AKU saat ini sedang meminum secangkir kopi "O" hangat di sebuah warung kopi di desa Pangkal Lalang, Kota Tanjungpandan. Kali ini aku ke Belitung dalam rangka sembahyang makam ayah dan ibu di pemakaman pulau Belitung.
Berdasarkan tradisi, orang Tionghoa sembahyang di makam leluhur mereka pada akhir bulan Maret sampai awal bulan April setiap tahun. Sementara bagi orang Melayu  Belitong, ziarah ke makam keluarga sebelum bulan Ramadhan. Orang Melayu Belitong menyebutnya dengan " Nyekar ".
Di kala ada waktu luang, aku menulis artikel, dengan tujuan dapat sedikit ikut berpartisipasi mencerdaskan bangsa.
Saat-saat ini, banyak bermunculan Group-Group WA  yang mengajak sesama teman alumni sekolah, teman kerja, teman sekampung, teman satu profesi dan lain-lain untuk berpartisipasi  menyumbang uang kepada fakir miskin dan kaum duafa. Tentu itu merupakan kegiatan yang positip dan bermanfaat.
Namun, barangkali boleh juga Group-Group WA, melakukan kegiatan mencerdaskan bangsa. Seperti  memberikan bea siswa, mendirikan sekolah, memberikan barang-barang keperluan  sekolah kepada siswa dan lain-lain. Sesungguhnya,  bantuan sosial dan mencerdaskan bangsa sama-sama penting. Bak memberikan orang kail dan mengajari orang memancing.
Barangkali, untuk jangka pendek bantuan sosial tepat. Tapi untuk jangka panjang, mencerdaskan bangsa Indonesia melalui pendidikan lebih pas.
Bantuan sosial ibarat memberikan orang kail. Sementara mencerdaskan orang, ibarat mengajarkan orang memancing. Maka bantuan sosial mesti berbanding lurus dengan mencerdaskan bangsa.
Kong Hu Cu (551 - 479 SM) mencerdaskan bangsa Tiongkok melalui pendidikan. Beliau menulis, mengajar dan memberikan pendidikan moral kepada muridnya dengan sepenuh hati sepanjang hidup beliau. Akhirnya, ajarannya bermanfaat hingga kini.
Aku salut dan menaruh hormat pada orang-orang yang punya niat dan dengan suka rela menyisihkan uangnya untuk memberikan bantuan sosial, terutama kepada orang tua miskin yang papah.
Memang hidup seseorang tergantung nasib. Namun nasib tak akan berubah, jika sumber daya manusianya tidak berubah.
Inilah sedikit tulisanku dan tulisan ini terpaksa aku akhiri, lantaran kopi " O " yang tadi hangat, kini telah menjadi dingin he..he...
Tanjung Pandan, 24 Maret 2018
Kurnianto Purnama, SH.MH.
kurnianto_purnama@yahoo.com