Kadang sebuah logika banyak kita temukan dalam kehidupan kita, khususnya dalam ajaran-ajaran filsafat yang menggunakan perumpaan sebuah pohon. Bahkan model berpikir seperti ini digunakan oleh negara. Model konseptual atau 'citra' yang sebelumnya menentukan pikiran pada sebuah dasar rasional. Ini mengacu pada sistem akar dan pohon: terdapat sebuah kesatuan sentral, kebenaran atau esensi ---seperti halnya rasionalitas--- yang merupakan akar dan menentukan perkembangan dari cabangnya. Contoh yang paling sederhana ialah satu dibagi dua, yang separuh dibagi lagi masing-masing menjadi dua sehingga kesemuanya empat. Akhirnya, pohon itu bercabang banyak termasuk akarnya, namun tetap disatukan oleh batang pohon. Cara berpikir metaforik pohon ini mau menyatukan, mentotalisasi pendasaran dan acuan sehingga kembali ke teritori, esensialisme dan organisme atau kodifikasi.
"...pepohonan sama sekali bukanlah sebuah metafora, melainkan sebuah citra dari pemikiran, fungsi, seluruh perangkat yang tertanam dalam pikiran untuk membuatnya berjalan dalam garis lurus dan menghasilkan ide-ide yang benar. Ada berbagai macam karakteristik di pohon: ada sebuah titik asal, benih atau pusat; ini adalah mesin biner atau prinsip dikotomi, yang terus-menerus dibagi dan direproduksi cabang, itulah poin dari aborescent" (Deleuze 1987: 25)
Pikiran terjebak dalam identitas-identitas biner seperti hitam/putih, pria/wanita, hetero/homoseksual. Pikiran harus selalu berkembang menuruti logika dialektis dan dengan demikian terjebak dalam pembagian biner yang menolak perbedaan dan keberagaman. (Deleuze 1987: 128). Model pikiran ini juga merupakan model kekuasaan politik --- sebuah otoritarianisme yang tidak bias dilepaskan dengan otoritarianisme yang lain: "kekuasaan selalu arborescent" (Deleuze 1987: 25).
Deleuze mengusulkan model rhizomatic yang menghindari esensi-esensi, kesatuan dan logika biner, dan mengupayakan keberagaman, pluralitas, serta wujud. Rhizomatic adalah sebuah alternatif, dengan 'citra' berpikir yang non-otoritarian, mengacu pada metafora rumput yang tumbuh sembarangan dan tak terprediksi, sebagai oposisi atas pertumbuhan yang rapi dan terkendali dalam sistem pohon arborescent. Rhizome oleh Deleuze dan Guattari dapat didefinisikan sebagai multisiplitas yang terpusat. Tunggu apa maksudnya? Multisiplitas dapat dipahami sebagai bukan subjek atau objek, hanya besaran dan dimensi yang jumlahnya tidak dapat bertambah tanpa berubah sifatnya. Ambil suhu misalnya 80 F memiliki perasaan tertentu. Setiap penambahan atau pengurangan derajat menghasilkan perasaan yang berbeda. Bandingkan dengan menambahkan atau mengurangi sekantong kelereng, apakah anda menambahkan atau menguranginya, itu tetap sekantong kelereng. Ini adalah perbedaan kuantitatif versus multisiplitas. Sementara rhizome hanyalah sekelompok multisiplitas yang disatukan dengan cara yang tidak memiliki struktur sama sekali.
Mengapa konsep rhizome berguna? Â Â
  Untuk memikirkannya, itu adalah untuk mengungkap banyak cara untuk mendekati suatu pemikiran atau aktivitas. Membantu mempertanyakan hierarki dan biner dan memberi kita cara untuk melihat bagaimana segala sesuatu dapat berlipat ganda dan saling terkait. Untuk mengilustrasikan konsep ini, mari kita bandingkan pohon dengan jahe, pertama bayangkan pohon dengan akar yang menjalar ke tanah, batang yang menyembul dari tanah dan cabang yang menjulang ke langit. Jadi,Tujuan rizom adalah untuk memungkinkan pikiran menyingkirkan model sebelumnya, lalu membuat (model) rumputnya tumbuh --- bahkan tumbuh di wilayah pinggiran" (Deleuze dan Guattari 1988: 24). Rizom, disini berarti menentang gagasan utama dari sebuah model: ia adalah hubungan dalam jumlah besar yang tak berujung dan serampangan, yang tidak lagi didominasi oleh satu pusat atau tempat, tetapi terdesentralisir dan majemuk.
"Sembarang titik rhizome dapat dihubungkan dengan sembarang titik yang lain. Sangat berbeda dengan pohon atau akar yang menetapkan suatu titik, suatu tatanan" (Deleuze, 1980: 13).
  Rhizoma menolak logika biner dan berbagai hirarki, serta tidak diatur berdasarkan sebuah pembentangan logika dialektis. Dengan demikian rhizoma mempertanyakan abstraksi-abstraksi yang mengatur pikiran, yang membentuk dasar dari berbagai narasi pengetahuan dan rasionalitas. Artinya, pemikiran secara historis dibayangkan seperti ini berdasarkan gagasan hierarki dan kategorisasi. Sebagian besar filsafat barat berasal dari pemikiran ini dan dapat dilihat dalam struktur sekolah, korporasi, dan bahkan hal-hal seperti teori perkembangan anak. Semua ini menghadirkan awal yang berada di bawah dan satu tujuan yang dinginkan untuk bertemu di atas tempat pohon berakar dan logis. Pertumbuhan jahe sama sekali tidak masuk akal. Ia tidak memiliki bagian atas atau bawah dan tumbuh ke segala arah. Dengan kata lain, rhizomatic adalah pemikiran yang menentang kekuasaan, menolak untuk dibatasi olehnya ---Rhizomatic "tidak akan mengizinkan kepada siapa pun, kepada kekuasaan apa pun, untuk 'menjawab' pertanyaan atau untuk 'menyelesaikan' berbagai masalah" (Deleuze dan Guattari 1988: 24).
Deleuze dan Guattari menjelaskan enam karakteristik rhizome. Perhatikan bagaimana mereka cocok dengan citra Ginger. Konektivitas dan heterogenitas berarti bahwa setiap titik dapat dihubungkan ke titik lainnya, tidak peduli seberapa mirip atau berbedanya multisiplitas. Ingat suhu yang menandakan pecahnya yang berarti rhizome dapat dipatahkan di titik dapat dihubungkan ke titik lainnya, tidak peduli seberapa mirip atau berbedanya multisiplitas. Ingat suhu yang menandakan pecahnya yang berarti rhizome dapat dipatahkan di titik mana pun, tetapi akan selalu dimulai lagi. Dalam kartografi dan decalcomania, yang membuat kita menganggap rhizome sebagai peta. Sesuatu yang selalu terbuka dan dapat dimasuki di titik manapun. Pikirkan tentang itu. Apakah benar-benar ada titik awal? Untuk membaca peta, keenam karakteristik ini membantu kita melihat bahwa rhizome bukan hanya sebuah benda, tetapi mungkin lebih merupakan sebuah proses, sebuah proses yang akan terjadi yang memungkinkan kita mempertanyakan organisasi hierarkis. Penekanan rhizoma bukanlah pada apa yang atau apa yang telah terjadi, tetapi lebih pada apa yang dapat terjadi dengannya. Beberapa ilustrasi buruk lainnya tentang rhizome mungkin adalah internet, terutama situs web seperti wikipedia atau rumput teki. Hal-hal ini tidak memiliki akar, asal atau pola logis yang sentral untuk pertumbuhannya. Contoh-contoh ini dan ketidakberakarannya membantu kita. Membayangkan bagaimana kita dapat menentang apa yang disebut pendekatan rasional terhadap pengetahuan. Awal dan akhir, puncak dan dasar, dan naungan pohon yang nyaman karena ingatlah bahwa rhizome selalu berada di tengah dan menyarankan cara merehabilitasi pemikiran sebagai usaha yang kreatif dan dinamis, di mana segala sesuatunya tidak hanya ini atau itu, tetapi selalu dan...dan...dan
Rujukan
Â
Deleuze, G., et F. Guattari. Capitalisme et Schizophrenie 2 : Mille Plateaux, (Minuit : Paris, 1980).
_____________________. "Introduction: rhizome." A thousand plateaus: Capitalism and schizophrenia 2 (1987).
_____________________. A thousand plateaus: Capitalism and schizophrenia, (Bloomsbury Publishing, 1988).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI