Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Emas Itu Dimana

21 Desember 2020   01:00 Diperbarui: 21 Desember 2020   01:06 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Seorang teman tiba-tiba menghempaskan dirinya di kursi. Ada raut kesal di wajahnya ketika mengatakan sesuatu kepadaku. "Benda ini saya temukan teronggok di bawah tumpukan buku-buku dan kertas-kertas yang tidak terpakai," katanya lirih. Barang apa gerangan, kataku dalam hati.

Ada rasa penasaran mengenai benda yang dimaksud. Ternyata ia menunjuk pada sebuah pemutar alat music, sebuah mini compo music player. Benda itu tampak bagus, mengkilap dan masih berfungsi bagus dengan bagus.  Saya mulai mengerti alasan kekesanan teman saya itu.

Saya berpikir, alangkah sayangnya benda itu mendapat "perlakuan" demikian. Bukankah harganya juga tidak murah. Ah, andai saja barang itu tidak dibutuhkan lagi, saya bersedia untuk menampungnya, ha ...ha...ha...

Tiba-tiba saya mulai berpikir sejenak. Seandainya saya merupakan benda itu. Meskipun saya memiliki kemampuan yang baik, bisa saja saya akan mengalami nasib serupa jika tidak ada yang tahu dan memperhatikan. Tapi, apa bedanya dengan emas?

Ada ungkapan yang pernah saya dengar bahwa emas, meskipun berada di tempat yang tersembunyi akan tetap disebut emas. Memang benar demikian. Jika kita melihat dari sisi harga, kedua benda itu memiliki harga yang berbeda. Benda yang satu memiliki nilai yang sedang. Benda yang lain memiliki nilai yang cukup tinggi.

Harga atau Kepedulian?

Saya mencoba untuk memahami makna peristiwa ini, apakah peristiwa ini menyangkut soal harga? Dengan membanding-bandingkan pemutar musik itu dengan emas, saya mulai menemukan titik terangnya. Ini tidak  menyangkut soal harga, tetapi soal kepedulian.

Orang seringkali kurang peduli akan nilai-nilai dan hal-hal lain yang berharga. Ada yang biasa-biasa saja ada juga yang memiliki nilai prestise yang tinggi. Di situlah kepedulian dan kesetiaan manusia seringkali diuji. Orang terlalu sibuk memfokuskan diri pada hal-hal yang besar dan memiliki prestise tinggi. Namun, orang melupakan hal-hal sederhana yang biasa terjadi di sekitarnya.

Fokus seseorang pada hal-hal besar dengan mengabaikan hal-hal kecil berkaitan dengan kepribadian dan tanggung jawabnya. Mungkin saja ada pemikiran, jika melakukan hal-hal yang besar sudah pasti dapat melakukan hal-hal kecil. Benarkah demikian?

Insight

Ada ungkapan bijak mengatakan bahwa setiap orang yang setia kepada hal-hal yang kecil atau sederhana akan mendapat kepercayaan untuk mengelola hal-hal besar. Kata "setia" menunjuk pada sikap tanggung jawab yang diembannya. Alam telah mengatur sedemikian adilnya proses kehidupan manusia. Ada hal-hal yang harus dilalui dan bukan berdasarkan keinginan sepihak dari manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun