Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Terlalu Mengenal

4 Juli 2021   20:57 Diperbarui: 4 Juli 2021   21:03 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi komunikasi untuk saling mengenal. Foto: infotembalang.com.

Dalam hidup sehari-hari, kadang kita menjumpai orang-orang yang hiperaktif. Orang-orang ini, sejatinya selalu menguasi segala percakapan yang mengikutsertakan siapa saja. Mereka berusaha memanipulasi pembicaraan dengan dalih tertentu, seperti pengetahuan, kekuasaan, dan modal. Di zaman sekarang, orang-orang yang demikian, sering mendapat dukungan secara massal, justru karena mereka fasih mengolah kata-kata secara verbal dan menarik siapa saja di sekitarnya untuk masuk dalam lingkarannya.

Yesus berusaha mengecam orang-orang Yahudi yang sok kenal. Yohanes memperlihatkan bagaimana orang-orang Yahudi yang mengakui Abraham sebagai nenek moyang mereka justru tidak memahami dengan baik sejarah. Orang-orang Yahudi sejatinya kurang memahami siapa Abraham Bapa leluhur mereka dan apa arti pernyataan Allah yang hidup (Allah leluhur mereka -- Abraham, Ishak, dan Yakub). Akan tetapi, kesombongan mereka justru dipatahkan oleh argumen Yesus sendiri: "Sesungguhnya, sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."

Pernyataan ini, pada intinya mau memperlihatkan makna dari reffren orang Yahudi yang mengklaim Allah mereka sebagai Allah yang hidup. Allah yang hidup menunjukkan bahwa Allah nenek moyang -- yang dikenal dengan sebutan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub -- senantiasa hadir dari awal penciptaan hingga akhir zaman. Hal ini tentunya mau menunjukkan bahwa Allah orang Israel tetap hidup selamanya. Allah orang Israel bukanlah Allah orang mati -- yang hanya ada atau berperan saat Abraham, Ishak, dan Yakub hidup. Pemahaman seperti ini justru diluruskan oleh Yesus: "Abraham sejatinya hanya jembatan untuk mempersiapkan Yang Lain."

Keangkuhan intelektual yang diperlihatkan oleh bangsa Israel juga kadang dhidupi oleh sebagian orang yang hidup di zaman sekarang. Mereka justru memperdaya sesama dengan pengetahuan sejarah yang dangkal. Atribut-atribut yang dipakai biasanya bermacam-macam; ada yang menggunakan senjata popularitas, uang, kekuasaan juga status sosial dalam masyarakat. Hal yang paling gamblang terlihat adalah soal perebutan kekuasaan di negeri ini.

Banyak tokoh bangsa ini yang berusaha mendongkrak popularitasnya sendiri dengan memanipulasi sejarah. Kemasan sejarah bangsa berusaha dihidangkan dengan teori-teori tertentu yang sarat kepentingan. Yesus justru mengingatkan kita ketika berhadapan dengan orang-orang yang demikian. Ia menganjurkan kepada kita agar kita tetap pada track kebenaran yang sesungguhnya dengan cara berani kritis dan melawan.

Banyak tokoh di negeri ini yang sudah menjadi korban dari upaya pelurusan cerita sejarah. Mereka tidak takut meski akhirnya harus mengorbankan nyawa. Dari sini kita belajar bahwa jika kita terus dihimpit oleh kata-kata yang dimanipulasi dengan membawa-bawa nama sejarah, kita sejatinya justru mau dibodohi seperti halnya orang-orang Yahudi yang hidup di zaman Yesus dimana secara umum, sejarah di zaman Yesus dikuasai oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Mereka disebut-sebut sebagai institusi formal penyalur catatan sejarah. Akan tetapi, demi kepentingan tertentu, mereka kadang menjual aset sejarah -- baik yang spiritual sekalipun -- demi kekuasaan, popularitas, dan keuntungan ekonomis.

Gertakan Yesus yang berani memberi perbaikan pada pengetahuan sejarah orang Yahudi, sejatinya mendorong kita agar kritis dan berani berargumen. Kelemahan kita zaman sekarang adalah adanya kebiasaan untuk ikut dalam kerumunan dan keramaian. Hal ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Kehadiran teknologi kadang menciptakan sekelompok massa yang selalu membuat kehebohan dan memasarnya demi keuntungan tertentu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun