Mohon tunggu...
Kadiman Kusmayanto
Kadiman Kusmayanto Mohon Tunggu... -

I listen, I learn and I change. Mendengar itu buat saya adalah langkah awal dalam proses belajar yang saya tindaklanjuti dengan upaya melakukan perubahan untuk menggapai cita. Bukan hanya indra pendengaran yang diperlukan untuk menjadi pendengar. Diperlukan indra penglihatan, gerak tubuh bersahabat dan raut muka serta senyum hangat. Gaul !

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Fortifikasi ala Jepang: Artefak Belanda di Nagasaki

20 Juli 2014   00:02 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:51 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat baca atau dengar kata Nagasaki maka sontak banyak orang langsung teringat cerita traumatis yang selalu membuat bulu kuduk merinding. Teringat Bahamian biadabnya USA (baca Amerika) melakukan pembunuhan masal dengan menjatuhkan sebuah bom nuklir. Bom nuklir yang mereka banggakan dengan sebutan The Fat Man. Seolah lupa akan hak azazi manusia, Amerika memilih senjata pemusnah masal sebagai upaya efektif melumpuhkan Jepang sebagai musuh bebuyutannya dalam Perang Dunia.

Terlepas dari kebiadaban Amerika itu, banyak cerita lain yang tertoreh dalam sejarah dan juga sebagai sentra teknologi super maju yang dimiliki Nagasaki.

Nagasaki: Daerah Khusus Perdagangan

Dengan garis keras yang diperintahkan Kaisar, Jepang dengan ketat menerapkan kebijakan mengisolasi diri dari pengaruh dunia luar khususnya dunia barat yang pada abad 16-18 dipandang paling maju. Pengisolasian itu termasuk dalam dalam perdagangan komoditas ekonomi dan iptek (ilmu, pengetahuan dan teknologi). Namun demikian isolasi tidak dilakukan 100%.  Ada satu bagian dari kepulauan Jepang yang punya akses ke laut lepas dijadikan daerah khusus perdagangan internasional. Kawasan itu tidak lain adalah Nagasaki. Ini cara cerdik Jepang dalam melakukan fortifikasi dalam era globalisasi.

[caption id="attachment_348646" align="aligncenter" width="240" caption="Sumber: http://goo.gl/pHfy9p"][/caption]

Belanda yang memiliki kemampuan yang kompetitif dalam perdagangan dunia dengan armada kapal dagang yang piawai menangkap peluang bisnis perdagangan yang dibuka Jepang di Nagasaki ini. Belanda memanfaatkan keberadaan Perusahaan Persekutuan Dagang India Timur atau Vereenigde Oostindische Compagnie. VOC kita mengenalnya.VOC yang mulai berdagnag dengan membawa macam-macam barang dagangan dari Eropah dan Asia ke Jepang melalui kawasan dagang internasional Nagasaki. Dalam perjalanan balik ke Eropa melalui Asia, VOC membawa barang dagangan khas Jepang khususnya keramik sebagai perlengkapan makan dan hiasan yang laris manis di pasar Asia dan Eropah.

[caption id="attachment_348648" align="aligncenter" width="365" caption="Sumber: http://goo.gl/VwfSLc"]

14057793141277577642
14057793141277577642
[/caption]

Kampoeng Belanda di Nagasaki

Sukses VOC sebagai perusahaan dagang telah mendorong tumbuhnya komunitas Belanda di Nagasaki. Banyak masyarakat Belanda yang bermukim di Nagasaki dan membangun bangunan2 khas arsitektur Belanda di abad 17. Sebagai pelancong saya terpesona melihat kastil megah peninggalan seorang konglomerat Eropah dan sejumlah bangunan-bangunan khas Belanda yang terawat apik. Seolah tidak percaya bahwa saya sedang berada di Jepang. Kini bangunan-bangunan ini diubah menjadi museum dan atraksi turisme. Bukan hanya masyarakat Jepang yang memadati kawasan ini, Kampoeng Belanda di Nagasaki ini telah menjadi turisme budaya bagi turis mancanegara.

Mistsubishi Heavy Industry di Nagasaki

Jepang banyak menimba ilmu, pengetahuan dan teknologi dari perdagangan dengan Belanda via VOC.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun