Pada tanggal 22 Desember 2022 lalu, aku tak dapat menjumpaimu seperti janjiku.
Aku merasakan kekecewaan dalam dirimu, karena aku tidak dapat menepati janjiku.
Aku tak ingin kau salah menilai diriku, hanya karena keterbatasan raga fana yang membungkus diriku.
Yah, aku harus memberikan klarifikasi kepadamu tentang semua alasan penyebabnya.
Ketika aku ingin menjelaskan dalam lukisan aksara tercipta milikku, kau justru berikan senyum termanis dan bentangan lebar pelukan kasihmu untukku.
Kasihmu begitu besar dan memaklumi sepenuhnya keterbatasan diriku, cintamu seakan jelmaan cinta yang dimiliki ibuku.
Dan persis di tanggal tersebut, seluruh berandamu dipenuhi lukisan-lukisan akasara indah tentang kasih seorang ibu.
Pada hati kecilku, akupun ingin menuliskan kisah kasihku tentang ibu, namun lagi-lagi keterbatasan raga fana, hal itu tak mampu kulakukan.
Dalam momen haru tentang pengorbanan ibu, diriku hanya mampu mengirimkan syair kudus dalam doa tulus bagi ibundaku tercinta.
Terkenang segala cerita masa lalu bersama ibuku yang belum sempat kubalaskan kasih cintanya.