Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Insinyur - Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kembalinya Era Mobil Listrik

31 Mei 2012   12:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13384658361837913474

[caption id="attachment_191770" align="aligncenter" width="332" caption="mobil listrik berpedal TWIKE berkepatan sampai 85 km/jam dan berjarak tempuh sampai 200 km              (dok. pribadi)"][/caption] Jalan Sudirman-Thamrin-Kuningan-Gatot Subroto tiba-tiba hening dari hiruk pikuk kendaraan, udara tidak lagi dipengapkan oleh bau gas buang serta jalan-jalan lebih leluasa karena bus, metro mini, motor dan mobil-mobil yang berbentuk lebih ramping ini digerakkan oleh listrik. Tapiiiii maaf, jangan keterusan ya ... Itu hanya terjadi dalam mimpi saya.

Perubahan kendaraan dari bermotor bakar menjadi bermotor listrik secara tiba-tiba tentu akan memberikan kekacauan, karena PLN juga belum tentu mampu saat ini memenuhi kebutuhan listrik drastis dari kendaraan, yang hilir mudik di Jakarta saja konon tahun 2011 berjumlah hampir 12 juta, melebihi jumlah penduduk Jakarta yang hampir 9 juta penduduk.

Kendaraan bermotor di Jakarta ini hampir keseluruhannya digerakkan motor bakar dan diesel. Artinya ketergantungan terhadap BBM masih tinggi dan polusi udara yang tinggi. Saya kira saat Herr Carl Benz berhasil membuat mobill bermesin bakar pada tahun 1886, eufori keberhasilan penemuan tentu lebih mendominasi dari pemikiran dampak kemacetan dan polusi yang dihasilkan motor bakar 120 tahun kemudian.

Penemuan Carl Benz pada zaman itu sangat menggembirakan, karena walaupun mobil-mobil bermesin uap sudah banyak beredar di Inggris, mobil bermesin bakar lebih banyak keuntungannya, tidak butuh waktu untuk pemanasan, memiliki efisiensi lebih tinggi, kinerja lebih tinggi untuk berat lebih ringan dan lebih nyaman untuk dioperasikan.

Selain mobil bermesin uap ini, mobil listrik juga sudah dibuat sebelum mobil bermotor bakar. Yang pertama dibuat di Jerman adalah mobil listrik buatan Andreas Flocken, yang mendirikan pabriknya tahun 1880 di Coburg. Sampai tahun 1900-an mobil listrik masih bisa berkompetisi dengan mobil bermesin bakar, karena motor listrik memiliki efisiensi lebih tinggi. Namun setelah tahun 1900-an motor listrik tersisihkan karena mobil bermotor listrik dengan aki besar dan butuh waktu lama untuk mengisinya ini tidak dapat bersaing dengan mobil bermotor bakar yang bisa lebih lama bertahan di jalan, apalagi dengan ditemukannya busi dan bahan bakar minyak yang murah. Mobil listrik menjadi terlupakan dari pasar.

Tidak dinyana dengan perkembangan saat ini, bahan bakar minyak semakin tidak jelas harga dan ketersediaannya serta polusi udara dan pembatasan ketat emisi CO2, memacu dan memicu para produsen mobil untuk terus berinovasi menciptakan mobil-mobil alternatif.  Dalam pameran IAA (Pameran Mobil Internasional) 2011  di Frankfurt Jerman, mobil listrik dan mobil berbahan bakar hibrida menjadi primadona. Tampaknya era mobil listrik kembali mulai bergairah. Beberapa negara pun memberikan subsidi untuk mobil-mobil bersih, paling tinggi Jepang berani memberikan subsidi sampai kurang lebih 120 juta rupiah, Cina kurang lebih 75 juta rupiah, USA antara 20 juta dan 60 juta rupiah. Kekurangan mobil listrik yang berkecepatan keong dan berdaya tempuh pendek, untuk pertama kali berhasil ditutup kekurangannya 4 tahun y.l. oleh Opel dan General Motor, dengan mobil buatan mereka yang dikenal dengan "range extender". Motor bakar mobil-mobil ini tidak terhubung ke roda tapi menggerakkan sebuah generator. Mobil artinya terus digerakan oleh listrik tapi terus menghasilkan listrik, sehingga masalah jarak tempuh pendek ini bisa diselesaikan. Banyak produsen yang bekerja dengan solusi yang mirip, tapi dengan tujuan radikal : membuat Plug-in-Hybrid. Artinya dapat mengisi dari stecker dan jalan dengan listrik murni untuk jarak pendek tapi dengan motor listrik yang berdimensi kecil. Pembakaran hanya berfungsi untuk sumber gerakk utama dan terhubung dengan roda. Opel Ampera agak lain, yang mendominasi adalah motor listrik, mampu menghasilkan sampai 150 PS tanpa dukungan bensin sama sekali. Mobil ini telah dikonsep untuk secara maksimal menggunakan listrik. Untuk pengisian bateri kurang lebih dibutuhkan waktu 3 jam, untuk mencapai 60 km tanpa berhenti di lalu lintas. Untuk 100 km dibutuhkan 16 kWh, kalau dalam hitungan harga di Jerman jatuhnya lebih murah dari mobil konvensional teririt. Tapi dengan harga mobil 43000 Euro (kurang lebih 500 juta rupiah) membuat mobil Opel Ampera ini cukup liat di pasaran. Arsitek dari Opel Ampera ini seorang insinyur Frank Weber, tapi karena masalah keuangan yang sedang bergolak di Opel, akhirnya ia pindah kerja ke BMW. Di Indonesia sendiri, selama kemampuan penyediaan listrik masih di bawah kebutuhan, penyebaran mobil listrik ini tidak akan berjalan mulus. Padahal kalau dilihat dari kecepatan rata-rata mobil sehari-hari karena sesaknya jalan di Jakarta, paling cepat hanya 50 km per jam saja, tidak dibutuhkan mobil listrik semahal Opel Ampera.  Tapi siapa tahu, dalam waktu ke depan PLN semakin mampu dan siswa-siswa SMK pun tergugah untuk menciptakan mobil listrik sesuai kebutuhan dalam negeri, supaya tidak tersandung uji emisi lagi. (ACJP)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun