Mohon tunggu...
Kris Banarto
Kris Banarto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemerhati Bisnis dan Humaniora

Penulis buku: Transformasi HRD dalam Bisnis (Deepublish, 2021). Ketika Kita Harus Memilih (Gunung Sopai, 2022). Rahasia Sukses Bisnis Modern (Deepublish, 2022). Merajut Keabadian (Bintang Semesta Media, 2023). Kupas Tuntas Bisnis Properti (Deepublish, 2024). Website: www.ManajemenTerkini.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Gibran Jegal Purnomo, Puan "Ganjal" Ganjar?

30 September 2020   05:43 Diperbarui: 2 Oktober 2020   19:31 7890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sisi Prabowo menerima pinangan putri proklamator Soekarno itu, ibarat gayung bersambut karena PDIP merupakan partai pemenang pemilu dua kali berturut-turut tahun 2015 dan 2019. Apabila berkolaborasi dengan partai Gerindra sebagai pemenang ke dua bakal mempunyai kekuatan yang luar biasa.

Mempertimbangkan hal tersebut kerja sama politik antara Mega dan Prabowo menjadi kerja sama saling menguntungkan. Setelah kubu Prabowo sempat kecewa dengan perjanjian Batu Tulis karena PDIP urung mengusung Prabowo jadi Capres tahun 2014, yang menjadi butir inti perjanjian.

Megawati secara tidak langsung kecewa pada Joko Widodo yang sudah sukses menghantarkannya meraih kursi DKI-1 dan RI-1. Hal itu disampaikan pada saat pidato pembukaan kongres V PDI Perjuangan (PDIP) di Grand Inna Bali Beach Hotel, Agustus 2019 yang lalu.

Megawati secara terang-terangan meminta jatah kursi dari PDIP paling besar dalam kabinet, mengingat sebagai partai pemenang pemilu. Mega tidak mau pengalaman tahun 2015 terulang, karena hanya 5 kader PDIP yang masuk jajaran menteri untuk masa bakti lima tahun itu.

Namun kenyataannya Jokowi hanya menempatkan empat kader PDIP pada jajaran menteri tahun 2019-2024 itu, disusul NasDem, Golkar dan PKB masing-masing tiga menteri. Realitas itu yang menyebabkan Megawati trauma menempatkan orang di luar keluarga yang tidak mudah dikendalikan.

Pengalaman buruk itu membuat jera untuk mengusung orang luar. Dengan alasan itulah semakin menguatkan niatnya untuk menghantarkan putri mahkota, Puan Maharani sebagai kandidat wakil presiden.

Wanita bernama lengkap Dr. (H.C.) Puan Maharani Nakshatra Kusyala Devi, S.I.Kom. ini dinilai telah memiliki segudang pengalaman. Mulai dari Ketua DPP (Dewan Pimpinan Pusat) PDIP, Ketua Fraksi PDIP di DPR-RI, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, dan Ketua DPR-RI.

Momentum 2024 dinilai tepat untuk mengorbitkan Puan sekaligus sebagai penerus trah Soekarno. Walaupun harus mengorbankan kader lain yang mempunyai elektabilitas tinggi yaitu Ganjar Pranowo.

Pilkada di Solo

Deklarasi Gibran-Teguh (Tribunnews.com)
Deklarasi Gibran-Teguh (Tribunnews.com)
Semula DPC (Dewan Pimpinan Cabang) PDIP telah memutuskan Achmad Purnomo-Teguh Prakosa sebagai pasangan calon wali kota dan wakil dalam gelaran Pilkada Solo pada Desember 2020. Achmad Purnomo (71) pria lulusan S3 Farmasi UGM ini adalah kader partai dan wali kota Solo selama dua periode dan Teguh Prakosa (61) adalah Ketua DPRD Solo periode 2014-2019.

Gegara hasil survei elektabilitas Pilkada Solo 2020, yang dilakukan UNISRI (Universitas Slamet Riyadi) Surakarta yang menempatkan putra sulung presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka (32) berada pada posisi kedua setelah Achmad Purnomo.

Hasil survei itu membuat Gibran berkeinginan untuk meramaikan pesta demokrasi lima tahunan di kota Solo tersebut. Walaupun Jokowi sempat memberikan pernyataan bahwa anak-anaknya tidak berminat untuk terjun ke dunia politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun