Mohon tunggu...
Kris da Somerpes
Kris da Somerpes Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

pendiri dan pengampu media sastra online: www.floressastra.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aming, Hanya Mengemis Di Bulan Ramadhan

3 September 2010   02:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:29 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

“Saya termasuk bagian dari anak jalanan yang punya kebiasaan mengamen dan mengemis, walau umur saya sudah seperti ini. Namun demikian saya punya jadwal khusus untuk mengemis” Katanya sambil menarik sebatang rokok dari saku bajunya.

“Hanyasekali dalam setahun saya mengemis, yakni hanya ketika bulan puasa. Hanya sebulan dalam setahun itu saya menggunakan waktu sebaik mungkin untuk mencari zakat. Selebihnya saya kembali mencari pekerjaan lain, entah sebagai kuli bangunan atau pemikul bakul di pasar. Saya menggunakan waktu puasa itu untuk mengemmis, karena saya yakin dan percaya, sepanjang bulan puasa banyak ummat yang melakukan amal sholeh”

Demikian Aming (37), pria paruh baya itu mengisahkan dengan penuh semangat. Hanya dengan mengemis seperti itu Aming bisa mendapatkan banyak pemasukan. “Kalau saya rajin, biasanya saya mendapatkan 3 sampai 4 juta selama sebulan itu” katanya.

Kebiasaan unik ini dilakukan Aming sejak 2008, hal itu dilakukannya bukan tampa alasan. Tuntutan ekonomi keluarga, untuk menghidupi istri dan dua anaknya yang sedang duduk di bangku sekolah yang membuatnya harus berpikir kreatif.

“Saya tidak mikir, apa yang saya lakukan itu dosa atau nggak, tapi selama saya nggak nyolong dan macam-macam, saya yakin apa yang saya lakukan diridhoi Allah” jelas kelahiran Kebumen Jawa Barat yang sekarang menetap di rumah kos-kosan di daerah pasar minggu ini.

“Istri saya hanya berjualan kecil-kecilan di depan rumah, anak saya sudah SD kelas 2 dan SMP kelas tiga, jadi tuntutan ekonominya sudah semakin berat. Saya malu kalau sampai saya tidak bisa membiayai anak saya sekolah. Jadi saya harus putar-putar otak untuk mencari akal mendapatkan uang untuk meghidupi itu semua”

Aming adalah potret mayoritas warga jakarta. Kehidupan ekonomi yang tidak menentu, tidak mematikan semangat untuk berpikir kreatif. Walau apa yang dilakukan Aming tampak ganjil dalam pandangan kelaziman kita, tetapi sejauh itu tidak melanggar aturan dan norma sosial. Kebiasaan itu patut untuk dihargai, walau bukan untuk dicontohi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun