Mohon tunggu...
kupasotomotif
kupasotomotif Mohon Tunggu... Teknisi - pengamat otomotif

Seorang peneliti / konsultan free energi, kesehatan alternatif dan pengamat otomotif

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Risiko Berkendara dengan Menggunakan Masker dan Pencegahannya

2 Juni 2020   04:20 Diperbarui: 2 Juni 2020   04:26 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/RAJA UMAR)

Karena adanya PSBB sekarang ini kita diwajibkan untuk berkendara dengan menggunakan masker. Masker yang dipersyaratkan pun berbeda dengan masker yang selama ini biasa dipergunakan oleh rider. Masker yang dipergunakan wajib mempunyai 3 lapisan dan mempunyai daya filtrasi udara yang baik. Sayangnya syarat ini membuat masker menjadi mempunyai resiko mengganggu konsentrasi berkendara.

Resiko pertama muncul bila masker yang dipergunakan memfilter udara terlalu banyak, seperti misalnya masker tipe N95.

(FOODPANDA SINGAPORE )
(FOODPANDA SINGAPORE )

Masker N95 akan terlalu membatasi aliran udara dan membuat sirkulasi udara kurang bagus karena CO2 juga akan terakumulasi di masker. Rider akan mengalami resiko kesulitan bernapas dan akan kesulitan berkonsentrasi, hal yang berbahaya bila terjadi di jalan. Untuk mencegah hal ini terjadi, maka mau tidak mau harus menggunakan masker yang bisa mengalirkan udara lebih lancar.

Resiko kedua adalah posisi masker bisa bergeser - geser saat berkendara. Bila tidak hati maka masker bisa menghalangi pandangan. Solusinya adalah pastikan pada saat menggunakan helm masker masih tetap terpakai dengan sempurna. Karena kadang bila telinga terlipat, masker bisa lepas tanpa ketahuan.

Resiko ketiga adalah bila menggunakan kacamata, misalnya karena rabun jauh atau karena silau dengan lampu depan LED yang trending sekarang, maka masker bisa membuat kacamata menjadi rabun. Solusinya adalah dengan menggunakan masker yang bisa mencegah udara keluar dari bagian atas masker atau menggunakan masker yang daya filtrasinya jelek.

Resiko keempat adalah masker sering kali akan menjadi tempat bersarangnya partikel dari sisa gas buang kendaraan di depan, seperti misalnya PAH atau timbal. Hal ini akan lebih mudah diamati bila banyak bus dan truk di jalan. Hal ini tentu tidak baik untuk kesehatan. Solusinya adalah ganti masker saat sudah tidak lagi berkendara.

Resiko berikutnya adalah bila memilih masker yang daya filtrasinya jelek, yang bisa mengalirkan udara lebih lancar, maka masker akan lebih mudah menularkan virus. 

Tentu saja ini dengan asumsi bahwa pengguna masker tahu cara menggunakan masker yang aman dan tidak berada dalam ruangan tertutup dengan penderita. Karena bila tidak, masker sekelas N95 sekalipun tidak akan bisa mencegah penularan.

Rider dalam hal ini harus memilih apakah akan menggunakan masker sesuai rekomendasi atau menggunakan masker hanya sekedar syarat saja. Antara masker yang bisa mencegah penularan virus Corona atau masker yang tidak menimbulkan masalah, masker yang sama sekali tidak berguna untuk mencegah penularan virus Corona.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun