Ketua Umum Pemuda Tani Indonesia, Budisatrio Djiwandono menyoroti tantangan besar pada sektor pertanian Indonesia. Ia menyebutkan tantangan para petani dan industri pertanian Indonesia meliputi masalah regenerasi petani dan pupuk.
Terkait masalah pupuk, menurutnya rantai penyaluran dan tata kelola yang panjang menyebabkan banyak petani tidak mendapatkan akses terhadap pupuk.Â
"Kita tahu rantai penyaluran dan tata kelola pupuk bisa panjang sekali sehingga banyak petani-petani kita yang tidak mendapatkan akses. Jangan pupuk bersubsidi, kadang-kadang akses pupuk biasa saja juga sulit," jelas Budi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Budi mengatakan khusus untuk pupuk bersubsidi tahun 2025 akan disalurkan langsung kepada petani melalui Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan selain mendistribusikan juga akan ikut mengelola pupuk bersubsidi.Â
"Pemerintah juga berencana untuk menjadikan sekitar 60 ribu Gapoktan sebagai entitas berbadan hukum untuk menyalurkan pupuk bersubsidi," tambah Budi.
Berkaitan dengan regenerasi petani, ia menyebutkan bahwa rata-rata usia petani Indonesia saat ini di atas 50 tahun. Ia khawatir jika tidak ada regenerasi maka akan berdampak pada industri pertanian dan cita-cita swasembada pangan Indonesia.
"Ke depan bila (masalah regenerasi petani) ini berlanjut, bila tidak ada anak-anak muda Indonesia yang mau menekuni dunia pertanian, siapa yang akan ngurusin pangan bagi kita semua," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap Agrinnovation Conference 2025 yang diselenggarakan oleh Edufarmers bersama Pemuda Tani Indonesia dapat menjadi wadah bagi anak muda berkontribusi untuk pertanian Indonesia. "Banyak anak-anak muda datang ke acara Agrinnovation ini. Kita akan menghadirkan pembicara-pembicara hebat untuk memotivasi anak muda."
Sementara itu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Rachmat Pambudy menilai isu usia petani bukan hanya dialami Indonesia tetapi juga dialami banyak negara lain seperti Australia, Jepang, dan Amerika.