Tulisan ini bukanlah tulisan ilmiah bukan pula hasil penelitian, hanya menuangkan buah pikir dalam sebuah coretan yang mungkin bisa dijadikan bahan renungan.
Seringkali orang tua merasa bangga ketika seorang anak mendapatkan nilai tinggi atau katakanlah 100, atau merasa sedih ketika seorang anak mendapatkan nilai terendah 0, haruskah sedih jika demikian adanya? Jika masih berorientasi nilai maka wajarlah jika orang tua bersedih, namun jika berorientasi proses tidaklah harus bersedih.Â
Jika seorang anak memahami proses pembelajaran yang ada dapat dipastikan bahwa anak tersebut akan mendapatkan nilai yang tinggi namun ketika seorang anak kurang memahami proses pembelajaran maka dapat dipastikan anak tersebut mendapatkan nilai yang rendah.
Pertanyaan selanjutnya, apakah mereka yang mendapatkan nilai tinggi memahami proses pembelajaran yang ada? belum tentu ia memahami proses yang ada, jadi logikanya Pemahaman terhadap proses pembelajaran harus dikedepankan daripada pendidikan berorientasi nilai.
Test masuk lembaga pendidikan juga masih dirasakan berorientasi nilai, mereka yang memiliki nilai tinggi akan diterima disekolah favorit ataupun Perguruan Tinggi favorit, apa dampaknya kedepan, maka akan ada Generasi Unggul dan Generasi Sampah, bukankah dunia pendidikan memiliki tanggungjawab terhadap pembangunan manusia Indonesia secara keseluruhan? Menciptakan Generasi Generasi Unggul secara keseluruhan?
Test masuk dunia pendidikan semestinya sifatnya  pemetaan terhadap minat, bakat dan potensi anak didiknya. Dimana dunia pendidikan dapat mengolah minat, bakan dan potensi yang sesuai dengan anak didiknya sehingga dapat menciptakan generasi generasi unggul secara keseluruhan.
Mengolah potensi anak jauh lebih baik daripada memikirkan kelemahan seorang anak, segala potensi positip jika diolah akan menjadi keunggulan disetiap anak didiknya. Analoginya Binatang yang bisa terbang, diolah dan didik bagaimana ia bisa terbang setinggi tingginya bukan didik  bagaimana ia berenang, karena memang bukan potensinya untuk bisa berenang.Â
Selain itu dunia pendidikan harus bisa menciptakan situasi yang menyenangkan, mampu menciptakan kreatifitas anak, mampu menumbuhkan kepercayaan diri seorang anak, jiwa enterpreneur dan  tidak hanya sebatas pencapaian akan sebuah nilai diatas kertas.
Kembali kepada pendidikan yang berorientasi proses, maka ketika ia terjun kemasyarakat maka ia akan lebih dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri terhadap dinamika yang berkembang dimasyarakan dapat mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari hari.
Namun adakah dunia pendidikan yang demikian?