Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kenapa Bandung Kalah dari Peterborough?

20 Desember 2015   02:42 Diperbarui: 20 Desember 2015   11:13 1042
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Bandung (dok pribadi)"][/caption]Ketika membaca Bandung tidak berhasil menang setelah menjadi salah satu finalis untuk kategori City Award di Barcelona pada ajang Smart City Expo, bulan November 2015 yang lalu, ada rasa kecewa juga. Walaupun awalnya secara spontan ketika membaca Bandung masuk sebagai salah satu dari enam finalis dalam Smart City Award... cukup heran sejenak, gambaran kemacetan parah yang saya alami di Jalan Pasteur, genangan banjir padahal hujan baru 5 menit turun di jalan dekat rumah ibu saya, dan lain-lain, saling berkelebatan.

Belum lama bulan Juni 2015 yang lalu. hampir seminggu saya menikmati kembali kota kelahiran, Bandung, menyusuri lagi jalan-jalan Asia Afrika, Alun-Alun, Braga, Gatot Subroto, Burangrang, Karapitan, Gedung Sate dan sekitarnya, Pasar Kosambi, Pasar Baru, Dago, Riau, dll.

[caption caption="Bandung (dok pribadi)"]

[/caption]Secara estetis paling menarik memang terutama Alun-Alun, Asia Afrika dan Braga, terlihat ada pembenahan oleh Kang Emil. Turis dan warga Bandung yang ada di sana terlihat menikmati hasil karya ini. Kami pun, mantan warga, betah berlama-lama duduk menikmati suasana dan hilir mudik di jalan-jalan ini, terutama sesudah Subuh karena udara masih segar dan lalu lintas belum penuh.

Namun, bila keluar dari jalan-jalan utama maka fakta Bandung, tidak ada bedanya dengan 5 atau 10 tahun yang lalu. Gorong-gorong masih mampet, hujan sebentar langsung jalan tergenang, semrawutnya jalan karena kendaraan dan orang semakin memusingkan kepala. Di rumah ibu saya yang letaknya hanya radius 1 km saja dari jalan Asia Afrika, harus bolak balik cari sumber air artesis karena air PDAM tidak bisa diandalkan bila musim kemarau.

Pasar Kosambi pun, sampahnya masih menumpuk begitu saja, kali di dekat jalan Gatot Subroto walaupun plang larangan dan ancaman membuang sampah ada di sana tetap saja kalinya ditumpuki sampah. Dan kabel listrik dan telpon ... o o ... sudah seperti ular beriring, menggelantung tebal di udara Bandung.

Di mana smart-nya Bandung hingga masuk sebagai finalis?

Apa perubahan sepercik bedak gincu membuat sebuah kota menjadi smart ?? Bagaimana Bandung bisa masuk menjadi satu dari enam finalis untuk kategori City Award dalam Smart City Expo? Mana infrastruktur gemilang hasil teknologi terbaru? Ternyata Bandung menekankannya pada teknologi informasi terkini.

Seorang Ridwan Kamil tentu saja tidak mungkin dalam jabatannya sejak 2013 (jadi baru 2 tahun), mampu menyihir Bandung berubah 100%. Singapura saja butuh waktu 20 tahun untuk menjadi seperti sekarang. Lee Kuan Yew memerintah dari tahun 1959 baru tahun 1990 ia mau mempercayakan Singapura, yang dia perjuangkan dari nol, pada Goh Chok Tong akhir tahun 1990.

Kota-kota mantan Jerman Timur juga butuh waktu tahunan sampai bisa menyamai standar kota-kota di Jerman Barat, belum lagi dana untuk pembangunan Jerman Timur itu dari 1991 sampai sekarang (25 tahun) disumbang dari potongan gaji warga Jerman, namanya Solidaritätszuschlag. Pembenahan kota itu memang butuh nafas panjang dan dana yang memadai selain dedikasi dan keberanian eksekusi para eksekutif kota.

Lahirnya konsep-konsep smart city tidak lain karena tantangan pesatnya angka urbanisasi, meningkatnya jumlah manusia di kota. Bagaimana membuat kota tetap nyaman ditinggali dan bahkan bisa lebih efisien dengan memanfaatkan teknologi terkini dan partisipasi sebanyak mungkin warga, itulah saya kira yang menjadi faktor penting juri kategori smart city di Barcelona.

Ridwan Kamil telah membentuk Bandung Command Center untuk menjadi tempat kolaborasi berbagai pihak dengan pemerintah kota Bandung. Fungsinya memusatkan data-data terkait dengan kebutuhan Bandung Smart City. Ada program-program perbaikan fasilitas internet bagi seluruh kantor dinas, perapihan kabel-kabel di kota Bandung, pembentukan Dewan Smart City sebagai penasihat pemerintah kota dalam membangun smart city, pemusatan data SKPD (satuan kerja perangkat daerah), data dari masyarakat, dan bahkan belum lama ini menjadikan standar Green Building untuk menjadi syarat mengeluarkan IMB (Izin Mendirikan Bangunan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun