menangkap Flyod dengan kekerasan (memiting lehernya dengan lutut sehingga dia kesulitan bernafas dan akhirnya meninggal). Polisi berkulit putih ini menjadi sumber kemarahan banyak pihak dan mengangkat kembali gerakan Black Lives Matter (Kulit Hitam Berharga yang pernah populer pada tahun 2013 dengan isu rasialis juga.

Di Berlin, Jerman media melaporkan ada 15 ribu orang melakukan demonstrasi secara damai. Peserta demo meneriakkan nama Floyd dan membawa papan yang bertulis Stop police brutality, dan juga tulisan I can't breath. 

Sementara itu, ribuan pengunjuk rasa di Paris menentang larangan demonstrasi karena pandemi virus corona yang masih berlangsung dan berkumpul di depan Kedutaan Besar AS. Kemudian, di London, puluhan ribu orang juga melakukan demonstrasi di luar Parliament Square. Begitu juga kota-kota lain seperti Manchaster , Wales, dan  Cardiff. Semuanya berlangsung damai tanpa ada aksi anarki seperti di AS

Di Indonesia sendiri beberapa hari ini kita disibukkan dengan unjuk rasa para buruh dan mahasiswa soal omnibus Law; sebuah UU yang memampatkan beberapa UU dengan tujuan sederhana dan simple. UU ini disusun agar perizinan investasi terutama oleh bangsa asing menjadi mudah dan cepat, karena selama puluhan tahun beberapa UU terkesan tumpang tindih dan sangat rumit sehingga investor asing lebih memilih menginvestasikan uangnya di negara lain seperti Vietnam dan Kamboja karena prosesnya tidak serumit di Indonesia.

Hanya saja informasi itu terpotong-potong dan kemudian diprovokasi oleh pihak-pihak penentang pemerintah. Beberapa kelompok radikal yang sering membonceng kelompok-kelompok oposisi yang selalu menentang kebijakan pemerintah juga terindikasi terlibat. Ini karena demonstrasi yang diinsiasi oleh kaum buruh dan mahasiswa itu berakhir ricuh diwarnai dengan pembakaran fasilitas umum. Fenomena demo seperti ini jarang dilakukan oleh mahasiswa.

Beberapa orang menyimpulkan bahwa ada pihak yang membonceng. Pihak-pihak ini memiliki kebencian yang amat sangat kepada negara termasuk kepada pemerintah sehingga dengan segala cara mereka mengupayakan kekacauan. Tujuannya tak lain adalah agar membuat pemerintah kelihatan tak kredibel. Upaya lain yang juga dilakukan oleh pihak-pihak ini adalah intoleransi dan radikalisme melalui narasi-narasi sehingga menimbulkan kesan bahwa Indonesia tidak mampu membuat rakyatnya aman dan nyaman.

Kita tahu beberapa kelompok radikal seringkali menggerakan mahasiswa untuk isus-isu tertentu. Kelompok radikal menyukai para mahasiswa ini melakukan hal berbau radikal bahkan cenderung anarkis, seperti radikal yang membuahkan pengeboman pada bisnis-bisnis asing dan kantor-kantor resmi aparat dengan alasan bahwa bisnis asing adalah kafir dan aparat adalah thoghut.

Sikap radikal adalah api yang dipasang oleh kelompok-kelompok itu. Sedangkan anarki adalah asap dari sikap-sikap radikal itu. Anarki sama bahayanya dengan api karena menimbulkan tertutupnya pandangan kita terhadap hal-hal yang jernih. Sehingga kita harus bersinergi untuk dapat meminimalisir sikap radikal yang dimiliki sebagian masyarakat karena pengaruh kelompok-kelompok itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun