Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Sekolah, dan Belajar

25 November 2020   10:46 Diperbarui: 25 November 2020   10:57 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembekalan masa inisiasi Mahasiswa Baru Sanata Dharma Yogyakarta. Foto: Dok. Pribadi Kristianto Naku.

Setiap tanggal 25 November, kita memperingati Hari Guru Nasional. Apresiasi terhadap para pendidik tunas bangsa ini laik diabadikan sekaligus dimonumenkan mengingat mereka telah berjasa untuk bangsa dan negara. 

Tanpa sosok seorang guru, bangsa ini tidak mungkin berkompetisi. Pada peringatan Hari Guru Nasional ini, mari kita membenamkan refleksi seputar guru, sekolah, dan belajar.

 Guru: Mantan yang Wajib Dikenang

Guru adalah mantan yang wajib dikenang. Menemukan sosok seorang yang menjadi panutan laiknya seorang guru, adalah sebuah pekerjaan yang cukup sulit. Lebih-lebih, jika sosok yang dikejar adalah mereka yang memiliki "high profile." 

Tokoh panutan memang digandrungi di mana-mana, justru karena kepiwaian, kreativitas, dan keberaniannya dalam menciptakan sesuatu yang baru -- boleh jadi mengubah batu menjadi roti.

Guru adalah salah salah satu dari sekian hero yang menjadi "waktu" yang terus dikejar. Guru dengan segala kemampuannya, selalu menjadi monumen yang selalu berdiri tegak menyaksikan keberhasilan peserta didiknya dan selalu menjadi mantan yang wajib dikenang. Boleh jadi ia disebut-sebut sebagai mantan yang paling berperan dalam kehidupan sesorang.

Profil seorang guru dan karakternya selalu menjadi potret keberhasilan dan kegagalan (masa depan) tunas-tunas bangsa. Masing-masing kita, pastinya memiliki setidaknya seorang "private teacher" dalam menempuh petualangan hidup, entah itu orangtua, teman, pengalaman, kekasih atau guru sendiri ketika kita menginjak usia level didik -- dari TK hingga Perguruan Tinggi.

Sosok guru adalah sosok yang selalu dicari, walaupun tak bisa dimungkiri banyak pula orang-orang sukses karena usahanya sendiri. Di Indonesia, kehadiran guru masih menjadi mimpi yang selalu ditatap. Beberapa wilayah, misalnya di pelosok Kalimantan atau Nusa Tenggara Timur, guru masih menjadi aktor Hollywood yang sulit digapai.

Sekolah dan belajar

Kenyataannya, banyak orang yang sekolah tapi tidak belajar. Mereka diberi kesempatan untuk mengalami pendidikan di sebuah institusi, tetapi tidak mendapatkan apa-apa. Mereka gagal di dalam sekolah karena tidak belajar.

Sebaliknya, ada banyak orang yang belajar, tetapi tidak sekolah. Ada keinginan untuk mencicipi pendidikan di sekolah, tetapi ekonomi kurang berstamina. Mereka hanya punya modal belajar, tetapi tak bersekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun