Mohon tunggu...
Kumil Laila
Kumil Laila Mohon Tunggu... -

Selalu berusaha dan bersyukur.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Komunikasi Bahasa Tubuh

22 Februari 2018   03:46 Diperbarui: 22 Februari 2018   04:44 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ibu, berkomunikasi dengan anak itu ada seninya. Bahasa tubuh kita terkadang justru akan lebih bermakna dipandang anak daripada hal-hal yang kita katakan. Wajah orangtua yang marah akan lebih ditakuti anak daripada kalimat yang keluar dari mulut orangtuanya.

Jadi, bagaimana seharusnya sikap  tubuh kita? Berdasarkan Buku Edu Games for Child terdapat 8 sikap tubuh Ibu yang harhs diperhatikan.  

  1. Sejajarkan wajah anda dengan wajah anak. Jangan biarkan anak bersusah payah mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah anda. Kalau perlu, jongkoklah di depannya. Jangan setengah-setengah.
  2. Tatap mata anak dengan lembut. Pancaran mata anda membuatnya yakin bahwa dia diperhatikan dengan baik.
  3. Sisipkan kalimat penguatan, 'Oya... Oh, begitu... Terus? Wah, bagus itu...' dan sebagainya. Kalimat ini akan membuat anak percaya diri dengan pendapatnya. Penguatan ini tetap Ibu berikan walau kita sudah sangat mengerti hal yang diceritakan anak. Misalnya, putra Ibu sedang bermain warna. Tanpa sengaja dia menemukan bahwa warna biru dicampur warna kuning berubah menjadi hijau.
  4. Kemudian, dia melaporkan hasil penemuannya, "Mama...  mama... lihat warna biru kalau dicampur kuning jadi hijau." Biasanya diikuti dengan memanggil-manggil mamanya untuk menjadi saksi hasil percobaannya. Ikuti saja kemauannya dengan antusias. Berlagaklah seolah-olah Ibu juga baru tahu. "Subhanallah... iya... iya... jadi hijau, nih!" sambil amati warna itu. Anak akan merasa sangat bangga dengan hasil temuannya. Dia pun akan n merasakan bahwa mamanya adalah teman curhat yang nyambung dan enak diajak bicara. Lain halnya jika Ibu berkomentar, "Ah... ya memang seperti itu, Dik. Biru kalau dicampur kuning memang jadi hijau.  

            Apa yang ada dibenak fikiran anak?  

            Yaaah... Mama nggak asyik!"

            Komunikasi putus. Semangat

            anak pun pupus.      

  1. Biarkan anak anda menyelesaikan kalimatnya. Jangan menyela atau memotong. Pada anak tertentu usia 3 sampai 6 tahun kadang terjadi kegagapan ringan karena kerja otaknya lebih cepat dari lidahnya. Sabarlah sampai ia selesai. Ini akan membuat komunikasi utuh sehingga maksud anak bisa tersampaikan.
  2. Betulkan kalimat anak dengan mengulangi tanpa menyalahkan. Misalkan anak berkata, "Mama, aku tadi dijajani sama Alifa." Betulkan dengan mengulangi, "Kak Nisa tadi dibelikan jajan sama Atika. Jajan apa?
  3. Kaitkan pengalaman anak dengan nilai-nilai yang mereka lakukan. "Subhanallah... Alifa baik sekali mau sedekah sama Kak Nisa." Terlebih apabila si pelaku adalah anak sendiri. Berilah penghargaan dengan kalimat, "Kaka hebat deh!" atau, "Wah, bagus sekali itu." atau, "Masya Allah... adik bisa merapikan semua ini? Hebat sekali!"
  4. Tentramkan bila anak mengadukan pengalaman yang tidak menyenangkan. Misalnya, "Mama, pensilku diambil Rina."  

           Sikap pertama yang sebaiknya

           Ibu ambil adalah tenang dan

           membuatnya berpikir positif."

           Oh, mungkin Rina keliru

           mengambil. Dia kira itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun