Mohon tunggu...
Kusno Haryanto
Kusno Haryanto Mohon Tunggu... Administrasi - Apoteker yang Merdeka

Assessor Of Competency BNSP No.Reg.MET.000.003425 2013, Apoteker alumni ISTN Jakarta, Magister Farmasi Universitas Pancasila Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Fenomena Dokteroid yang Tak Hanya Merugikan Profesi Paramedis tapi Juga Pasien

3 Februari 2018   10:48 Diperbarui: 3 Februari 2018   14:39 2674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Istilah dokteroid mulai terdengar ramai dan mulai familiar di telinga masyarakat khususnya mereka yang berprofesi sebagai paramedis. Adalah Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Ilham Oetama Marsis yang membicarakan hal itu saat memberi  sambutan dalam sebuah acara dilingkup internalnya pada Kamis awal Februari 2018 lalu. Dokteroid didefinisikan sebagai seseorang yang bukan dokter tetapi bertindak sebagai dokter sungguhan. 

Padahal untuk bisa berpraktik sebagai dokter sudah dipastikan orang yang berpraktik itu harus menempuh pendidikan dokter terlebih dahulu, mendapatkan ijazah kedokteran lalu memiliki surat tanda registrasi dan sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh kolegium. Memang  faktanya bahwa profesi dokter adalah profesi impian banyak orang. Sangat banyak anak-anak usia sekolah yang menyebutkan cita-citanya  ingin menjadi dokter.     

Kekesalan ketua umum para dokter itu terhadap fenomena meningkatnya dokteroid jelaslah sangat beralasan. Bagaimana tidak, seseorang yang tidak mempunyai kompetensi dokter tetapi berperilaku layaknya seperti seorang dokter yang mempunyai kegiatan kerja mendiagnosa dan menuliskan resep, tidak cuma itu bahkan rutin datang di acara-acara seminar lalu berbicara seolah sangat mengerti tentang ilmu kedokteran tetapi lebih dari itu malah nekat melakukan praktik kedokteran di kesehariannya. 

Penulis beberapa kali bahkan bisa dibilang sering menemukan para dokteroid di acara-acara seminar yang penulis hadiri. Para dokteroid yang tidak punya rasa malu ini bahkan lebih terlihat sangat bangga ketika berbicara di depan banyak orang sambil memposisikan dirinya mempunyai pengetahuan kedokteran yang lebih dari seorang dokter sungguhan. 

Dokteroid-dokteroid seperti ini memang sangatlah membahayakan karena sepanjang seminar selalu mengelu-elukan dirinya sambil memprovokasi peserta seminar agar mau berperilaku seperti dirinya yang menjelma menjadi dokteroid yang bahkan berjalan ke arah tempat parkir pun tidak mau melepas jas yang mirip dengan jas praktik yang dipakai oleh dokter. Keresahan yang ada di kalangan profesi dokter terhadap maraknya dokteroid yang ramai akhir-akhir ini jelas tidak mengada-ada. 

Profesi dokter bisa terus tercemar seandainya hal ini tidak diungkapkan. Banyaknya kejadian tentang orang yang berpraktik sebagai dokter palsu menjadikan kunjungan orang sakit ke tempat pengobatan menjadi seperti tidak ada manfaatnya dan justru bisa lebih membahayakan dirinya. Kita semua tidak tahu kepada siapa stigma dokteroid itu sebenarnya ditujukan. Pengurus besar ikatan dokter Indonesia mengkategorikan dokteroid ke dalam beberapa kelompok, di mana kelompok ketiga disebutkan profesional lain yang melakukan tindakan-tindakan kedokteran diluar kompetensi dan kewenangannya. 

Di kalangan profesi paramedis mulai dari tingkatan perawat, bidan dan seterusnya tentulah memiliki sedikit pengetahuan tentang ilmu kedokteran. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa saat ini sangat banyak plang-plang nama praktik dari oknum berbagai profesi kesehatan yang seolah-seolah mampu bekerja dan berpraktik layaknya seorang dokter. Entah apakah para oknum paramedis ini yang dimaksudkan sebagai dokteroid oleh ketua pengurus besar ikatan dokter Indonesia atau orang-orang yang seperti seorang perempuan oknum paranormal yang sempat ramai karena berpraktik lazimnya seorang dokter di berbagai tempat, ataukah dua-duanya.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Kalau yang dimaksud dokteroid oleh sang ketua perkumpulan dokter itu adalah oknum paramedis sendiri maka dengan berat hati penulis ikut menyetujui pendapat sang ketua akan hal itu. Penulis beberapa kali mendapatkan oknum paramedis yang bertindak dan berperilaku layaknya seorang dokter yang sedang menjalankan praktik kedokteran.  

Dengan memiliki sedikit modal, seseorang yang tidak berlatar belakang pendidikan dokter akan dengan mudah mendapat panggilan dokter karena dalam keseharian kerjanya selalu menggunakan jas putih yang sebenarnya sudah dari dulu menjadi hak paten seorang dokter. Dengan membaca sedikit-sedikit dari google maka pengetahuan yang sedikit tentang laboratorium klinik kadang dijadikan modal besar untuk berprofesi sebagai dokteroid. 

Penulis pun tidak mengerti mengapa ada sebuah profesi yang bahkan ketua umumnya terus-terusan memaksakan kepada anggotanya melalui surat instruksi agar mengenakan jas seperti yang dipakai oleh para dokter beneran pada saat bekerja dan diharuskan pula  memasang papan nama yang berisi jam praktek nya. Penulis jadi bertanya-tanya apakah yang dimaksud dengan dokteroid adalah profesi ini atau bukan, sebab segala hal terhadap profesi yang satu ini memang diinstruksikan mirip dengan profesi dokter saat melakukan pekerjaannya. 

Mulai dari kalimat yang tercantum dalam kode etiknya, kalimat yang terdapat  dalam sumpahnya, jas praktiknya, papan nama praktiknya sampai terakhir gelar akademiknya pun sedang disosialisasikan agar ditaruh didepan nama dengan huruf kecil semua agar semakin mirip dengan profesi dokter. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun