Mohon tunggu...
Usman Kusmana
Usman Kusmana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang Lelaki Biasa Dan Pegiat Sosial Politik

Menulis itu kerja pikiran, yang keluar dari hati. Jika tanpa berpadu keduanya, Hanya umpatan dan caci maki. Menulis juga merangkai mozaik sejarah hidup, merekam hikmah dari pendengaran dan penglihatan. Menulis mempengaruhi dan dipengaruhi sudut pandang, selain ketajaman olah fikir dan rasa. Menulis Memberi manfaat, paling tidak untuk mengekspresikan kegalauan hati dan fikir. Menulis membuat mata dan hati senantiasa terjaga, selain itu memaksa jemari untuk terus bergerak lincah. Menari. Segemulainya ide yang terus meliuk dalam setiap tarikan nafas. Menulis, Membuat sejarah. Yang kelak akan dibaca, Oleh siapapun yang nanti masih menikmati hidup. Hingga akhirnya Bumi tak lagi berkenan untuk ditinggali....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Isra Mi'raj, Kesalehan Sosial Menuju Kesalehan Individual

19 Juni 2012   01:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:48 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ini oleh-oleh saat saya menghadiri kegiatan pengajian dalam rangka memperingati Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW di suatu daerah. Sang Muballigh menjelaskan panjang lebar tentang perjuangan para ulama khususnya para kiai di lingkungan Jam'iyyah Nahdlatul Ulama dalam menyebarkan dan memelihara ajaran Islam Ahlus Sunnah Wal Jama'ah serta tradisi keagamaan yang biasa dilakukan oleh mayoritas ummat Islam di Indonesia.

Tradisi keagamaan dalam bentuk Muludan, Rajaban, Muharaman, Tahlilan, Yasinan, Sholawatan merupakan medium dakwah yang biasa dilakukan oleh mayoritas ummat  Islam Indonesia. Ada memang sebagian kalangan yang menilainya sebagai sesuatu yang Bid'ah. Menganggapnya sesat, musyrik atau apalah yang mengindikasikan penolakan.

Namun dalam prakteknya, semakin semua tradisi keagamaan itu di serang dan ditentang dengan berbagai argumentasi dalil dan sebagainya, ummat Islam dan tradisi-tradisi diatas semakin berkembang pesat. Karena ternyata ummat semakin sadar termasuk mungkin yang menganggap bid'ah itu, bahwa ada substansi yang lebih mengena didalamnya, daripada dibaca sebagai sesuatu yang bid'ah. Karena sebagaimana guyonan sang muballigh " Lama-lama mereka para da'i dari kelompok yang menyebut bid'ah, jika diundang ceramah dalam acara rajaban dan muludan, keasyikan juga ternyata.."

Ulama Nahdlatul Ulama menjadikan medium muludan, rajaban, sholawatan dan berbagai kegiatan lainnya sebagai medium dakwah yang didalamnya terdapat aktifitas tholab ilmu, pencerahan yang tiada henti untuk bagaimana membina dan mengawal aqidah serta moral ummat agar senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah dengan menitik beratkan pada keseimbangan hubungan yang baik antara Hablum Minallah dengan Hablum Minannaas, terwujudnya kesalehan individula dengan kesalehan sosial. Sebagaimana hikmah dari " Isra dan Mi'raj" itu. Perjalanan secara horizontal dari masjidil harom ke masjidil aqsa, dan mi'raj secara vertikal dari titik Masjidil Aqso menuju Sidratul muntaha, dimana Rasulullah mendapatkan perintah langsung dari Allah SWT menyangkut Sholat yang 5 waktu.

Medium Shalat itu benar-benar dijadikan sebagai amalan ibadah yang perintahnya langsung dari Allah dengan proses yang luar biasa. Karena betapa luar biasanya media sholat itu sebagai medium terciptanya sosok hamba yang sholeh secara vertikal dan shaleh secara horizontal. Muspra amal ibadah seseorang kepada Allah SWT, jika saja tak memiliki dampak sosial dalam kehidupannya sehari-hari.

Dalam ritual shalat terdapat rukun membaca salam diakhir shalat, menengok ke kanan dan kekiri dengan ucapan " Assalamualaikum warahmatullah wabarokaatuh". Hal itu pertanda, bahwa setelah menghadap Tuhan, kita harus menengok saudara-saudara kita sesama ummat manusia di sekitar kita. Kita harus memercikan perilaku santun, damai dan penuh kasih sayang. Seorang Muslim adalah orang yang mampu menyelamatkan sesama saudaranya dari sisi buruk lisan dan tindakannya.

Rasulullah SAW dalam salah  hadistnya menyatakan " barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tetangganya", "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka muliakanlah tamu". Dua hadis diatas tak disertai kayyid atau tanjakan apapun " Apakah tetangga/tamu itu harus satu ormas, satu agama, satu parpol, satu golongan?" apapun agama, madzhab, parpol selama dia tetangga atau bertamu kepada kita, maka kita wajib memuliakannya. Sungguh indahnya ajaran Islam.

Kemuliaan Ajaran Islam terletak pada akhlak. Kehadiran rasul Muhammad SAW diutus kepada ummat adalah untuk menjadi rahmat bagi sekalian alam. Dan rasulullah adalah orang yang dengan sebaik-baiknya akhlak. Siti Aisyah ra  istri baginda Rasul mengatakan ketika ditanya tentang bagaimana Akhlak  Rasul? beliau menjawab "Khuluhul Qur'an".

Melalui Isra, Rasululullah diberjalankan. berjalan secara horizontal, melalui mi'raj rasulullah dinaikan. proses vertikal. Sehingga bagi kita selaku ummatnya, maka proses berjalan secara horisontal (sosial) penting, menuju peningkatan spiritualitas secara vertikal di hadapan Allah SWT. Tanpa kesalehan sosial nilai kita nonsense....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun