Mohon tunggu...
Kristianus Ato
Kristianus Ato Mohon Tunggu... Administrasi - Pendiam

mencoba yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Parade Junior BWF ala Kota Pelajar, Jogjakarta

22 Oktober 2017   23:58 Diperbarui: 22 Oktober 2017   23:59 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.republika.co.id

World Junior Championship telah terselenggara pada hari ini (Minggu, 22 Oktober 2017). Bertempat di Amongrogo arena yang berkapasitas 5.000 penonton. Event bergengsi ini di ikuti total 64 negara. Delegasi atlet muda junior dari berbagai negara telah hadir di kota pelajar Jogjakarta semenjak tanggal 9 Oktober, untuk mengikuti serangkaian babak penyisihan.

Indonesia sebagai tuan rumah mampu mengirimkn 3 kategori, ganda putri, ganda campuran dan tunggal putri ke laga final. Yang menarik dan patut di apresiasi adalah kategori ganda campuran all Indonesia. Sehingga sudah di pastikan siapapun yang menang dalam kategori ini ancungan piala tetap milik Indonesia. Hanya butuh perjuangan berat untuk dua kategori lainnya.

Pertandingan di mulai pada pukul 11.00 dan di siarkan langsung oleh KompasTV sebagai house of badminton. Terima kasih tayangan apiknya.

Laga pembuka kategori tunggal putra, menghadirkan tontonan menarik antara Kunlavut berasal dari negeri gajah putih, Thailand menantang Leong yang berasal dari negri Jiran, Malaysia. Tak mudah bagi pemegang ranking 1 dunia Kunvalut untuk menang mudah atas Leong yang menempati ranking 4 dunia.

Pada gim pertama Leong terlihat lebih menguasai pola permainan. Pukulan overhead yang di lancarkan Leong cukup menyulitkan Kunvalut dalam mengambil keputusan. Alhasil shuttlecock yang di sangkanya out ternyata dugaannya meleset. Hingga Ia harus menyerah 17-21.

Memasuki gim kedua pemain tunggal termuda berumur 16 tahun Kunvalut mulai bangkit. Perbaikan akurasi pukulan membawa angin segar. Ia akhirnya berhasil menyudahi gim dengan perolehan point 21-15. Demikian halnya pada gim ketiga. Kunvalut semakin tak terbendung. Ia terus saja mendikte Leong yang sudah jelas terlihat deadlock. Kemenangan 21-9 membawa Kunvalut merasakan atmosfir parade pengalungan medali.

Kok parade sih? Yap... sebuah keunikan coba di tampilkan di sini di kota pelajar. Sebuah seremoni sederhana untuk menghargai para jawara. Kalung medali dan penghargaan lain di hantar oleh langkah tegap para paskibraka dan di iringi dengan keras berirama dari sekelompok barisan drumband.

Bergeser ke pertandingan kedua. Partai ganda putri menghadirkan Hana/Lee dari Korea dan tuan rumah Indonesia, Ribka/Jauza Sugiarto. Di awal game twin Sugiarto tancap gas. Keduanya terlihat mengerahkan segala kemampuan di sertai variasi pukulan ciamik. Merekapun mengunci kemenangan 21-18. Sayangnya memasuki gim kedua permainan mereka malah kendor. Apalagi di gim ketiga. Keduanya seolah mati kutu. Gelar juara seolah di serahkan begitu saja. 11-21 & 3-21 untuk Korea. Sudahh jangan baper! Hehehe...

Mari kita beralih ke lapangan berikut ganda putra mempertemukan pasangan Kaneko/Kubota dari negeri matahari terbit melawan pasangan Tiongkok, Wang/Di Zijian. Kedua pasangan Tiongkok ini melaju ke final setelah menjungkil balik pasangan Indonesia Rinov/Yacob. Sepanjang pertandingan laga final ganda putra ini hampir tak ada rally game. Pasangan Jepang memancing adu drive sehingga membuat pasangan Tiongkok lebih banyak melakukan kesalahan sendiri. Parade kemenangan menjadi milik pasangan Jepang walau harus melewati rubber game terlebih dahulu 21-14, 15-21 & 21-13.

Melangkah ke kategori berikut ganda campuran All Indonesia Rinov/Mentari menantang Rehan/Fadiah. Dari tribun penonton tak begitu terdengar suara menggemuruh karena apapun yang terjadi selebrasi kemenangan ala militer tetap akan menjadi milik tuan rumah Indonesia. Kedua kubu mencoba mengerahkan skill terbaik dan berakhir dengan keunggulan Rinov/Mentari 21-23, 21-16 & 21-18.

Mari om tante jangan tinggalkan GOR Amongrogo dulu. Masih ada ade Gregoria di sektor tunggal putri melawan Han Yue dari China. Kencangkan teriakan dan kuatkan tabuhan untuk terus memompa semangat Gregoria. Yap.. gim pertama Gregoria sangat tenang menjalankan aksinya. Variasi serangan pukulan terus saja menyudutkan Han Yue. Hal ini memudahkan Gregoria menutup gim pertama dengan interval yang cukup jauh 21-13.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun