Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jika Ingin Jadi Penulis, Menulislah! (Pengalaman Perjumpaan dengan Bang Yanuardi)

21 April 2020   21:08 Diperbarui: 21 April 2020   21:15 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Moment seminar nasional "Digital Literasi" yang digelar AGUPENA Flores Timur memperingati Hari lahir ke 3 organisasi ini yang mempertemukan kami. Dimana saya terlibat sebagai panitia seminar dan Bang Yanuardi Syukur menjadi salah dari 7 pembicara dalam seminar tersebut.

Perjumpaan itu diawali dengan penjemputan di bandara Gewayan Tana, Larantuka. Setelah sebelumnya kami bercengkrama bersama Bang Herwin Hamid di Hotel Asa, pkl. 15.00 WITA, bersama Bapak Ketua Panitia Seminar Arnoldus Ola Aman, Ibu Bendahara Karlinda de Rozari dan Bung Asy'ari Hidayah Hanafi, kami menuju bandara untuk menjemput dua pemateri, bang Yanuardi Syukur dan Kaka John Lobo yang tiba menggunakan penerbangan sore. 

Di sana kami menunggu agak lama, selain karena kami tiba di bandara lebih awal, juga setelah landing saat menunggu bagasi ada kejadian tidak terduga, barang bawaan Bang Yanuar tertinggal di Kupang.

Setelah pengalungan selendang sebagai seremonial penjemputan, saya bersama bung Ari pulang lebih dahulu untuk menyiapkan segala keperluan terkait kegiatan seminar di gedung OMK Keuskupan Larantuka. Itulah moment awal perjumpaan dengan Bang Yanuardi Syukur.
Awal berjumpa, terlintas tidak ada yang luar biasa. 

Penampilannya yang low profile menghadirkan kesan biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa jika dilihat sepintas. Namun apa yang terlihat oleh tidak selamanya benar. Mata hanya bisa melihat hal yang tampak. Sementara yang tersembunyi tidak dapat dijangkau. Penglihatan mata memang terbatas.

Moment kedua ketika makan malam bersama di taman kota Reinha. Jumad (02/03018) malam itu merupakan perkenalan yang lebih intens bersama mahasiswa S3 Antropologi FISIP UI ini. Kami berkumpul pukul 20.00 untuk menyantap malam bersama. Menunya hanya lesehan ikan bakar. Santap malam kami lalui dengan obrolan. Canda dan tawa menyertai gathering malam itu.

Setelah dinner, kami berpindah ke salah satu lopo caf taman kota untuk berdiskusi sambil menikmati minuman yang dipesan masing-masing. Malam itu adalah kesempatan bagi kami, guru-guru kampung untuk menimba ilmu dari para pemateri seminar sambil mendiskusikan hal-hal teknis terkait kegiatan seminar besok. 

Malam itu panggung diberikan seluas-luasnya kepada Bang Yanuardi Syukur, Bang Herwin Hamid, kaka John Lobo, dan Ina Santi Sima Gama. Bang Yanuar berbagi pengalamannya menulis dan menerbitkan buku. Bang Herwin menceritakan pengalaman suksesnya memenangi lomba karya ilmiah guru hingga menyabet seabrek penghargaan di bidang pendidikan. 

Kaka John Lobo membagi pengalamannya menghidupkan gerakan literasi dan menyebarkan virus membaca dengan mengirim berton-ton buku ke pelosok Nusantara. Ina Santi berbagi ide menghidupkan literasi dengan melibatkan ibu-ibu melalui dongeng.

Malam itu kami semua dikenyangkan dengan ilmu yang sangat bergizi. Yang dalam bahasanya Ama Pion Ratuloli (Muhammad Soleh Kadir) kami seperti telah membaca empat judul buku berbeda setelah mendengar kisah keempat orang hebat ini. Hingga tanpa sadar malam telah direnggut sang waktu. Kami meninggalkan taman kota pukul 12.30.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun